Salin Artikel

Legenda Putri Naga dan Majo di Taman Wisata Komodo

Permintaan tersebut tercantum dalam sebuah dokumen bertajuk Konvensi tentang Perlindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia bernomor WHC/21/44.COM/7B.

Dokumen tersebut dikeluarkan setelah konvensi daring pada 16–31 Juli 2021 di Fuzhou, China.

Sejak diumumkan, sebagian pihak mengungkapkan kekhawatiran pembangunan proyek pariwisata dalam skala masif itu akan mengancam kelestarian ekosistem dan konservasi satwa langka komodo.

Dikutip dari Indonesia.go.id, alkisah, konon di masa lalu, hiduplah seorang perempuan gaib yang terkenal elok rupawan.

Oleh masyarakat setempat, putri itu biasa dipanggil dengan nama “Putri Naga.”

Sang putri kemudian menikah dengan seorang laki-laki dari wangsa manusia yang bernama “Majo.

Dari buah cinta merela lahirlah anak kembar yakni seorang bayi laki-laki dan seekor bayi naga.

Anak laki-lakinya diberi nama “Gerong,” dan dibesarkan di antara manusia; sementara yang berwujud naga dinamai “Orah,” yang dibesarkan di hutan.

Sekalipun bersaudara kembar, sejak kecil telah dipisahkan sehingga mereka tak saling mengenal satu dengan lainnya.

Saat itu si-Gerong, laiknya laki-laki dewasa pada umumnya, memiliki tugas berburu binatang entah itu ke hutan ataupun ke laut.

Ia pun pergi berburu ke hutan. Berbekal tombaknya si-Gerong berhasil membunuh seekor rusa.

Tapi sewaktu si-Gerong hendak mengambil rusa hasil buruannya itu, tiba-tiba dari semak belukar muncul seekor kadal raksasa yang berusaha merampas rusa hasil buruannya itu.

Si Gerong berusaha mengusir kadal raksasa itu, tetapi sayangnya tak kuasa.

Reptil dengan ukuran gigantik itu berdiri di atas bangkai rusa sambil memberi peringatan dengan muka menyeringai.

Si-Gerong tak takut, ia mengangkat tombaknya hendak membunuh kadal raksasa itu. Pada momen kritis itu tiba-tiba muncullah perempuan cantik dengan tubuh cahaya bersinar menyilaukan.

“Jangan bunuh hewan ini, dia adalah saudara perempuanmu, Orah. Aku-lah yang melahirkan kalian. Anggaplah dia sesamamu karena kalian sejatinya adalah bersaudara kembar.”

Struktur narasi folkore itu membangun kedekatan hubungan antara manusia dan Komodo.

Terlepas dari aspek kebenarannya secara ontologis, folklore ini entah langsung atau tidak langsung berjasa besar mengemban fungsi konservasi terhadap spesies yang memiliki nama latin Varanus Komodoensis.

Binatang purba yang masih lestari

Komodo adalah binatang purba yang masih lestari hingga kini.

Taman Nasional Komodo adalah habitat terakhir sekaligus satu-satunya di dunia tempat spesies ini hidup.

Pada 1991 UNESCO mendeklarasikan kawasan yang dihuni sekitar 5.700-an kadal raksasa yang tampak seperti naga sebagai Situs Warisan Alam Dunia.

Sedangkan status Taman Nasional Komodo sendiri ditetapkan oleh Presiden Soeharto pada 1980, yang kawasannya meliputi areal Pulau Komodo, Padar, Rinca, Gili Motang, dan Nusa Kode.

Melalui Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional, posisi Komodo didudukkan sebagai sebagai satwa nasional.

Bergerak lebih jauh, pada 2006 kawasan lindung yang meliputi wilayah darat dan laut yang dengan luas total 1.817 kilometer persegi ini ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono sebagai percontohan taman nasional.

Memiliki keragaman hayati

Kawasan ini merupakan salah satu lingkungan laut yang memiliki keragaman hayati yang menarik karena berada di garis Wallacea, area pertemuan antara lempeng Asia dan Australia.

Selain itu kawana ini juga dikenal memiliki keunikan spesies flora maupun fauna sebagai hasil dari posisi geografisnya berada di zonasi transisi antara Asia maupun Australia.

Ada 277 spesies hewan yang terdiri dari: 32 spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies reptilia.

Termasuk komodo, setidaknya ditemukan 25 spesies hewan darat atau burung yang secara hukum dilindungi karena populasinya terbatas atau terbatas penyebaran geografisnya.

Pada tahun 2012, organisasi New 7 Wonders memasukkan Taman Nasional Komodo sebagai salah satu “The New Seven Wonder of Nature.”

Tak hanya itu, untuk wisata bawah laut hasil survai CNN pada 2015 menobatkan Taman Nasional Komodo sebagai “World’s Best Snorkeling Destination.”

Juga majalah bergengsi National Geographic, pada edisi bulan Juli 2017 berjudul 100 Best Destinantions bahkan menempatkan Taman Nasional Komodo masuk daftar 10 destinasi terbaik sedunia.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/05/114000078/legenda-putri-naga-dan-majo-di-taman-wisata-komodo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke