Salin Artikel

Ramai soal Sewa Lapak Malioboro Capai Rp 50 Juta Per Tahun, Ini Kata Pedagang

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Video viral wisatawan yang membayar seporsi pecel lele sebesar Rp 37.000 membuat netizen berspekulasi bahwa harga sewa lapak di kawasan Malioboro tergolong mahal.

Seperti cuitan akun twitter @Okihita yang menyebut sewa lapak di Malioboro per tahunnya mencapai Rp 50 juta, dengan luas sewa 4 meter x 30 cm x 30 cm.

Selain itu, pedagang juga sering berganti setiap bulannya karena terjadi pergantian pemilik.

Namun, hal itu dibantah oleh Ketua Lesehan Malam Malioboro Sukidi.

Menurutnya, lahan di Malioboro hingga sekarang tidak terjadi pergantian hak milik.

"Menurut saya sebagai ketua paguyuban, sekarang bicara riilnya saja masalah keanggotaan, perizinan, tidak bisa meninggalkan paguyuban. Selama ini saya ketua paguyuban, selama memberikan rekomendasi bagi siapa yang akan memperpanjang izin orangnya itu-itu saja tidak ada yang baru ga ada yang berubah," kata dia saat dihubungi, Kamis (27/5/2021).

Sukidi mengatakan, hingga sekarang tidak ada lapak kosong di sekitar Malioboro yang disewakan.

Karena pedagang yang melakukan perpanjangan izin hingga generasi kedua.

"Saat ini tidak ada sewa menyewa, karena saya lihat sampai keturunan kedua," imbuhnya.

Dikatakan Sukidi, para pedagang yang berjualan di sekitar Malioboro hanya membayar retribusi.

Retribusi disesuaikan dengan omzet dari pedagang sendiri. Jika omzet tidak mencukupi, pedagang hanya wajib lapor kepada dinas terkait.

"Enggak ada sewa menyewa, hanya retribusi biasa sifatnya persentase, kalau 10 persen dari omzet memenuhi standar atau kriteria, maka pedagang dikenakan retribusi Rp 500.00 per bulan. Kalau tidak sampai ya hanya wajib lapor," katanya.

Disinggung kembali soal adanya jual beli lahan, ia menegaskan, selama ia menjadi ketua paguyuban hal itu dipastikan tidak terjadi.

Karena, menurut dia, dari ujung utara hingga selatan Malioboro anggotanya tetap tidak ada perubahan.

"Saya tidak menutupi karena saya lihat seperti itu dari ujung utara hingga selatan anggota saya tetap, kalau ganti cuma anaknya karena bapaknya sudah meninggal," ujarnya.

Ia berharap kepada warganet untuk lebih bijak dalam bersosial media, mengingat mengubah citra Malioboro dari dulunya yang tidak tertata hingga sekarang dibutuhkan usaha yang tidak mudah.

"Ya tercemar tercoreng, ga mudah memperbaiki citra era sebelum saya belum tertata untuk transparansi harga. Dulu sebelum 2007 baru mulai terkendali, kita berusaha menciptakan image malioboro tidak seperti dulu," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/05/27/153142078/ramai-soal-sewa-lapak-malioboro-capai-rp-50-juta-per-tahun-ini-kata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke