Salin Artikel

Aksara dan Bahasa Nusantara Harus Bertahan di Era Revolusi Industri 4.0

SEA-IGF tahun ini mengambil tema “Transformasi Digital di Asia Tenggara”.
Indonesia melalui

Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi) ingin mengusung bahasan mengenai pentingnya digitalisasi aksara dan bahasa nusantara di tengah maraknya penggunaan internet.

Ketua Pandi Yudo Giri Sucahyo mengatakan, saat ini muncul inisiatif untuk mempertahankan nilai-nilai budaya lokal seperti aksara nusantara agar masyarakat sadar akan besarnya peninggalan budaya yang diwariskan leluhur.

Aksara Nusantara dirasa perlu dinamis mengikuti perkembangan jaman agar dapat dilestarikan dan bisa digunakan di platform digital.

"Hingga saat ini sudah ada aksara yang telah didigitisasi agar dapat ditampilkan pada platform digital seperti PC, Handphone dan perangkat lainnya, yaitu aksara Bali, Batak, Bugis, Jawa, Makasar, Rejang, dan Sunda,” kata Yudho melalui rilis ke Kompas.com, Sabtu (26/6/2021).

Pandi sendiri dalam SEA-IGF akan menampilkan tema “Back to the Future: Indigenous Languages and Characters in the Industry 4.0 era.”

Tema itu untuk memberikan bukti keberadaan kebudayaan tutur dan tulis yang berkembang di Indonesia pada masa lalu. Kemudian, menggaungkannya kembali agar masyarakat awam bisa mengetahui sejarah aksara di nusantara, walau era sudah bergeser ke era revolusi industri 4.0 yang mementingkan penggunaan internet di segala lini. 

"Ini menjadi sangat penting terutama selama pandemi saat ini di mana hampir setiap aktivitas fisik telah bergeser ke ruang virtual. Memastikan akses teknologi yang merata melalui era industri saat ini, salah satu pilar pentingnya dengan menggali Aksara Nusantara dan karakteristik yang merupakan harta karun bangsa, untuk ditetapkan sebagai Bahasa telekomunikasi lainnya yang bisa menjadi standar di Negara maupun secara Internasional,” ujar Yudho.


Di Bali, penggunaan aksara Bali saat ini sudah banyak dilakukan, seperti untuk penanda jalan hingga bandara.

Sebelumnya, Rektor Universitas Udayana Bali Anak Agung Raka Sudewi mengatakan, sebagai kampus berbasis budaya, Universitas Udayana Bali memiliki kepentingan sosial untuk mendukung program digitalisasi aksara Bali.

Menurut dia, aksara Bali merupakan salah satu kekayaan budaya Bali yang keberadaannya perlu mendapat perhatian serius.

"Keberadaan aksara Bali sudah mendapat perhatian serius dari Pemerintah Daerah Bali," ujar Anak Agung Raka Sudewi.

Keseriusan pemerintah daerah Bali tertuang dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2018 tentang Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali.

Kemudian, dalam Peraturan Gubernur Bali No. 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali.

Selain itu, keseriusan pemda juga tertuang dalam penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.

"Untuk itu Universitas Udayana turut serta mendukung segala usaha untuk menjaga, melestarikan dan mengembangkan keberadaan aksara Bali," pungkas Anak Agung Raka Sudewi.

https://regional.kompas.com/read/2021/06/26/202818778/aksara-dan-bahasa-nusantara-harus-bertahan-di-era-revolusi-industri-40

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke