Salin Artikel

Kisah Petugas Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19 di Wonogiri, Dijauhi Tetangga hingga Terpapar Corona (1)

WONOGIRI, KOMPAS.com-Siang itu seperti menjadi hari terberat bagi tim pemakaman jenazah pasien Covid-19 Kabupaten Wonogiri.

Di tengah terik matahari, sambil mengusung peti mati berisi jenazah pasien Covid-19, mereka harus berjalan sekitar satu kilometer dan menyusuri derasnya arus sungai di Desa Mojopura, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Rabu (23/6/2021).

Memakamkan jenazah di tengah teriknya panas sinar matahari sepertinya sudah menjadi makanan setiap hari bagi tim. Bahkan, memakamkan jenazah sambil bercucuran keringat lantaran menggunakan pakaian hazmat juga sudah menjadi pemandangan biasa.

“Itu panasnya luar biasa. Keringat bercucuran di mana-mana. Kalau kecapekan biasanya kami bersandar di makam orang. Setelah istirahat sejenak baru dilanjutkan. Memang yang berat kalau pemakaman berlangsung siang hari antara pukul 10.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB,” kata Wiyanto, salah satu anggota tim pemakaman pasien Covid-19 Kabupaten Wonogiri kepada Kompas.com pekan lalu.

Wiyanto menjadi satu dari 30 anggota tim pemakaman jenazah pasien Covid-19 di Kabupaten Wonogiri.

Tiga puluh relawan itu di bawah koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Wonogiri.

Ia menyebut satu tim pemakaman beranggotakan 8 sampai 10 orang. Tim dibagi tugas, ada yang mengambil dokumentasi, penyemprotan hingga menurunkan dan mengangkat jenazah.

Satu tim dalam sehari terkadang sampai memakaman empat jenazah dengan lokasi yang berbeda namun satu arah wilayah. Tim pun harus siap dipanggil setiap saat lantaran pemakaman jenazah pasien Covid-19 tak mengenal waktu.

Pemakaman bisa berlangsung, pagi,siang, tengah malam hingga dini hari.

Tak hanya menahan pengapnya suhu panas saat menggunakan hazmat, kata Wiyanto, usai pulang ke rumah ada anggota relawan yang dijauhi tetangga gara-gara ikut memakamkan pasien Covid-19.

Setelah kejadian itu, seluruh anggota tim harus mendapatkan izin persetujuan dari keluarga dan warga lingkungan tempat para relawan tinggal.

Langkah itu dinilai perlu dilakukan agar para relawan tidak lagi dikucilkan oleh keluarga dan warga sekitar pasca-memakamkan pasien covid-19.

“Ada cerita dari teman kami lantaran ikut pemakaman itu dijauhi tetangga. Kemudian petugas itu kami istirahatkan karena akan berisiko buat lingkungan. Untuk itu relawan yang bergabung dalam tim pemakaman harus mendapatkan persetujuan dari keluarga, warga lingkungan tempat tinggal,” kata Wiyanto.

Selain itu, demikian Wiyanto, usai memakamkan pasien Covid-19 para relawan sepakat membatasi keluar dari rumah.

Untuk menghindari kebosanan, para relawan lebih banyak bermain di kantor BPBD Kabupaten Wonogiri.


Risiko terpapar corona

Wiyanto menceritakan, sepanjang pandemi, sudah dua anggota relawan pemakaman pernah terkonfirmasi Covid-19. Hanya saja keduanya positif Covid-19 bukan lantaran usai bertugas memakamkan jenazah.

“Mereka tertular bukan karena bersentuhan dengan peti jenazah tetapi karena bersentuhan dengan orang lain. Saat itu keduanya bertemu dengan banyak orang. Kemudian pagi harinya badannya tidak enak dan menggigil kemudian dicek ternyata positif,” jelas Wiyanto.

Wiyanto menjelaskan seluruh tim sudah dibekali pelatihan standar operasional memakamkan jenazah pasien Covid-19.

Tak hanya itu, tim juga dibekali apa yang harus dilakukan sebelum dan pasca memakamkan jenazah pasien covid-19.

“Kami dengan rekan-rekan tidak takut tertular karena sudah mengikuti pelatihan. Kita juga mempunyai dasar-dasar pengetahuan agar aman saat memakamkan pasien Covid-19,” ungkap Wiyanto.

Agar tak terpapar Covid-19, Wiyanto selalu mengingatkan para relawan saat melepas APD usai memakamkan jenazah pasien covid-19. Pasalnya, semua tim akan bersentuhan dengan peti jenazah.

“Cara melepasnya itu harus hati-hati. APD saat mau dipakai masih steril. Tetapi saat melepas karena sudah bersentuhan dengan peti jenazah maka harus hati-hati,” ujar Wiyanto.

Usai pemakaman, seluruh petugas disemprot disenfektan oleh tim penyemprot. APD yang dikenakan dicopot lalu dibakar tak jauh dari lokasi pemakaman.

Kalau lokasi pemakamannya jauh, untuk membersihkan diri biasanya tim mandi di dekat lokasi pemakaman.

Setelah itu memakai hand sanitizer kemudian membawa baju ganti. Sementara baju yang dipakai untuk pemakaman dimasukkan dalam plastik.

“Baju yang dipakai pemakaman harus dilepas ditaruh dalam plastik. Sampai di rumah harus dicuci dengan diterjen,” kata Wiyanto.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto menyatakan secara berkala seluruh relawan tim pemakaman jenazah pasien Covid-19 menjalani swab antigen. Tak hanya itu, seluruh anggota tim juga mendapatkan vitamin dan madu untuk menambah kekebalan tubuh mereka.

“Kami berikan perhatian khusus bagi seluruh tim dengan pengecekan berkala dan vitamin,” kata Bambang.

Bambang memastikan seluruh tim sudah dilatih BPBD sebelum bergabung menjadi petugas pemakaman pasien covid-19. Bahkan usai pemakaman dilakukan evaluasi agar ke depan jalannya pemakaman bisa berlangsung lebih baik lagi.

Menurut Bambang, saat ini diseluruh kecamatan di Kabupaten Wonogiri sudah memiliki tim pemakaman Covid-19.

Pembentukan tim pemakaman pasien Covid-19 di tingkat kecamatan lantaran banyaknya jumlah kecamatan di Kabupaten Wonogiri. 

https://regional.kompas.com/read/2021/07/05/154901878/kisah-petugas-pemakaman-jenazah-pasien-covid-19-di-wonogiri-dijauhi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke