Salin Artikel

Curhat Seniman Topeng Banjet Karawang: 2 Tahun Tak Pentas sejak Pandemi, Jual Peralatan buat Sambung Hidup

Ia sudah 10 tahun tergabung dalam grup Dewi Asmara. "Sudah dua tahun, sejak ada Covid-19," ujar Entin ditemui di Mapolres Karawang, Kamis (29/7/2021).

Untuk kebutuhan sehari-hari ia mengandalkan suaminya yang menarik becak di wilayah Perum Peruri. Itu pun pengahasilannya tak tentu.

Sebab, sejak imbauan di rumah aja, jumlah penumpang pun berkurang. Hanya satu dua orang, atau pernah tak ada sama sekali.

"Gak tentu. Kadang gak sama sekali," ujar warga Kampung Sukakarya, Desa Telukjambe, Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang itu.

Tak terima bantuan selama pandemi

Entin pun berupaya membantu suaminya dengan bekerja sampingan. Misalnya nyuci dan mengasuh anak. Sedang dua anaknya baru saja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). "Ya gitu kerja sampingan ikut orang nyuci, momong," ucap dia.

Meski begitu, Entin tak menerima bantuan dari pemerintah sejak pandemi Covid-19 terjadi, baik tunai maupun beras.

"Baru kali dapet sembako di Kapolres (Karawang)," ujar dia.

Tomi Rimansyah, Ketua Paguyuban Seni Topeng Banjet Karawang, berharap pemerintah memperhatikan para seniman, khususnya Topeng Banjet.

Sebab, sejak pandemi Covid-19 terlebih sejak pentas tak diperbolehkan, mereka jungkir balik.

"Kami berharap ada perhatian secara pasti, baik dari pwmerintah daerah maupun pusat," ujar dia.


Terpaksa jual peralatan manggung untuk bertahan hidup, berinovasi manggung di YouTube

Tomi menyebut ada sekitar 73 grup topeng banjet di Karawang. Setiap grup itu terdiri dari 25 sampai 30 orang personel.

Tomi mengungkapkan, selama pandemi Covid-19 keadaan grup topeng banjet berhenti total karena tidak adanya tawaran manggung.

"Kalau habis Idul Adha seperti ini banyak hajatan. Mereka bisa manggung sampai 18 kali. Namun saat ini dibatalkan karena hajatan dan keramaian tak diperbolehkan," katanya.

Setiap sekali manggung, grup Topeng Banjet menerima bayaran mulai Rp 7 juta, tergantung wilayah penanggap.

Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, para seniman, banyak yang menjual alat-alat manggung. Seperti kendang dan rebab.

"Sampai ada yang jual alat," ujar dia.

Selain itu, para seniman Topeng Banjet pun tetap berinovasi. Misalnya dengan melakukan pertunjukkan Topeng Banjet secara virtual di kanal YouTube atau radio swasta.

"Kita berinovasi agar kami, seniman Topeng Banjet tetap eksis," kata Tomi.

Upaya bantuan untuk pekerja seni

Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Karawang Yudi Yudiawan mengatakan, tengah mengupayakan bantuan bagi para pekerja seni.

"Kami tengah komunikasi dengan Disparbud Provinsi (Jabar)," kata Yudi

Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana menyebutkan, pemberian bantuan, seperti bantuan tunai sosial (BST) dan bantuan pangan non tunai (BPNT) diberikan berdasarkan data.

Pendataan itu dilakukan oleh tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK) dn pendamping program keluarga harapan (PKH).

"Pendataan itu pastinya ada klasifikasi khusus, benar-benar tidak mampu," kata dia.

Jika memang memerlukan bantuan, kata Cellica, yang bersangkutan sebaiknya melapor kepada TKSK atau pendamping PKH setempat.

"Agar jika keluarga penerima manfaat (KPM) PKH atau BPNT pindah, meninggal, atau ada revisi data, bisa didata dan dimasukkan," ujar Cellica.

https://regional.kompas.com/read/2021/07/29/155549578/curhat-seniman-topeng-banjet-karawang-2-tahun-tak-pentas-sejak-pandemi-jual

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke