Salin Artikel

Cerita Relawan Pemakaman Covid-19 Berusia 18 Tahun, Tergerak karena Banyak Warga Terinfeksi

Fitra bergabung dengan tim tersebut pada tahun lalu. Sampai sekarang, ia telah memakamkan sekitar 200 jenazah pasien Covid-19 di Madiun.

Pemuda 18 tahun itu mengaku tertarik bergabung karena tergerak melihat kerja para tim relawan pemakaman pasien Covid-19. Apalagi, kian hari, pasien Covid-19 terus bertambah. 

“Saya bergabung itu bukan paksaan. Tapi hati saya tergerak karena prihatin banyaknya orang terkena Covid-19 hingga meninggal dunia,” ujar Fitra saat diwawancara Kompas.com, pekan lalu.

Meski telah memakamkan sekitar 200 jenazah pasien Covid-19, Fitra tak khawatir tertular. Pria kelahiran 27 November 2002 itu selalu menerapkan protokol kesehatan ketat.

Menurut Fitra, relawan tim pemakaman pasien Covid-19 harus siap setiap saat. Pasalnya, proses pemakaman dapat berlangsung hingga tengah malam.

“Dapat panggilan untuk ikut memakamkan (jenazah pasien Covid-19) tengah malam hingga dini hari itu sudah biasa,” ujar Fitra.

Fitra memiliki pengalaman menarik selama setahun menjadi relawan tim pemakaman pasien Covid-19. Di usianya yang masih muda, ia pernah menjadi imam salat jenazah pasien Covid-19.

Saat itu, ia menunggu kedatangan jenazah pasien Covid-19 dari Surabaya. Ketika jenazah tiba di Kota Madiun, keluarga minta salat jenazah digelar.

“Saat jenazah datang keluarga minta disalatkan. Kebetulan modin di sana saat itu sakit. Saya akhirnya ditunjuk untuk menggantikan peran modin untuk mengimami pelaksanaan salat jenazah sekaligus memimpin doa,” kata Fitra.


Ia dan tim juga pernah seharian berada di tempat pemakaman untuk menunggu jenazah pasien Covid-19 yang berdatangan.

“Terkadang kami harus tidur di makam, selama satu hari full. Dari pagi sampai pagi kami menunggu kedatangan jenazah dan menunggu orang menggali kuburan,” ujar Fitra.

Fitra bersyukur selama menjadi petugas pemakaman jenazah pasien Covid-19 tidak ada penolakan dari warga.

Begitu pulang ke rumah, tidak ada tetangga dan keluarganya yang menjauhinya dan ketakutan melihatnya.

Pasalnya, sebelum pulang ke rumah, Fitra menjalani sterilisasi di kantor agar tidak tertular Covid-19.

Meski menjalani tugas yang penuh risiko, putra semata wayang pasangan Agus Riyadi dan Sri Widayati ini mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya.

Bahkan lelaki yang baru lulus SMK ini mendapatkan apresiasi langsung dari Kapolres Madiun Kota, AKBP Dewa Putu Made Darmawan.

Saat mendapatkan penghargaan, Fitra masih duduk di kelas XII SMKN I Kota Madiun. Fitra bergabung sebagai relawan pemakam pasien Covid-19 di PMI Kota Madiun sejak Agustus 2020.


Meski sudah lulus SMK, Fitra tak berhenti menjadi relawan. Pria yang saat ini mulai mengenyam pendidikan bidang kesehatan masyarakat di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Madiun tetap bergabung menjadi relawan pemakam pasien Covid-19.

Agar tidak terpapar covid-19 selama menjadi relawan, Fitra memilik tips khusus. Pria yang tinggal di Jalan Trengguli, Kelurahan Oro-Oro Ombo, Kota Madiun, selalu rajin menjaga iman dan imun.

“Untuk jaga imun harus raji olahraga, minum vitamin dan makanan bergizi. Sementara jaga iman harus rajin beribadah dan berdoa. Dan alhamdulillah saat ini saya masih diberikan kesehatan dan kekuatan menjadi relawan,”kata Fitra.

Selama menjadi relawan, Fitra banyak mendapatkan hikmah hidup. Selain bertambah banyak teman, Fitra merasa bersyukur diberikan kesempatan umur panjang sehingga bisa berbuat amal baik untuk bekal di akhirat kelak.

https://regional.kompas.com/read/2021/06/29/091343478/cerita-relawan-pemakaman-covid-19-berusia-18-tahun-tergerak-karena-banyak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke