Salin Artikel

Kisah Satya Sopir Antar Jemput Pasien Covid-19 di Yogya, Pakai Mobil Pribadi, Rela Tak Dibayar

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Upaya baik yang dilakukan warga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama pandemi Covid-19 ini seakan-akan tak putus-putus.

Mereka membantu dengan berbagai cara dari yang menyediakan bahan makanan, hingga menyediakan jasa antar jemput pasien Covid-19.

Seperti yang dilakukan oleh Satya Swandaru (36) laki-laki asal Sewon Kabupaten Bantul ini memilih membantu pasien Covid-19 dengan cara memberikan jasa layanan antar jemput pasien.

Ide itu didasarkan dari rasa keprihatinan yang muncul ketika seorang temannya terpapar Covid-19 dan takut jika harus masuk ke dalam ambulans.

Ditambah banyak pasien Covid-19 merasa takut jika rumahnya didatangi ambulans dengan personel berpakaian hazmat lengkap.

Pada saat itu kawan Satya mencoba mencari taksi online untuk mengantar dari rumah menuju rumah sakit namun, usaha kawannya berbuah nihil karena taksi online yang dicari selalu menolak mengantar pasien Covid-19.

Karena pengalaman kawannya itu dirinya memberanikan diri untuk membantu sebagai sopir pengantar pasien Covid-19 dengan menggunakan mobil pribadi.

Mobil pribadi ia gunakan dengan bertujuan agar tidak terlalu mencolok bagi pasien yang diantar ke rumah sakit.

Satya memulai menawarkan jasanya melalui grup-grup pesan singkat yang ia ikuti seperti grup alumni SD, SMP, hingga grup alumni SMA.

“Saya enggak tahu juga kenapa informasinya bisa tersebar ke mana-mana,” kata dia saat dihubungi, Senin (10/8/2021).

Dalam melakukan penjemputan pasien Covid-19 dirinya tergolong sangat berani mengingat alat pelindung diri (APD) yang ia gunakan tergolong sangat minim, yaitu berupa masker dengan lapis 4, kacamata anti debu (safety), dan sekat plastik penghalang antara kabin belakang dan depan.

Karena minimnya APD yang digunakan maka ia menerapkan aturan ketat selama pasien menggunakan jasanya.

Pasien dilarang berbicara atau membuka masker selama perjalanan dari rumah menuju rumah sakit.

Semua urusan antara ia dan pengguna jasanya diselesaikan sebelum pasien naik ke mobilnya dengan menggunakan aplikasi pesan singkat WhatsApp.

Setelah kedua belah pihak mengerti keadaan dan sepakat barulah pasien diantarkan ke lokasi tujuan.

“APD itukan alat pelindung diri karena banyak yang mengira bahwa APD itu baju hazmat. Saya pakai masker dobel 4, kacamata anti debu dan bakteri, dan mobil ada sekatnya jadi terpisah,” jelas dia.

Setelah mengantar pasien ke rumah sakit ia langsung melakukan dekontaminasi ke seluruh mobil dengan cara menyemprot desinfektan di kabin mobil dan membuka pintu dan jendela selama 30 menit agar ada sirkulasi udara yang masuk ke mobil pribadinya.

“Setelah saya mengantar biasanya saya langsung cari tempat yang agak  longgar di seputaran rumah sakit, lalu saya semprot desinfektan dan tunggu 30 menit saya buka semuanya baru saya berani jalan lagi,” jelas Satya.

Keputusan Satya menjadi pengemudi antar jemput pasien Covid-19 ini awalnya mendapatkan pertentangan dari keluarganya. Namun, setelah diberikan penjelasan akhirnya keluarga dapat memahaminya.

Kini Satya sudah menjalani profesi barunya sebagai sopir khusus membawa pasien ini sudah 6 bulan, berbagai pengalaman telah ia alami dari yang ringan hingga berat.

Satya menceritakan, pukul 04.00 WIB ia harus membawa pasien Covid-19 dengan komorbid yang berat.

Ia harus berpacu dengan waktu agar sampai ke rumah pasien dengan secepat mungkin mengingat jarak tergolong jauh.

Satya yang bertempat tinggal di Sewon Bantul harus menjemput pasien yang berada di Kulon Progo dengan jarak 38 kilometer sekali berangkat.

“Jam 4 pagi dia telepon padahal perjalanan saya butuh satu jam sedangkan rumah pasien ke rumah sakit itu hanya menempuh 10 menit. Kondisi pasien sangat memprihatinkan, karena ada asam lambung sama batu ginjal, jadi gak bisa gerak dan harus dibopong keluarga,” ungkapnya.

Tak hanya itu, Satya dua hari lalu mengantarkan 7 orang pasien dalam satu hari dan jumlah itu menjadi yang terbanyak selama 6 bulan menjadi pengemudi antar jemput pasien corona.

Setelah mengantar 7 pasien ia mendapatkan telepon kembali untuk mengantar namun, ia harus menolak karena waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari.

“Ada telpon lagi masuk tetapi saya tolak sudah jam 2 pagi, saya sudah tidak kuat untuk mengantar. Tetapi kalau rata-rata 2-4 pasien,” katanya.

Dalam mengantar pasien ini Satya tidak mematok bayaran, ia dibayar seikhlasnya dan semampu pengguna jasanya.

Bahkan beberapa kali ia tidak dibayar oleh pasien yang membutuhkan jasanya.

“Ada yang memberi banyak ada yang tidak. Ini kan seperti subsidi silang,” ucapnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/10/160406478/kisah-satya-sopir-antar-jemput-pasien-covid-19-di-yogya-pakai-mobil-pribadi

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke