Salin Artikel

Berkunjung ke Gili Iyang, Pulau Oksigen di Madura dengan Kadar Udara Terbaik Nomor 2 di Dunia

Dikutip dari Indonesia.go.id, Air Visual, sebuah aplikasi pencatat kualitas udara kemudian menempatkan Air Quality Index (AQI) Gili Iyang hanya satu tingkat di bawah kadar oksigen di Laut Mati, Jordania.

Kedua daerah ini kemudian dinobatkan sebagai daerah dengan kadar oksigen terbaik di dunia.

Gili Iyang berada di bagian timur Sumenep yang dikenal dengan nama Pulau Oksigen. Pulau ini masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Dungkek.

Gili atau pulau dalam bahasa setempat, memiliki luas sebesar 9,15 km2 didiami oleh 7.832 jiwa yang menghuni dua desa, yakni Bancamara dan Banraas.

Untuk mencapai Pulau Oksigen, pengunjung bisa menumpang taksi laut, sebutan masyarakat Dungkek untuk moda transportasi perahu kayu bermesin.

Waktu tempuh menuju Gili Iyang sekitar 30-40 menit, bergantung kondisi cuaca dan tinggi gelombang.

Pengunjung bisa naik taksi laut dari Pelabuhan Penyeberangan Dungkek yang baru dioperasikan awal 2021. Pelabuhan ini dapat ditempuh sekitar 30 kilometer dari pusat kota Sumenep.

Ongkos taksi laut sebesar Rp 10.000 per orang untuk menumpang perahu berkapasitas antara 20-50 orang bergantung ukuran angkutannya.

Jarak antara Pelabuhan Dungkek dan Gili Iyang adalah sekitar sembilan kilometer yang dipisahkan oleh Laut Jawa.

Gili Iyang memiliki dua dermaga yaitu di Pantai Ropet, Desa Banraas di ujung timur pulau yang dikhususkan bagi perahu nelayan.

Satu lagi, dermaga penumpang di Desa Bancamara, di ujung barat pulau.

Untuk berkeliling di Gili Iyang hanya ada ojek motor roda dua dan roda tiga yang disebut dengan odong-odong atau dorkas.

Motor dan dorkas tadi melintas di atas jalan selebar dua meter berpermukaan paving block mengelilingi pulau sepanjang 10 kilometer.

Jalan ini dibangun Pemerintah Kabupaten Sumenep pada 2015 sebagai persiapan menjadikan Gili Iyang destinasi wisata baru andalan kabupaten dan provinsi.

Selain itu, sejak November 2017 PT Perusahaan Listrik Negara juga telah memasang pembangkit listrik berkekuatan 3x500 kilowatt.

Pemasangan listrik ini untuk membantu menerangi Pulau Oksigen yang selama puluhan tahun mengandalkan pembangkit swadaya berupa ribuan generator set yang dipasang sendiri oleh warga.

Artinya di dalam volume 1 liter udara bebas terkandung 0,209 liter oksigen.

Persentase ini lebih baik dari kondisi udara daerah-daerah lain di Indonesia. Terlebih lagi di pulau ini nilai kandungan zat-zat pencemar udara seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, atau sulfur dioksida adalah sangat rendah.

Kadar oksigen normal yang ditolerir untuk mencukupi kebutuhan pernapasan adalah dalam batas antara 19,5–22,0 persen. Kadar oksigen yang kurang dari 19,5 persen akan menyebabkan kekurangan oksigen yang disebut hipoksia.

Dampak kekurangan oksigen dari yang ringan seperti lemah dan pusing, sampai yang berat seperti menyebabkan koma bahkan kematian.

Sehingga bisa dikatakan kualitas udara di Gili Iyang sangat bersih.

Menurut peneliti pada Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lapan, Sumaryati di dalam Kajian Potensi Wisata Kesehatan Oksigen di Gili Iyang menyebutkan bahwa ada faktor lain yang menyebabkan kualitas udaranya sangat bagus.

"Udara di Gili Iyang merupakan udara yang berasal dari laut yang kemungkinan banyak mengandung aerosol garam, terutama magnesium sulfat atau dikenal dengan nama garam epsom," tulis Sumaryati dalam kajiannya.

Banyak manfaat dari penggunaan garam epsom di luar tubuh untuk kesehatan dan kesegaran kulit. Juga pengobatan seperti pre-eklampsia dan eklampsia yang dialami ibu hamil.

Juga bisa menjadi tindakan medis awal untuk pasien yang terkena serangan stroke.

Temuan tadi diperkuat oleh riset lanjutan oleh Badan Lingkungan Hidup dan Bappeda Kabupaten Sumenep pada 2011 yang menyebutkan kualitas oksigen sebesar 20,9 persen terjadi di waktu-waktu tertentu, utamanya pada bulan Februari.

Selain itu didapati pula bukti bahwa kandungan karbon dioksida di Gili Iyang tak lebih dari 26,5 persen dengan tingkat kebisingan hanya 36,5 desibel.

Penandanya mudah saja karena terdapat pelang "Titik Oksigen" yang menunjuk ke sebuah lahan berpagar bambu dengan luas tak lebih dari 200 meter persegi.

Ketika masuk kita diminta mengisi buku tamu dan membayar semacam retribusi kas desa seikhlasnya. Ada sekitar 10 gazebo untuk sekadar duduk dan beristirahat sambil menikmati kesegaran udara serta sudah disediakan bangunan toilet yang cukup bersih.

Oh iya, karena kualitas udara bersihnya yang hadir sepanjang masa tersebut, membuat harapan hidup warganya juga ikut terjaga.

Di pulau ini tak sulit menjumpai warga yang telah berusia di atas 90 tahun bahkan 100 tahun dalam kondisi tubuh masih segar bugar dan tidak mengalami gangguan penglihatan, misalnya.

Mereka masih berkegiatan seperti biasa seperti pergi ke ladang atau beribadah ke musala atau masjid terdekat.

Saat ke Gili Iyang, pengunjung bisa datang ke Gua Mahakarya yang memiliki keunikan stalagtit.

Di gua ini pengunjung bisa melihat stalagmit yang bersinar kerlap kerlip seperti bintang di langit malam. Atau stalagmit berjenis flowstone atau dikenal juga sebagai batu alir karena terbentuk dari miliaran kali tetesan air yang mengalir dan menyelubungi bongkahan batu atau tanah.

Jika batu alir ini diketuk maka akan keluar bunyi-bunyian bernada khas.

Objek wisata terakhir yang bisa dikunjungi di Pulau Oksigen adalah Pantai Ropet. Dengan spot pantai pasir putih, pantai ini cocok untuk snorkeling atau menyelam melihat terumbu karang yang masih terjaga keindahannya serta koleksi ikan hiasnya.

Sebetulnya pulau ini bisa dikelilingi dalam sehari. Namun jika berminat untuk menginap supaya lebih puas mengesplorasi Pulau Oksigen, pengunjung bisa menyewa kamar di rumah-rumah penduduk.

Tinggal bernegosiasi saja dengan pemilik rumah mengenai berapa tarif menginap semalam. Yuk, bangga berwisata di Indonesia saja.

https://regional.kompas.com/read/2021/05/22/122000478/berkunjung-ke-gili-iyang-pulau-oksigen-di-madura-dengan-kadar-udara-terbaik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke