Salin Artikel

Kisah Perjuangan 6 Dokter Srikandi Bantu Warga Isoman dengan Telekonsultasi

Difasilitasi seorang ahli teknologi informasi jebolan Massachusetts University, mereka sepakat menawarkan layanan konsultasi kesehatan jarak jauh (tele-konsultasi) bagi warga yang sedang isolasi mandiri di rumah.

Dokter-dokter tersebut adalah Lianita Farah Rosalina, Erlin Nursiloningrum, dan Christine Indrawati.

Dua yang pertama adalah dokter spesialis patologi klinik sedangkan Christine adalah dokter yang juga lulusan pascasarjana bidang manajemen kesehatan.

"Kami bertiga dipertemukan teman SMA saya, Handy Trisakti, ahli IT. Dan kami segera bertemu di aplikasi zoom meeting," ujar Christine kepada Kompas.com di kantornya di Blitar, Selasa (3/8/2021).

Christine, perempuan 50 tahun yang periang itu, sudah lama berkarir di Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar dan kini menjabat sebagai Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan.

"Herannya, kami belum saling kenal sebelumnya, tapi pada pertemuan daring itu kami seperti sudah akrab lama dan kami begitu bersemangat untuk berbuat sesuatu atas kondisi ini," ujar Christine.

Menurutnya, dorongan kuat untuk memberikan layanan konsultasi kesehatan itu didasarkan pada situasi di mana rumah sakit dan otoritas kesehatan semakin kewalahan menghadapi lonjakan kasus Covid-19.

Singkat cerita, mereka sepakat untuk memberikan layanan konsultasi kesehatan kepada warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah melalui platform Telegram.

Alasan gunakan telegram

Pilihan Telegram, ujar Christine, karena aplikasi itu mampu menampung komunikasi dan data dalam jumlah besar serta memungkinkan satu akun diakses oleh banyak nomor atau admin.

"Seperti kata Handy, di Telegram, kita juga bisa membuat matrik untuk memilah pasien-pasien berdasarkan sejumlah kategorisasi," ujarnya.

Di luar itu, kata Christine, Handy juga menyiapkan aplikasi lainnya berbasis Odoo yang bisa digunakan bersama oleh tim dokter itu sebagai tempat pencatatan rekam medis dan informasi lain yang berkaitan dengan pasien.

Setelah sekitar dua hari dua malam mereka mematangkan konsep pelayanan, tim IT yang dipimpin Handy pun segera menyiapkan segalanya, termasuk aplikasi yang diperlukan.

Sesuai nama gerakan derma yang mereka sepakati, dibuatlah akun di Instagram dengan nama @tim.satu serta akun di Telegram yaitu 081230964063.

Tim satu mulai membuka layanan hari Selasa (13/7/2021).

Informasi layanan mereka sebarkan melalui akun instagram tim.satu, dengan tagline "Satu Hati, Satu Hari, Satu Nyawa. Isolasi Terpantau".

"Kita namai Tim Satu karena kita ini dari berbagai latar belakang agama dan etnis tapi bisa kompak untuk misi kemanusiaan," ujar Christine.

Didatangi warga isoman

Di hari pertama, akun Telegram mereka sudah mulai didatangi beberapa orang yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah.

Mulai dari 3 hingga 4 orang per hari, kemudian 7 hingga 8 orang per hari, dan puncaknya sekitar 15 orang per hari.

"Pernah setiap orang dari kami bertiga ini harus menangani 25 pasien setiap harinya, termasuk pasien lama yang belum selesai masa isolasinya," ujar Christine.

Layanan konsultasi buka mulai jam 07.00 WIB pagi hingga pukul 24.00 WIB tengah malam. Tiga dokter perempuan itu berbagi tugas berjaga di tiga sif layanan, yaitu pagi, sore dan malam.

"Saya kebagian sif malam, karena siang saya ngantor," ujarnya.

Layani 164 warga isoman di rumah, ada yang meninggal

Hingga Selasa (3/8/2021), mereka telah melayani total 164 warga dari berbagai daerah yang menjalani isolasi mandiri di rumah.

Dari jumlah itu, sebanyak 93 orang telah selesai menjalani isolasi mandiri, 49 orang masih aktif berkonsultasi, dan 3 orang meninggal dunia.

"Mereka meninggal dunia dalam perawatan di rumah sakit. Ketika datang ke kami untuk berkonsultasi, kondisi mereka sudah masuk kategori sedang dan berat namun karena sesuatu hal, mereka belum mendapatkan perawatan rumah sakit," ujar Christine.

Menurut Christine, sekitar 75 persen dari pasien yang berkonsultasi adalah warga Malang Raya, dari wilayah Kabupaten dan Kota, karena pada awalnya layanan memang diluncurkan di Malang.

Sisanya, adalah warga dari berbagai daerah di Indonesia seperti Mataram, Jakarta, hingga Nusa Tenggara Timur.

Melihat respons yang begitu besar, sejak sepekan lalu, Tim Satu merekrut tambahan relawan dokter dan tenaga IT totalnya menjadi 13 orang terdiri dari 6 dokter dan 7 tenaga IT.

"Dokternya perempuan semua, ada yang di Sumenep (Madura), Kota Batu, Malang, dan saya di Blitar," jelasnya.

Tambahan tiga dokter itu adalah Noor Hafida, Tiara Avryanti, dan Rossy Meilani.

Dipimpin Handy, Tim IT terdiri dari Azalie Zata Yumni, Qonita Az Zahra, Fakhriyah Iffatunnisa, Laksmi Muliawati, Bullitt Zulfiqar, dan Auliya khoirunnisa.

Tiga di antaranya juga berprofesi sebagai dokter.

Terdorong oleh pemahaman Christine pada situasi pandemi di wilayah Kabupaten Blitar, Tim Satu akan segera membuka layanan lokal khusus untuk warga Kabupaten Blitar yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah.

"Tidak hanya mereka yang positif berdasarkan tes PCR, kami akan layani juga warga isoman yang positif berdasarkan tes antigen," ujarnya.

Menenangkan kepanikan

Sejak awal, Tim Satu sudah menyadari penuh bahwa layanan mereka bukan layanan telemedicine tapi hanya layanan konsultasi kesehatan.

Tim Satu tidak akan memberikan resep untuk terapi pengobatan, namun hanya memberikan bimbingan kepada warga bagaimana menjalani isolasi mandiri dengan baik selama 11 hari.

Karenanya, Tim Satu juga membatasi pelayanan hanya bagi mereka yang bergejala ringan atau yang tanpa gejala, meskipun beberapa kali pasien dengan gejala sedang dan berat memanfaatkan layanan mereka karena belum mendapatkan kamar di rumah sakit.

Menurut Christine, pasien yang sudah mendapatkan resep dokter juga akan diberikan saran alternatif obat-obat yang sejenis dengan resep selain juga bantuan interpretasi hasil tes laboratorium.

Namun, di antara persoalan-persoalan yang disodorkan oleh mereka yang meminta layanan konsultasi ke Tim Satu yang paling dominan adalah kepanikan.

"Jadi kebanyakan mereka panik karena terkonfirmasi positif Covid-19. 'Saya harus bagaimana dok', 'apa yang harus saya lakukan di rumah selama isolasi dok', atau, 'kenapa saya merasa pusing dok', dan seterusnya," kata Christine.

Tidak jarang, Tim Satu sampai kewalahan menghadapi kepanikan pasien.

Christine menceritakan seorang pasien yang karena panik dan menjadi emosi kemudian tidak bersedia mendengarkan saran yang diberikan Tim Satu.

"Kami tetap sampaikan saja saran kami, dan kami kirimkan beberapa video pendek yang menenangkan. Dan, benar, keesokan harinya pasien tersebut chat duluan ke kami dan minta maaf karena kemarin sangat panik," tuturnya.

Selain memberikan nasihat dan saran, Tim Satu juga memberikan beberapa video pendek yang diharapkan dapat memotivasi pasien untuk mendapatkan kesembuhan.

Salah satu video pendek itu adalah buatan Ary Ginanjar yang berjudul, "Jurus PMP melawan Covid". PMP singkatan dari pikiran, makan, pernapasan.

Selain itu, mereka juga mengirim video-video teknik pernapasan yang bisa dijalankan oleh pasien selama menjalani isolasi mandiri di rumah.

"Hikmah berharga yang saya dapat petik dari pengalaman ini adalah tentang pentingnya peran pikiran yang tenang dalam proses penyembuhan," ujar Christine.


Kebahagiaan tak terukur uang

Memasuki pekan kedua sejak Tim Satu memulai layanan konsultasi, hampir setiap hari ada pasien yang telah memasuki hari terakhir masa isolasi.

Dan sejak itu, hampir setiap hari juga Tim Satu menerima ucapan terima kasih yang tulus dari mereka yang selama sudah mendapatkan bimbingan selama menjalani masa isolasi.

"Terimakasih dokter sudah menjadi tempat saya bertanya, tempat bersandar selama saya menjalani isolasi," kata Christine mencontohkan ucapan yang disampaikan mereka saat berpamitan dari akun Telegram Tim Satu.

Ucapan-ucapan itu juga selalu disertai doa-doa yang tulus.

"Ucapan-ucapan itu begitu membahagiakan kami, kebahagiaan yang tak bisa diukur dengan uang ya. Menjadi energi kami untuk terus membantu," kata Christine.

Christine mengungkapkan, saat menerima ucapan terima kasih dan doa baik itu dia merasa hidupnya menjadi lebih bermakna.

Meskipun, kata Christine, sejak sepekan terakhir juga mulai muncul fenomena baru di antara pasien Tim Satu, yaitu bahwa di hari ke-11 atau ke-13 untuk pasien bergejala, mulai banyak yang mengeluhkan gejala yang tidak hilang.

"Dari situ kami pun mulai menyadari bahwa kasus long Covid mulai bermunculan," katanya. 

https://regional.kompas.com/read/2021/08/04/155829378/kisah-perjuangan-6-dokter-srikandi-bantu-warga-isoman-dengan-telekonsultasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke