Salin Artikel

Kisah Rafiudin, Pernah Rasakan Menjadi Pengungsi, Kini Bantu Sesama Lewati Pandemi

KARAWANG, KOMPAS.com - Kasus Covid-19 pada Juni hingga Juli di Karawang alami lonjakan.

Bed occupancy rate (BOR) pasien virus Corona di rumah sakit pemerintah dan swasta pun mencapai sekitar 98 persen.

Saat itu, antrean di instalasi gawat darurat pun mengular. Bahkan RSUD Karawang mendirikan tenda darurat.

Demikian juga banyak masyarakat yang melakukan isolasi mandiri lantaran rumah sakit, tempat tidur bagi pasien Covid-19 telah penuh. 

Lantas, kebutuhan oksigen bagi yang melakukan isolasi mandiri ikut meningkat.

Sebagai orang yang belasan tahun berkecimpung di lembaga kemanusiaan, Rafiudin Firdaus pun bergerak.

Melaui Karawang Peduli, lembaga kemanusiaan yang ia dirikan pada 2014 lalu, Rafiudin bekerja sama dengan para donatur meminjamkan tabung oksigen.

"Kita pinjamkan lengkap, beserta isinya. Ada sekitar 50 tahung yang kita pinjam pakaikan," kata Rafi, di sela aktivitasnya, Sabtu (21/8/2021).

Tabung-tabung itu dipinjamkan dengan lebih dulu dilakukan verifikasi.

Jika sesuai persyaratan maka relawan akan mengantar ke tempat warga yang membutuhkan itu melakukan isolasi mandiri.

Saat itu, kata Rafi, tak mudah mendapatkan tabung oksigen maupun aksesorisnya. Namun ia tak menyerah. Ia lantas menghubungi berbagai jaringannya.

"Alhamdulillah banyak yang membantu," kata dia.

Sadar bentul pandemi Covid-19 memberikan dampak luar biasa bagi masyarakat, program-program yang digulirkan Karawang Peduli pun disesuaikan.


Misalnya sedekah pangan dan bantuan sembako bagi warga terdampak di daerah-daerah dengan angka kemiskinan tinggi.

Sedekah pangan misalnya, dilakukan dengan membagikan makanan bagi mereka yang melakukan isolasi mandiri. Lebih dari sepuluh ribu paket pangan dibagikan.

"Kita berbagi makanan isoman untuk masyarakat, berbagi nasi. Itu dilakukan waktu parah-parahnya (kasus Covid-19 di Karawang), hampir setiap hari," kata pria 37 tahun itu.

Adapula dua ambulans milik lembaga sosialnya yang bolak-balik meluncur di jalanan. Mereka mengantar pasien, warga ke rumah sakit ataupun sebaliknya. Juga ada satu mobil jenazah.

"Waktu puncak-puncaknya Covid-19 itu, hampir setiap hari relawan kita merujuk warga. Bolak-balik," ujar dia.

Tak hanya kepada warga, lembaga sosialnya pun memberikan bantuan bagi para tenaga kesehatan. Misalnya alat pelindung diri (APD).

"Kita terus bergerak," kata dia.

Rafi berujar, pandemi tak membuat orang baik berhenti berbuat. Buktinya di tengah terpaan dampak yang luar biasa seperti sekarang, orang-orang baik, para donatur justru berdatangan.

"Masyarakat saya lihat justru lebih solid. Di tengah musibah kita masih saling menguatkan," katanya.


Merasakan menjadi pengungsi

Terjunnya Rafi dalam aksi kemanusiaan bukan tanpa sebab. Ia pernah menjadi pengungsi saat terjadi konflik di Aceh. Saat itu ia baru saja lulus sekolah menengah pertama (SMP).

Kurang lebih empat bulan ia dan keluarganya tidur di tenda bersama para pengungsi lainnya. Di tengah masa pahit itu, saat masih remaja, rasa kemanusiannya terus bertumbuh.

"Di situ saya ngerasain tuh hidup di tenda, pokoknya semuanya ngalamin lah," cerita Rafi.

Saat sudah tinggal di Pulau Jawa, ia pun terpanggil menjadi relawan saat tsunami di Aceh, 2004 lalu.

Sejak itu, bergabung dengan berbagai lembaga sosial. Salah satunya Aksi Cepat Tanggap (ACT).

Ia pun pernah menjadi relawan kemanusiaan di luar negeri, seperti Palestina dan Rohingya.

Hingga pada 2014 ia mendirikan Karawang Peduli. Kini ada sekira 500 relawan yang bergabung.

Tak hanya di Karawang, aksi kemanusiaan yang dilakukan Karawang Peduli bukan hanya untuk Karawang.

Bahkan beberapa kali menggalang bnatuan untuk luar negeri. Tentu saja dengan menggandeng lembaga sosial lain.

"Karena bersifat panggilan, saat ada kegiatan kita calling (panggil) para relawan, siapa yang bisa," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/21/161636278/kisah-rafiudin-pernah-rasakan-menjadi-pengungsi-kini-bantu-sesama-lewati

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke