Salin Artikel

Sukses Desa Ngadisari, dalam 4 Hari 100 Persen Warga Suku Tengger Telah Divaksin Covid-19

PROBOLINGGO, KOMPAS.com – Pemerintah Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, sukses memvaksin warganya 100 persen pada Sabtu (14/8/2021).

Satgas Penanganan Covid-19 desa setempat hanya butuh 4 hari baik dosis I dan II.

Banyak cerita dan tantangan untuk mencapainya. Butuh komunikasi dan sikap telaten untuk membujuk masyarakat.

Pengaruh tokoh sesepuh Tengger tak bisa dipungkiri. RT 1 hingga RT 21 tak luput dari sasaran sosialisasi. Warga yang takut jarum suntik selama 21 tahun, rela disuntik vaksin.

Kepala Desa Ngadisari, Sri Wahayu mengatakan, jumlah total warga yang sudah divaksin pada dosis satu dan dua sebanyak 1.745 warga.

Mereka semua divaksin di satu tempat, terpusat di pendopo Desa Ngadisari yang langsung berhadapan dengan Gunung Bromo.

Sri membeberkan bagaimana Desa Ngadisari sukses memvaksin seluruh warganya yang beragama Hindu Tengger.

Kunci utama dalam kesuksesan itu adalah komunikasi dan sikap telaten, serta kekompakan tiap perangkat desa dan pihak terkait.

Sehingga, hanya butuh dua hari untuk menginjeksi vaksin kepada seluruh penduduknya untuk dosis I, dan dua hari pula saat injeksi dosis II. Dalam sehari, dilakukan vaksinasi dua tahap dengan tetap menerapkan prokes.

Dia bersama tokoh sesepuh Suku Tengger Supoyo, perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Desa, ketua RT/RW, telaten melakukan sosialisasi tanpa kenal lelah. Rasa lelah hilang karena pemerintah desa ingin masyarakatnya sehat semua.

“Jadi kami melakukan sosialisai mulai RT 1 hingga RT 21. Kita telaten membujuk warga. Warga pun divaksin tidak terpaksa. Masyarakat punya kesadaran,” tutur Sri, panggilan akrabanya, kepada KOMPAS.com.

Awalnya, lanjut Sri, saat penyuntikan dosis pertama, banyak masyarakat yang takut divaksin karena melihat berita di TV ada warga yang meninggal dunia setelah divaksin.

Pihaknya terus meyakinkan dan membujuk warga kalau vaksin itu aman.

Setelah suntik vaksin dosis pertama kala itu, banyak masyarakat yang langsung berminat untuk divaksin karena tidak ada gejala berarti yang timbul.

Pada dosis I semua masyarakat sehat, keluhannya hanya linu dan demam tiga hari. Lalu konsultasi pada Dinas Kesehatan, dan masyarakat memahami.

Tak hanya itu, pemerintah desa juga menghadapi serangan hoaks tentang vaksin Covid-19. Serangan itu direspon dengan komunikasi dan sikap telaten terhadap masyarakat.

Masyarakat terus didekati dengan informasi yang benar. Bahwa vaksin untuk membentuk herd immunity, dan melawan virus corona ketika masuk ke dalam tubuh.

“Dengan pendekatan terus menerus, telaten, seluruh warga akhirnya tergerak tanpa paksaan untuk divaksin. Tingkat kesadaran warga tentang kesehatan di masa pandemi juga cukup tinggi. Karena dampak dari pandemi ini sangat terasa,” jelas Sri.

Selama pandemi, penduduk Ngadisari yang tak sedikit mencari penghidupan dari sektor pariwisata, merasakan dampaknya. Kunjungan wisatawan turun drastis sejak ada pembatasan sosial.

Masyarakat Ngadisari pun sadar, bahwa mereka berisiko tinggi terpapar wabah karena desanya didatangi wisatawan yang hendak ke Bromo.

Sri berharap, masyarakat sehat semua, tidak terpapar corona usai divaksin. Ekonomi dan wisatanya bisa dibuka kembali, karena banyak warga Ngadisari berprofesi sebagai sopir jip dan pelaku wisata. Warga Desa Ngadisari dan wisatawan bisa saling menjaga, karena sama-sama divaksin.

“Terima kasih kepada masyarakat Ngadisari. Masyarakat mau divaksin bukan paksaan, melainkan karena kesadaran dan minat sendiri. Yang jelas seluruh warga Ngadisari yang bisa divaksin, telah tervaksin 100 persen. Ada sebagian kecil yang akan disuntik dosis II pada Senin (16/8/2021),” jelas Sri.


Pengaruh tokoh sesepuh

Sri menyebut kesuksesan vaksinasi itu juga tak lepas dari tokoh masyarakat.

Supoyo selaku sesepuh dan tokoh Tengger, turut membantu dengan memberikan motivasi dan pemahaman kepada kepada warga terkait vaksinasi.

"Kami juga memberikan sosialisasi dalam setiap rapat RT maupun dusun. Mulai dari RT 1 hingga RT 21 kami sampaikan sosialisasi itu secara bertahap. Karena menurut saya, inti dari kesuksesan suatu pihak dalam memberikan sosialisasi adalah bagaimana mereka melakukan pendekatan dan berkomunikasi dengan warga," ujar Supoyo, kepada KOMPAS.com.

Supoyo yang merupakan mantan Kades Ngadisari menjelaskan, masyarakat Ngadisari dan suku Tengger, menghormati tokoh Tengger. Sehingga saat dibujuk untuk ikut vaksinasi Covid-19 yang diprogramkan pemerintah, mereka nurut.

Dia terlibat dalam upaya penerapan PPKM dan memahamkan vaksinasi, yang selama ini masyarakat cenderung takut divaksin.

Dalam rapat-rapat, tokoh Tengger ikut memberikan penekanan dan pemahaman yang intinya mendukung kebijakan pemerintah, dan membantu sosialisasi satgas desa.

“Sepanjang kita telaten, saya rasa tak ada hambatan apa-apa. Intinya komunikasi yang butuh ketelatenan. Kalau melihat karakter Suku Tengger, saya kira sepanjang pendekatannya mengena, tidak ada kesulitan. Intinya di komunikasi. Kalau masih ada kepercayaan masyarakat kepada tokoh, mudah. Masyarakat masih mendengarkan tokoh sesepuh Tengger. Artinya masyarakat masih mendukung. Enggak mungkin (mereka divaksin) kalau tidak mendukung,” beber Supoyo.

Selaku tokoh Tengger, Supoyo berharap setelah divaksin, warga tetap waspada. Selain tetap menjaga kebersihan, masyarakat diminta jaga imun, dan pola hidup.

“Kita siap menuju kebangkitan ekonomi, karena Bromo adalah objek wisata kelas internasional. Ketika Bromo kembali dibuka, rakyat sudah siap,” tutup Supoyo.


Rela divaksin setelah 21 tahun tak disuntik

Sunarip, warga Desa Ngadisari, akhirnya mau divaksin setelah 21 tahun tak mau disuntik karena takut jarum suntik. Dia mau divaksin karena mematuhi kebijakan pemeirntah.

Sopir jip ini mengaku sudah divaksin dua kali. Harapannya biar kebal dari virus corona dan nanti pariwisata bisa beroperasi kembali.

Sebab, banyak warga desa dan pelaku wisata yang mengeluh dengan kondisi pandemi saat ini.

“Kalau diteruskan wisata dibuka tanpa ikut vaksin, kan bahaya juga ke pelaku wisata. Wisata dibuka, pelaku wisata malah kena virus jika tak divaksin. Menurut saya, kami mendukung vaksinasi ini. Kami inginnya wisata dibuka dengan prokes. Bahaya jika ketularan virus dari tamu. Makanya kami minat divaksin,” ujar Sunarip kepada KOMPAS.com.

Dia bersama istri dan anak remajanya sudah divaksin. Awalnya anaknya tidak bisa divaksin karena usia. Setelah datang vaksin baru yang bisa diinjeksi ke anak remaja, anaknya pun sudah divaksin.

Sunarapi sesungguhnya takut disuntik. Namun setelah perangkat desa meyakinkan dan mengajaknya ikut vaksinasi, akhirnya ikut serta. Padahal dia sudah 21 tahun tidak disuntik karena takut.

"Yang ngajak saya vaksin adalah pemerintah desa. Sebenarnya saya takut disuntik. Kalau gak divaksin, kami salah. Akhirnya saya memberanikan diri agar tubuh kebal dari corona. Kira-kira sudah 21 tahun saya takut disuntik. Demi lekas berakhirnya pandemi ini saya berani disuntik vaksin. Saya juga pelaku wisata dan berharap agar pandemi ini cepat berlalu sehingga ekonomi dan parawisata bisa pulih kembali," tutur Sunarip, warga RT 07 RW 02 Dusun Ngadisari ini.

Vaksinasi di Sukapura 35 persen

Camat Sukapura Rochmad Widiarto mengapresiasi capaian Desa Ngadisari memvaksin seluruh warganya 100 persen. Setiap desa punya tantangan vaksinasi masing-masing. Maka pemerintah desa diminta melakukan pendekatan terhadap warganya.

"Kami sangat terbantu oleh perangkat Desa Ngadisari. Tidak mudah untuk melakukan hal seperti itu. Nakes juga sangat membantu. Pembinaan dari kecamatan kepada satgas desa sudah terlaksana dan Desa Ngadisari memberikan yang terbaik," tandas Rochmad kepada KOMPAS.com.

Menurut Rochmad, di Kecamatan Sukapura sendiri, vaksinasi sudah mencapai 35 persen. Setidaknya tiap desa ditargetkan 70 persen warganya sudah divaksin. Sopir jip di Sukapura 70 persen sudah mengikuti vaksinasi. Angka vaksinasi di Sukapura diharapkan terus naik tiap harinya.

Apresiasi Bupati Tantri

Melalui siaran tertulis, Bupati Probolinggo P. Tantriana Sari mengatakan, luar biasanya Desa Ngadisari ini, warga masyarakat dan disupport oleh Pemerintah Desa pelaksanaan program vaksinasi ini luar biasa bagus.

“Hari ini telah tervaksin dosis 2 sebanyak 90 persen dari total warga Desa Ngadisari yang boleh divaksin 1.100 orang. Insya Allah di hari Sabtu besok akan disempurnakan sebanyak 191 orang sisanya untuk dilakukan vaksinasi sehingga di Sabtu besok 100% capaian vaksinasi bagi warga masyarakat Desa Ngadisari,” katanya saat meninjau vaksinasi di desa setempat, Selasa (10/8/2021) lalu.

Menurut Tantri, ini tentunya menjadi inspirasi bagi semuanya, tidak hanya Pemerintah Kabupaten Probolinggo dan Pemerintah Desa Ngadisari, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan bahwa memang program vaksinasi ini harus didukung dan diupayakan.

“Semua ini tentunya untuk mengikhtiarkan warga masyarakat sehat wal afiat lahir dan batin, utamanya dalam kondisi pandemi Covid-19,” kata Tantri. 

https://regional.kompas.com/read/2021/08/15/151431978/sukses-desa-ngadisari-dalam-4-hari-100-persen-warga-suku-tengger-telah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke