Salin Artikel

Menikmati Hutan Mangrove di Pantai Dubibir Situbondo, Dulu Gersang Kini Menawan

Di kawasan pantai itu terdapat wisata hutan mangrove. Para wisatawan melewati jogging track sepanjang 200 meter sambil menikmati keindahan alam dan kesejukannya.

Tak hanya itu, Pantai Dubibir menyediakan banyak tempat swafoto bagi para pengunjung. Deretan perahu nelayan menjadi latar foto yang cukup indah. Kemudian panorama alam putri gunung tidur yang eksotis.

Bahkan, juga tersedia perahu yang tidak terpakai untuk dijadikan tempat untuk melihat laut. Selain itu, juga bangunan pintu gerbang untuk melihat pantai dari ketinggian sekitar tujuh meter.

Pantai ini memiliki panjang 150 kilometer dari arah barat ke timur. Sedangkan luas hutan mangrove seluas 30 hektare.

Berkunjung ke tempat ini tak membutuhkan biaya yang mahal. Harga tiket hanya Rp 5 000 per orang. Lokasinya berada di jalur pantura.

Jarak pantai Dubibir dari terminal Besuki sekitar tujuh kilometer. Kemudian, dari jalan raya menuju lokasi hanya sekitar dua kilometer.

“Saya dari Bondowoso, habis silaturahmi ke rumah saudara mampir ke Pantai Dubibir,” kata Sindy Ekawati, salah satu pengunjung pantai Dubibir kepada Kompas.com di lokasi Rabu (19/5/2021).

Menurut dia, Pantai Dubibir menyajikan panorama alam yang indah, hutan mangrove, hampran laut yang luas, dan spot foto yang Instagramable.

“Pemandangannya bagus, cocok untuk liburan bersama keluarga,” tambah dia.

Berawal dari pantai gersang, disulap Jadi pantai menawan

Nama Pantai Dubibir berasal dari bahasa Madura. Dubibir, artinya dua bibir. Nama ini diambil karena ada pertemuan dua bibir pantai di lokasi tersebut.

“Awalnya pantai ini gersang, tidak ada tumbuhan sama sekali,” kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Dubibir Ahmad Afandi Dahlan.


Menurut dia, pantai yang gersang itu ditanami pohon cemara setelah mendapat bantuan dari salah satu lembaga pada 2016.

Pria yang akrab disapa Alan itu mengajak warga sekitar menanam pohon cemara agar pantainya tak lagi gersang.

Warga sekitar bergoyong royong untuk menjadikan pantai itu sebagai destinasi wisata. Pada 2017, Pantai dubibir mendapat dukungan dari Bupati Situbondo saat itu, yakni almarhum Dadang Sugiarto.

“Namun kami baru launching pada tahun 2018 lalu,” tambah dia.

Sebab, wisata tersebut baru siap dikunjungi ketika semua sudah tertata dengan baik. Seperti jogging track yang dibangun Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).

Sedangkan Pantai Dubibir dikelola secara gotong royong oleh warga bersama anggota Pokdarwis. Hasilnya, warga mulai terberdayakan dengan kehadiran destinasi wisata tersebut.

Warga bisa berjualan makanan di kawasan wisata itu. Ekonomi masyarakat pun bergerak.

Selain itu, kuliner asal Desa Ketah juga terangkat, yakni sebagai penghasil sentra ikan pindang.

“Di sini memang sentra ikan pindang, dijual ke luar daerah, seperti Bondowoso,” terang dia.

Setelah pandemi Covid-19, pengunjung langsung turun drastis.

“Namun kami tetap semangat untuk terus mengelola,” tambah dia.

Sekarang, sektor wisata tersebut berangsur pulih. Sejumlah wisatawan sudah mulai kembali berkunjung.

Pengelola Pantai Dubibir pun mewajibkan para pengunjung menerapkan protokol kesehatan ketat, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun.

https://regional.kompas.com/read/2021/05/19/115235878/menikmati-hutan-mangrove-di-pantai-dubibir-situbondo-dulu-gersang-kini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke