Salin Artikel

Cerita Ririn Jual Soto Ayam Rp 2.000 Per Porsi, Berbisnis Sekaligus Berbagi Saat Pandemi

Ia dan suaminya, Dwi Indiarto mendirikan warung sederhana di Jalan Panjikusumo di Desa Pojok, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar sejak 4 bulan yang lalu.

"Saya kira berbagi atau bersedekah tidak harus memberi cuma-cuma. Dengan harga itu, kami masih dapat marjin meskipun tipis, tapi kalau kita bisa jual banyak ya cukuplah buat kami," ujar pemilik warung Omah Rindu, Ririn Dian.

"Kalau ada niatan saya dan suami untuk bersedekah, ya mungkin beginilah caranya, menjual makanan murah," tambah perempuan lukusan Jurusan Psikologi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Sebenarnya, Ririn tak hanya menjual soto ayam. Ia juga menjual menu lain seperti soto sapi dan nasi gudeg dengan lauk telur masing-masing seharga Rp 5.000 per porsi.

Serta lalapan ayam seharga Rp 6.000 dan nasi ayam bakar seharga Rp 10.000.

Namun sampai saat ini, soto ayam adalah menu yang paling banyak dipesan oleh pelanggan. Sebelum PPKM Darurat dijalankan, Ririn bisa menjual hingga Rp 500 porsi soto ayam.

Sedangkan menu lain yang banyak dipesan adalah soto daging sapi dengan penjualan 100 porsi per hari.

Di hari-hari biasa, sebelum PPKM, omzet Omah Rindu mencapai Rp 1,5 juta per hari dan bertambah menjadi Rp 2,5 juta per hari saat akhir pekan.

Namun saat PPKM Darurat, omzetnya turun hingga 50 persen.

Ia pernah berjualan di Tulungagung, kota kelahirannya sebelum akhirnya pindah ke Cikarang, Jawa Barat pada tahun 2016.

Dengan modal pas-pasan, ia membuka warung dan menjual soto ayam seharga Rp 3.000. Karena menjual harga murah, ia sempat dimusuhi oleh warung makan lainnya.

Usahanya berkembang dan memiliki pelanggan tetap dari karyawan sebuah pabrik.

Sayangnya, pabrik tersebut tutup karena terdampak pandemi. Ririn pun menutup usahanya dan memilih pulang ke kampung suaminya di Blitar pada Januari 2021.

Ia lalu kembali berjualan soto ayam secara online dengan harga Rp 2.000 per porsi.

"Kalau ada yang pesan, suami saya yang antar tanpa ada ongkos kirim selama masih dalam jarak wajar," katanya.

Saat berjualan dengan harga murah, tak sedikit yang mencurigai soto ayam buatannya menggunakan daging tidak layak konsumsi dan berbagai sangkaan negatif lain.

Namun, Ririn memiliki kesabaran untuk menghadapi komentar miring di media sosial.

Secara perlahan. komentar miring itu mulai diimbangi testimoni positif dari mereka yang pernah membeli soto ayamnya.

"Ketika pelanggan mulai banyak, justru mereka meminta saya buka warung offline agar mereka bisa sambil ngopi dan ngobrol," ujar ibu satu anak itu.

Maka, menjelang bulan puasa lalu, dia dan Dwi mulai membeli satu set meja dan kursi kayu untuk diletakkan di teras rumah mertuanya.

Berangsur-angsur, dia dapat membeli tambahan meja dan memasang paranet sebagai atap sementara di halaman rumah mertua yang tidak begitu luas.

"Maka, jadilah seperti sekarang, warung di halaman rumah orangtua," ujar Ririn sembari menunjukkan warung sederhana dengan lima set meja dan kursi di halaman rumah.

Dengan jumlah pelanggan terus bertambah, warung makan Omah Rindu kini memiliki empat pekerja, meskipun sejak PPKM darurat, tiga di antaranya dengan kesadaran menawarkan diri untuk dirumahkan sementara.

Bagi Ririn, kerelaan pelanggan warung makannya untuk mendoakan menjadi sesuatu yang membahagiakan untuk dia dan keluarganya.

Dengan berjalanya waktu, beberapa pelanggan mempertanyakan apakah Omah Rindu tetap akan menjual soto ayam seharga Rp 2.000.

"Saya tegaskan ke mereka, selama tidak sampai nombok, saya akan tetap jual soto ayam Rp 2.000. Saya masih dapat untung dari minuman," ujar Ririn.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Asip Agus Hasani | Editor : Dheri Agriesta)

https://regional.kompas.com/read/2021/07/13/121200778/cerita-ririn-jual-soto-ayam-rp-2.000-per-porsi-berbisnis-sekaligus-berbagi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke