Salin Artikel

Kisah Rizka, Remaja yang Bersuara Lewat Komik, Terbitkan Karya "Anti Bully" dan "Anti Pernikahan Dini"

MAKASSAR, KOMPAS.com – Saat masih pelajar SMAN 2 Makassar, Sulawesi Selatan, Rizka Raisa Fatimah Ramli (17) menerbitkan komik bergambar “Anti Bully”.

Kini, Rizka telah menjadi mahasiswa dan telah menerbitkan kembali karya terbaru komik bergambar “Anti Pernikahan Dini”.

Saat menerbitkan karyanya “Anti Bully”, Rizka dinobatkan sebagai juara pertama dalam kontes komik yang diselenggarakan Badan PBB yang bergerak di bidang anak United Nation Children's Fund (Unicef).

Kemudian, dia menerbitkan komik bergambar “Anti Pernikahan Dini” dan karyanya kembali digunakan Unicef untuk melakukan kampanye di Kabupaten Bone.

Rizka menceritakan karyanya “Anti Pernikahan Dini” yang diterbitkannya saat hendak mendaftar di Universitas Hasanuddin pada tahun 2019.

Namun karyanya kembali diambil dan digunakan sebagai bahan kampanye oleh Unicef.

“Jadi komik “Anti Pernikahan Dini” itu saya buat, saat membeludaknya kasus pernikahan dini di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Kebetulan gambar-gambar dalam komik itu mendukung sehingga diambil oleh Unicef dan digunakan kampanye anti pernikahan dini,” jelas mahasiswi semester 3 Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Hasanuddin (Unhas) ini.  

Rizka juga menceritakan kisahnya membuat komik bergambar “Anti Bully” untuk melawan perundungan. Namun karya itu dibuatnya saat masih duduk di bangku SMA dan mengikuti perlombaan yang digelar Unicef.

“Karya saya menang, kebetulan Unicef mau mencari tokoh superhero yang bisa melawan penjahat namanya The Silent. Di mana The Silent ini punya kekuatan bisa membuat orang-orang jadi korban perundungan. Para korban pun tidak bisa berbicara maupun melaporkan perundungan yang dialaminya. Dari situ saya membuat karya namanya “Cipta”. Cipta ini punya kekuatan dapat mengubah gambarnya sesuatu yang nyata dan mengendalikan perundungan,” paparnya.

Rizka mengungkapkan jika konsep itu terinspirasi dari seniman di Indonesia yang mengkritik diam-diam.

Dia pun berharap, komik tersebut dapat menginspirasi masyarakat terutama kalangan anak-anak untuk bisa lebih berani ketika menjadi korban perundungan.

“Jadi melawan perundungan tidak mesti dengan verbal, tapi bisa melakukan perlawanan dengan cara menulis ataupun mengambar. Jadi tidak mesti melawan dengan bersuara ataupun dengan cara melaporkan perundungan yang dialaminya,” tuturnya.  

Saat ditanya soal karyanya dikampanyekan kepada masyarakat, Rizka mengatakan tidak melakukan hal tersebut secara terbuka seperti melalui media sosial.

“Saya menyuarakannya dalam circle kecil dengan orang perorangan seperti teman kuliah. Saya tidak melakukan kampanye di media sosial, karena jarang aktif sekarang,” jelasnya.

Saat ditanya apa efek atau dampak dari karyanya itu, Rizka mengaku tidak mengetahuinya. Pasalnya dia tidak melakukan penelitian, demikian pula dengan Unicef.

“Kalau saya sendiri tidak melakukan penelitian, sehingga tidak tahu efeknya. Sedangkan penelitian yang dilakukan Unicef terkait karya itu, saya tidak tahu juga,” tambahnya.

Sebelumnya telah diberitakan, pelajar SMAN 2 Makassar, Sulawesi Selatan, Rizka Raisa Fatimah Ramli (17) dinobatkan sebagai juara pertama dalam kontes komik yang diselenggarakan Badan PBB yang bergerak di bidang anak, United Nation Children's Fund (Unicef).

Karya Rizka mengalahkan 3.615 karya dari 130 negara yang ikut serta.

Adapun pengumuman pemenang kontes komik ini diunggah dalam post di Instagram resmi Unicef, @unicef pada Minggu (13/1/2019).

Dalam unggahan itu, diumumkan bahwa karya Rizka dengan superhero bernama "Cipta" memenangkan juara pertama dari hasil voting periode 16-25 November 2018.

Digambarkan juga karakter Cipta ini seorang gadis remaja, berambut coklat pendek yang menggendong tas ransel dan menyarankan seorang anak untuk mengekspresikan masalahnya dalam sketch book.

Tanggapan Unicef

Awalnya pihak Unicef menyelenggarakan kontes komik ini dalam rangka kampanye global #ENDViolence untuk membantu mengeliminasi tindak kekerasan yang dialami anak-anak dan remaja.

"Unicef mengadakan kontes ini tanpa syarat dan ketentuan yang spesifik, namun tema yang ditentukan adalah anti-bullying dan stop violence terhadap anak-anak baik di lingkungan sekolah atau tempat tinggalnya," ujar Humas Unicef, Kinanti Pinta Karana saat dihubungi Kompas.com pada Senin (14/1/2019).

"Tema juga spesifik 'melawan' The Silencer (bully) atau Si Pembungkam," kata dia.

Selain itu, dalam penyelenggaraan kontes komik tingkat dunia ini, Unicef bekerja sama dengan organisasi kemitraan Unicef yang bergerak di bidang kreativitas komik, Comic Uniting Nations.

Pembuatan "Cipta"

Sementara, Rizka mengaku telah menyukai mengambar sejak ia duduk di sekolah dasar.

"Saya suka menggambar sejak SD dan mulai serius menggambar pas SMP," ujar Rizka saat dihubungi Kompas.com pada Senin (14/1/2019).

Menurut Rizka, ide pembuatan tokoh "Cipta" terinspirasi dari tokoh Velma (Scooby-Doo), Dora (Dora The Explorer), dan Chara & Frisk pada game Undertale by Tobifox.

"Pihak Unicef meminta desain karakter, plot cerita, dan nama superhero. Jadi Cipta itu punya kekuatan superhero yang bisa membuat dan mengendalikan gambar-gambar yang ia buat," ujar Rizka.

Ia pun mengungkapkan ide kekuatan super yang dimiliki "Cipta" terinspirasi dari kartun Nickelodeon's Chalk Zone dan SpongeBob SquarePants dalam episode pensil ajaib yang menciptakan tiruan SpongeBob yang jahat bernama "DoodleBob".

Untuk proses pembuatan karya ini, Rizka menggunakan alat gambar, seperti pensil, marker, penghapus, dan rautan pensil.

Ia juga dibantu oleh alat sketching eletronik Wacom, dan software Mediabang dan PhotoShop.

Karena tema yang diberikan seputar kekerasan sosial atau bullying, Rizka pun mencoba mengingat-ingat beberapa hal yang pernah ia alami, misalnya ketika ia mengalami senioritas saat menjadi murid baru dan beberapa perlakuan kakak kelas yang kurang baik.

Rizka pun masih mengaku ada kesulitan ketika menciptakan Cipta.

"Proses paling susah itu buat menentukan nama dan kekuatan supernya," ujar Rizka.

Ia mengatakan, harapannya melalui karyanya bisa memotivasi anak muda agar bisa percaya diri untuk jujur.

"Saya harap semoga dalam komik ini, anak muda seperti saya bisa berani buat speak up buat diri sendiri. Karena jika kalian tidak bisa menceritakannya, kalian bisa mengutarakan melalui tulisan atau gambar," ujar Rizka.

Berdasarkan unggahan akun Unicef, karya Rizka akan dicetak dan disebarluaskan di 100.000 sekolah di seluruh dunia.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/19/055500078/kisah-rizka-remaja-yang-bersuara-lewat-komik-terbitkan-karya-anti-bully-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke