Salin Artikel

Digitalisasi Perbankan Syariah di Ujung Pulau Sumatera...

Dicat dengan warna hijau mencolok dengan tulisan BSI (Bank Syariah Indonesia) di depannya.

Di halaman terlihat deretan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) persis di depan lima meriam kecil, semakin memperindah halaman bank itu.

Di kantor BSI Kota Lhokseumawe, ratusan orang mengantre, mengikuti proses migrasi nomor rekening.

Bank pelat merah ini gabungan dari BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Mandiri Syariah. Resmi beroperasi sejak 1 Februari 2021.

Sepert diketahui, khusus di Aceh, Pemerintah Aceh mengesahkan Qanun (peraturan daerah) Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah (LKS).

Aturan ini mewajibkan seluruh lembaga keuangan harus syariah. Artinya, tak ada lagi transaksi bank konvensional di provinsi ujung Pulau Sumatera itu.

Maka, Gubernur Aceh Nova Iriansyah menandatangani efektif pemberlakuan itu sejak 4 Januari 2019.

Seluruh lembaga keuangan diberi waktu hingga Juni 2021 untuk beralih ke syariah. Jika tidak, terpaksa menutup kantor di Aceh.

“Kami harus migrasi rekening bank lagi. Apalagi, BSI mensyaratkan hingga 30 Juli 2021 harus selesai migrasi rekening. Maka, harus rela antre,” kata Taufiqurahman, nasabah BSI asal Desa Kuta Blang, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, kepada Kompas.com, Selasa (6/7/2021).

Lalu, kenapa tidak menggunakan layanan BSI mobile?

Taufiq tersenyum. Dia mengaku tak pandai menggunakan aplikasi digital itu.

Padahal, BSI juga menyediakan aplikasi pembukaan rekening atau migrasi rekening secara digital lewat layanan buka rekening online di alamat https://www.bankbsi.co.id/produk&layanan/digital-banking. 

Nasabah lainnya, Muammar, warga Desa Beunot, Kecamatan Syamtalira Bayu, Kabupaten Aceh Utara, memilih jalur migrasi nomor rekening secara online.

Hanya saja, untuk mengambil buku rekening dan kartu ATM tetap harus mendatangi kantor cabang.

“Sebenarnya sudah mudah lewat online. Namun, tetap saja kita harus ambil sendiri kan buku bank dan kartu ATM-nya. Ini lebih mudah. Dibanding saya harus antre di bawah tenda dari pagi hingga siang untuk migrasi,” kata Muammar.

Muammar masuk kategori orang pertama yang memilih migrasi nomor rekening.

Ayah dua anak ini sadar benar keperluan bisnisnya untuk digitalisasi.

“Jadi saya cukup pakai BSI mobile saja. Semua bisa saya atur lewat aplikasi, sampai bayar zakat pun bisa lewat aplikasi ahahahah,” katanya. 

Dalam sepekan, Muammar minimal tiga atau empat kali menggunakan layanan BSI mobile.

Itu karena dia membeli semua keperluan bisnis bengkel mobil tuanya lewat aplikasi digital tersebut. 

“Jadi tak terlalu merepotkan sebenarnya. Hanya saja, masyarakat kita mungkin belum terbiasa kalau migrasi harus lewat digital. Ini kan soal keyakinan aman atau tidak. Kalau saya, yakin saja, BSI mobile aman dan buktinya aman benar,” terangnya.

Dia membeli sparepart aneka mobil tua dari Medan, Surabaya hingga Jakarta. Pembayaran lewat digital.

“Barang sampai kita kirim uangnya. Sudah aman saja,” katanya. 

Muammar juga menyakini penggunaan bank syariah sesuai ajaran Islam. Transaksi murni tanpa riba. 

“Syariah di ujung jari lah,” katanya.

Walau begitu, Muammar tetap mengingatkan agar BSI terus meningkatkan layanan mesin ATM di Aceh.

“Harus disadari, BSI itu lahir dari ide orang Aceh yang melarang bank konvensional seluruhnya. Jadi, BSI harus prioritaskan layanan syariah ini di Aceh dulu baru di provinsi lain. Karena di sini tok syariah, taka da konvensional,” katanya.

Mesin ATM BSI bermasalah

Memang di awal-awal mesin ATM milik BSI kerap bermasalah. Bahkan, Ketua Ombudsman Perwakilan Aceh Taqwaddin dan Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengkomplain layanan mesin ATM itu.

Keluhannya beragam, mulai sistem eror dan tidak tersedia uang di ATM.

“Kalau begini, BSI mobile itu bisa digunakan. Sistem eror di ATM kita santai saja, karena bisa narik uang juga di ATM lainnya atau Indomaret,” kata Muammar.

Komisaris Independen BSI M Arief Rosyid langsung datang ke Aceh untuk meminta maaf pada 4 Mei 2021.

“Kami minta maaf. Kami terus membenahi sistem ini dengan sempurna. Aceh adalah kunci,” kata Arief di depan Gubernur Aceh.

Hal senada disampaikan Manajer Area BSI Lhokseumawe Nirwan Purnama.

Dia mencontohkan, migrasi rekening secara online lebih mudah. Buktinya, hingga hari ini sudah 92 persen nasabah migrasi. 

“Total nasabah kita di Lhokseumawe itu 544.800. Sekarang sudah migrasi itu 540.000 lebih. Ini bukti digital itu lebih memudahkan. Mayoritas lewat digital,” ujar Nirwan. 

Total nasabah BSI di Provinsi Aceh 1,2 juta jiwa. Ditargetkan rampung hingga September 202.

“Kami sadar, ide Presiden Joko Widodo dan Wapres mendirikan BSI ini terinspirasi dari Aceh lewat Qanun LKS. Jadi, ini terus kita pacu untuk kesempurnaan layanan digital,” kata Nirwan.

Dia mengingatkan, BSI juga sudah terkoneksi dengan marketplace untuk memudahkan nasabah berbelanja secara online.

Edukasi Digital

Dosen jurusan ekonomi manajemen Universitas Malikussaleh (Unimal) Halida Bahri mengatakan, migrasi rekening di BSI menjadi tonggak sejarah perbankan syariah di tanah air.

“Tidak mudah tiga bank dilebur menjadi satu, lalu dalam waktu singkat menyatukan sistem dari tiga bank itu dan memigrasikan semua nomor rekeningnya. Ini sejarah baru perbankan syariah tanah air,” kata Halida.

Dia menyebutkan, BSI harus sadar dengan demograsi kepulauan di tanah air. Edukasi digital harus menjadi program utama bank tersebut.

“Dari segi kantor BSI memang banyak. Layanan tatap muka juga pasti akan menang. Karena mereka tiga bank dilebur jadi satu. Namun, layanan digital harus dibenahi. Karena tidak semua wilayah Indonesia bisa dijangkau layanan tatap muka, apalagi pandemic Covid ini. Jadi, edukasi nasabah untuk menggunakan aplikasi digital harus terus menerus,” katanya.

Beban edukasi itu bisa diurai dengan BSI bekerjasama dengan komunitas masyarakat di tanah air.

Misalnya, lewat komunitas wartawan, perguruan tinggi dan organisasi masyarakat seperti Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah.

“Sehingga ini bisa masif dilakukan, akhirnya masyarakat kita benar-benar syariah di ujung jari tangannya. Tinggal klik di handphone seluruh urusannya selesai, baik belanja, transfer dan lainnya,” jelas Halida.

Sedangkan untuk edukasi pemahaman syariah, Halida menyarankan agar dilakukan lewat khatib Jumat.

“Tema perbankan syariah itu jarang di setiap Jumat. Maka, ini harus diperbanyak. Kalau dari sisi milineal, saya apresiasi BSI konsep kampanye milinealnya bagus. Namun ingat, harus benar-benar syariat, itu harus ditekankan sehingga masyarakat percaya bank ini syariat dan berkah,” ujar dia.

Kini, Aceh kembali mencatat sejarah. Melarang bank konvensional dan mewajibkan seluruh layanan keuangan secara syariah.

Karena itu, BSI diharapkan bisa menjadi palang pintu perbankan syariah tanah air. Memastikan seluruh metode bank secara syar’i sesuai ajaran Islam. 

https://regional.kompas.com/read/2021/07/09/124555278/digitalisasi-perbankan-syariah-di-ujung-pulau-sumatera

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke