Salin Artikel

Kisah Suwaji, Mantan Petinju yang Sukses Jualan Tikus Putih di Kota Malang

KOMPAS.com - Suwaji, yang dikenal sebagai mantan petinju memilih keluar dari pekerjaannya sebagai sekuriti perumahan elit untuk memulai usaha menjadi penjual tikus putih.

Bisnis tak lazim ini telah dijalani warga Jalan Sudimoro itu sejak 13 tahun lalu di Kota Malang.

Tikus putih biasanya dipakai untuk riset mahasiswa, dokter juga untuk makanan reptil dan burung piaraan.

Tikus putih yang dibudidayakan Suwaji tak sedikit, sempat mencapai 7.500 ekor. Setiap minggu perlu makan 2 kuintal.

Tapi sekarang di kandangnya tinggal 25 persen jumlahnya.

"Saya habis sakit karena capek mengurus sendirian. Tikusnya saya jual semua," kata Suwaji Jumat (6/8/2021), seperti dilansir dari Suryamalang.com.

Hal ini karena tiga pegawainya sedang ada keperluan. Suwaji mengaku permintaan tikus putih di pasar sangat banyak. 

"Sampai saya nolak-nolak kebutuhan mahasiswa," ujar dia.

Suwaji adalah pemain lama di bisnis ini, maka ia sering jadi jujugan pembelian tikus putih.

Awal terjun menjadi penjual tikus putih dimulai Suwaji dengan tiga ekor tikus, yakni dua betina satu jantan.

Setahun memelihara, belum ada penjualan karena ia masih mencari pasar. 

Ia baru mendapatkan pasar ketika masuk ke komunitas reptil.

"Tikus adalah binatang yang menjijikkan. Mendengarkan namanya saja sudah bergidik. Tapi, bagi saya, itu sebagai peluang pekerjaan karena pasti tak banyak yang menekuni pekerjaan itu," ujar dia.

Suwaji menyebut, banyak yang membutuhkan tikus putih. 

Salah satu pelanggannya adalah sebuah tempat wisata di Kota Batu.

Setiap minggu, ia harus menyiapkan 750 ekor tikus untuk makanan ular dan burung koleksi di tempat wisata itu.

"Meski pandemi, hewan itu ya tetap harus diberi makan. Tidak bisa diberi janji. Apalagi di sana binatangnya mahal dan langka. Kalau manusia masih bisa menahan atau mengurangi makan," ujar dia.

Ia menyebut, tikus adalah hewan yang mudah berkembang biak, dengan tingkat kematian kecil.

Perawatan tikus juga mudah. Makan cukup diberikan yang berkualitas agar bisa berkembang biak.

Harga tikus mulai Rp 2000-75.000 per ekor. Tikus yang mahal biasanya karena harus memenuhi syarat tertentu untuk riset.

Ada tiga jenis tikus yang dikembangkan yaitu mencit, tikus putih dan tikus rumah.

Tikus rumah, kata dia, biasanya diminati dokter spesialis.

Jenis mencit biasanya untuk riset mahasiswa Farmasi, sementara mahasiswa kedokteran biasanya memakai tikus biasa.

Dalam peternakannya, ia menunjukkan banyak bekas alat-alat buat riset dan obat-obatan yang ditinggal di sana.

Sebab, ada juga yang melakukan riset di kandangnya.

Karena kini jumlah tikusnya berkurang, kandang-kandang banyak yang kosong.

"Dulu ya penuh," tutur dia.

Saat tikus hamil, Suwaji akan memindahkan ke kandang tersendiri.

Usia produktif tikus adalah 4-5 bulan. Saat berkembang biak pertama biasanya bisa mencapai 5-7 anak.

Berikutnya, anaknya bisa mencapai 15 anak. Tapi, saat sudah di atas enam kali, jumlah anak turun.

Budidaya tikus bukan tanpa tantangan. Ia pernah tidak disukai lingkungan karena memelihara tikus hingga pernah bingung ketika tikus yang dibudidayakan tidak laku.

"Kalau pelihara kelinci, enggak laku bisa diberikan ke tetangga atau jadi sate. Kalau tikus?" kata dia.

Tapi dengan adanya riset-riset, segala jenis tikus selalu ada peminatnya.

---------------------

Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul Suwaji, Mantan Petinju yang Sukses Jadi Penjual Tikus Putih di Kota Malang. (SURYAMALANG.COM/SYLVIANITA WIDYAWATI)

https://regional.kompas.com/read/2021/08/07/173106978/kisah-suwaji-mantan-petinju-yang-sukses-jualan-tikus-putih-di-kota-malang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke