Salin Artikel

"Barang yang Sudah Hilang Tak Perlu Disesali, Hanya Akan Sakit Hati"

KOMPAS.com - Lebih kurang empat bulan lalu, Mardi (81), warga Pedukuhan III Pringinan, Kalurahan Tirtorahayu, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, pergi ke Pasar Kliwon untuk menjual 8 ekor bebeknya.

Setelah itu seorang pembeli membeli 8 ekor bebeknya dengan harga Rp 400.000.Meski tampak ragu, Mardi menerima uang dan memberikan bebek-bebeknya.

Dalam pikirannya, uang tersebut akan bisa menyambung hidup keluarga dan untuk jajan cucunya.

Ternyata, keraguan Mbah Mardi menjadi kenyataan. Uang yang dia terima Rp 400.000 adalah palsu.

Namun, Mardi mengatakan, saat itu dirinya tulus dan enggan memikirkan masalah itu.

"Barang kalau sudah tidak ada, tapi malah digetuni (disesali), malah bisa membuat sakit hati,” kata Mardi.

Diakuinya, saat itu dirinya sempat melapor ke petugas pasar dan akhirnya aparat kepolisian menyita uang palsu itu sebagai barang bukti.

Setelah itu, Mardi memilih untuk melupakannya dan beraktivitas seprti biasa.

“Hanya mengurangi delapan (itik) untuk cucu. Kalau Mbah buyut ada (uang), minta sangu. Saya ngelongi (mengambil bebek). (Supaya) saya punya uang. Untuk cucu wajar,” kata Mardi.

Bekerja di kebun

Kepada Kompas.com, Mardi mengaku setiap hari dirinya bekerja memanfaatkan segala sesuatu yang ada di pekarangan rumah luas 300 meter persegi.

Kata Mardi, di sana ada tiga pohon kelapa yang berbuah lebat. Lalu ada juga beberapa pohon pisang.

Mardi juga membangun kandang untuk memelihara enam kambing. Sementara, bersama anak bungsunya mereka memelihara 100 bebek campur itik dan empat angsa.

Setiap, Mardi menggembala kambing ke sawah atau kadang ia pergi mencari rumput untuk pakan kambing.

Selain itu, ia juga menggiring bebek untuk mencari makan. Pergi pagi, pulang sore.

Mardi mengatakan, dari apa yang dimiliknya, dirinya bisa menghidup keluarga dan cucunya.

Mardi sendiri memiliki dengan 10 cucu dan lima cicit. Sebagian besar anak dan cucunya hidup mandiri.

Saat ini Mardi hidup bersama Sadiyem dan ditemani satu anaknya yang bungsu, dan seorang cucu.

Mereka menempati rumah berdinding kusam dengan atap limasan.

Sosok dermawan misterius dari istana

Entah bagaiman awal mulanya, peristiwa empat bulan lalu didengar seorang dermawan yang disebut-sebut pejabat di istana.

Dermawan itu secara pribadi mengirimkan sumbangan pada Mardi melalui seorang warga di Kulon Progo, Sabtu (14/8/2021).

Tidak seperti sejumlah politisi, pejabat, hingga selebriti, yang mana saat menyumbang kental nuansa pencitraan belakangan ini.

Dermawan Mbah Mardi tidak bersedia disebut namanya. Ia memberi atas dasar prihatin dan belas kasih.

“Hari gini masih ada orang yang tega dengan orang kecil dan tua seperti Mbah Mardi,” kata pejabat tersebut.

(Penulis: Kontributor Yogyakarta, Dani Julius Zebua | Editor: Khairina)

https://regional.kompas.com/read/2021/08/16/161759078/barang-yang-sudah-hilang-tak-perlu-disesali-hanya-akan-sakit-hati

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke