Salin Artikel

Ini Kajian yang Jadi Dasar BKSDA Berani Lepasliarkan “Kyai Batua” Si Harimau Buntung

Untuk diketahui, kaki depan Batua diamputasi dan taring sebelah kiri atas ompong akibat terkena jerat pemburu di Suoh, Lampung Barat, pada Juli 2019.

Kompas.com mendapatkan file PDF laporan kajian dari Humas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu – Lampung, Irham pada Selasa (17/8/2021) malam.

Berikut ini laporan hasil kajian observasi perilaku, kesehatan, dan kesejahteraan Batua yang dilaksanakan pada 26 November – 24 Desember 2020:

Adapun Tim kajian terdiri dari BKSDA SKW III Lampung, Forum Harimau Kita, Wildlife Conversation Society (WCS) Indonesia Program, Amanah Veterinary Services, dan Lembaga Konservasi (LK) Lembah Hijau.

Rekomendasi dalam laporan berjumlah 14 halaman ini menyebutkan, opsi pelepasliaran masih sangat mungkin dilakukan terhadap Batua, dengan melihat hasil kajian perilaku yang telah dilaksanakan.

Dengan catatan, pemantauan pasca-pelepasliaran dapat dilakukan dengan baik, misalnya dengan pemasangan GPS Collar (mengingat usia Batua yang masuk kategori harimau dewasa), pemantauan melalui kamera jebak, dan patroli rutin.

Rekomendasi tersebut dengan mempertimbangkan kesimpulan dari hasil analisis yang berjumlah lima poin, yakni:

1. Pola perilaku yang ditunjukkan subyek masih sesuai dengan pola perilaku alami satwa sejenis di habitat alaminya.

2. Adaptasi stereotipe yang ditunjukkan subyek masih sangat minim dan dapat teratasi dengan pemberian pengayaan (enrichment).

3. Perilaku teritorial, waspada, dan elusif ditunjukkan oleh subjek dengan baik dengan adanya perilaku yang termasuk dalam kategori interaksi dan survival.

4. Kemampuan lain terkait pertahanan diri seperti eksplorasi wilayah, pengenalan obyek-obyek di sekitar lingkungan, dan kemampuan melumpuhkan mangsa ditunjukkan dengan baik.

5. Status kesejahteraan – kesehatan subjek cukup baik (very good adaptive health & welfare)

Metodologi kajian ilmiah

Ada tiga metodologi yang digunakan untuk mengkaji Batua, yaitu kondisi obyek, observasi, serta kajian kesehatan dan kesejahteraan.

Pada fase pengkajian kondisi obyek disebutkan Batua berusia 7 tahun memiliki kondisi fisik tidak sempurna dengan empat ruas jari di kaki kanan depan diamputasi pada 5 Juli 2019, pasca-kematian jaringan akibat jerat.

Batua telah direhabilitasi di Taman Satwa Lembah Hijau, Lampung sejak 4 Juli 2019. 

Pada tahapan observasi, didapati informasi kajian perilaku Batua mampu aktivitas dasar dengan baik tanpa gangguan yang berarti dari bagian tubuh yang diamputasi.

Pada tahapan ini Batua juga diberikan mangsa berupa tiga ekor kelinci berbobot total 4,8 kg dengan frekuensi tiga percobaan.

Sebelum pemberian stimulus mangsa hidup kecil, Batua dipuasakan selama satu hari. Ketiga kelinci dilepaskan sekaligus ke dalam kandang.

Batua juga diberikan mangsa besar berupa satu ekor babi hutan berbobot 29 kg dengan frekuensi satu kali percobaan karena sulitnya memperoleh babi hutan yang berada di lahan belukar ataupun perkebunan penduduk.

Babi hutan yang diberikan sebagai pengayaan (mangsa) merupakan anakan yang masuk perangkap dalam keadaan hidup di kawasan Ngaras.

Pada proses pemberian pakan besar berupa babi hutan, reaksi Batua dinilai baik dengan kemampuan mematikan dalam total waktu pencengkraman 2,5 menit. 

Selanjutnya pada tahapan kajian kesehatan dan kesejahteraan, diperoleh informasi bahwa Batua dalam kondisi sehat.

Ini mengacu pada hasil general check up yang dilaksanakan pada 9 Februari 2020.

Pada saat pemberian pakan mangsa hidup berupa kelinci, Batua mampu mengidentifikasi mangsa dengan indera penciuman – pendengaran yang bagus serta memiliki kemampuan menyergap dengan baik, serta memiliki kemampuan memakan mangsa baik di darat maupun di air. 

Batua juga memiliki kemampuan mengambil pakan yang diletakkan di atas pohon. 

Pemberian mangsa hidup berupa babi hutan, Batua mampu mengidentifikasi mangsa dengan indera penciuman – pendengaran yang bagus serta mampu melakukan penyergapan dengan baik.

Batua juga memiliki kemampuan untuk melumpuhkan mangsa dalam waktu kurang dari 10 detik.

Sebelumnya diberitakan, rencana pelepasliaran harimau berkaki buntung, "Kyai Batua" memantik pertanyaan dari kalangan publik.

Sejumlah warga mempertanyakan dan mengkhawatirkan harimau Sumatera (Panthera tigris sumateae) itu bertahan hidup di alam liar.

Banyak yang mempertanyakan bagaimana Batua berburu dengan kondisi fisik yang cacat.

Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin yang juga ketua komisi yang membidangi lingkungan hidup dan kehutanan, juga terkejut dengan munculnya rencana pelepasliaran tersebut.

"Lho kok tiba-tiba ada berita pelepasliaran? Kenapa dilepasliarkan?" kata Sudin saat dihubungi, Selasa (17/8/2021).

Meski belum melihat secara langsung kondisi Batua, Sudin mengatakan telah mengetahui bahwa Batua mengalami cacat fisik permanen dari video yang diterimanya sejak satwa liar itu diselamatkan.

"Kalau dilepasliarkan tentu harus bisa survive, kalau enggak, kan kasihan. Ini bukan masalah cari makan. Masyarakat aja bertanya-tanya apakah dia (Batua) bisa bertahan hidup?" kata Sudin.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/18/121347478/ini-kajian-yang-jadi-dasar-bksda-berani-lepasliarkan-kyai-batua-si-harimau

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke