Salin Artikel

Mari Bantu Siprianus Dua Dawa, Difabel yang Jadi Tukang demi Hidupi Anak Istri

Warga Kampung Wodong, Desa Goreng Meni Utara, Kecamatan Lambaleda, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur itu sempat sakit sebelum mengalami kelumpuhan.

Dia sejak kecil harus berjalan dengan cara merangkak dan dibantu dengan kedua tangannya.

Namun, Siprianus tak menyerah pada kondisi dan bekerja keras demi menghidupi istri dan tiga anaknya kini.

Pembaca Kompas.com dapat berpartisipasi dalam meringankan beban Sirprianus, difabel yang menjadi tukang demi hidupi anak istri dengan cara berdonasi, klik di sini

Tidak berpangku tangan

Tak lulus pendidikan di Sekolah Dasar, Siprianus akhirnya mengikuti kejar paket A.

Meski demikian, Siprianus terus menekuni bidang pertukangan dalam pembangunan rumah papan maupun rumah tembok.

Bahkan dia sudah menjadi kepala tukang bangunan sejak 1990.

Kemampuannya menjadi tukang bangunan berawal dari sering mengamati dan bertanya kepada orang yang sedang membuat lemari, tempat tidur, kursi hingga meja untuk televisi.

Kemampuan itu terus dia kembangkan hingga bisa membangunkan rumah untuk adik dan kakaknya, serta warga lainnya.

Biaya untuk pembangunan rumah berkisar Rp 3-4 juta.

"Saya sebagai mandor atau kepala tukang untuk bangun rumah tembok dan papan. Ada beberapa saudara saya atau warga kampung yang ikut saya bekerja sambil belajar membangun rumah. Saya berbagi ilmu otodidak cara membangun rumah. Dan hasilnya ada yang sudah menjadi tukang bangunan di kampung. Saya tidak sekolah. Hanya dapat ijazah paket A dalam waktu tiga bulan tahun 1995. Saya bisa membaca dan menulis," kata Siprianus.

Meski geraknya terbatas, Siprianus bisa naik ke atap rumah untuk memasang balok rumah dan melakukan pekerjaan lainnya.

Pembaca Kompas.com dapat berpartisipasi dalam meringankan beban Sirprianus, difabel yang menjadi tukang demi hidupi anak istri dengan cara berdonasi, klik di sini


"Saya bisa naik atap rumah untuk pasang balok atap rumah, paku seng, gergaji balok. Tentu dibantu oleh anggota tukang dan anak saya yang tidak sekolah. Dalam keadaan saya seperti ini berjuang, bekerja untuk menghidupi istri dan anak-anak tiga orang," kata dia.

Siprianus Dua Dawa juga sudah membangun rumah untuk dirinya sendiri saat berusia 18 tahun.
.
Dia membangun rumah papan dengan ukuran 6×7 meter di kampung Macing.

Hingga usianya yang hampir masuk kepala lima, Siprianus telah membuat 30 rumah.

"Saya memiliki bakat alamiah. Awalnya saya melihat saja orang bekerja membangun rumah papan. Saya melihat orang di kampung buat lemari, kursi, tempat tidur, meja. Hingga usia 49 tahun ini, saya sudah membangun 30 rumah, baik rumah tembok dan rumah papan di Kampung Wodong maupun kampung tetangga," ceritanya kepada Kompas.com di Kampung Wodong.

Pembaca Kompas.com dapat berpartisipasi dalam meringankan beban Sirprianus, difabel yang menjadi tukang demi hidupi anak istri dengan cara berdonasi, klik di sini

Istri Siprianus Dua Dawa, Martha Amus berharap anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan yang tinggi.

Sang anak sulung, Oktovianus Rianto Mbajak tamat SMP pada tahun 2020 lalu.

Rianto tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang SMA karena tak ada biaya. Rianto pun membantu sang ayah di rumah.

Anak kedua mereka, Theodorus Hamsadu, kini duduk di kelas V SD.

Sedangkan anak ketiga mereka, Hugolinus Nairundua masih berusia 4 tahun.

Martha Amus, mengatakan, penghasilan suaminya tidak cukup untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka.

Penghasilannya hanya untuk memenuhi kebutuhan makan minum dan keperluan lainnya di rumah. Meski demikian, Martha merasa bangga dengan sang suami.

"Saya sangat kagum dengan kerja keras suami saya yang menanggung biaya kehidupan rumah tangga kami. Saya sebagai istrinya berharap ada orang baik hati yang membantu biasa sekolah anak-anak kami," jelasnya.

(KOMPAS.COM/MARKUS MARKUR)

https://regional.kompas.com/read/2021/06/08/115216978/mari-bantu-siprianus-dua-dawa-difabel-yang-jadi-tukang-demi-hidupi-anak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke