Salin Artikel

Cerita 4 Anak Muda Sumba Timur Buka Usaha Tahu Gila, Omzet Capai Rp 3 Juta Per Bulan

Mereka adalah Margaretha Rangga Lota (24), Aditya Rambu Wini (27), Katarina Solot Payon Bon Yunior (27), dan Maksimilianus Dodi Rau (27). Mereka melayani setiap pembeli dengan ramah.

Keempatnya membuka usaha Tahu Gila Waingapu di Jalan Ikan Paus, Kelurahan Kambajawa, Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Katarina Solot Payon Bon Yunior menuturkan, dirinya yang pertama kali memiliki ide untuk membuka usaha tahu gila tersebut.

Ide tersebut muncul setelah Katarina membaca informasi terkait usaha tahu gila di beberapa wilayah di Indonesia melalui Instagram. Kemudian ide itu disampaikan kepada ketiga temannya.

"Sering lihat Instagram. Searching-searching saja. Cari makanan yang paling mudah didapatkan di NTT. Kalau tahu, kebetulan segala umat (beragama) boleh (makan). Bahannya juga gampang didapatkan. Kebetulan pusat pabriknya banyak di sini (Kota Waingapu)," kata Katarina kepada Kompas.com di Waingapu, Sabtu (15/5/2021) malam.

Ia menambahkan, awalnya mereka masih ragu dengan usaha di bidang kuliner. Hal itu lantaran keempatnya bukan dari latar belakang pendidikan di jurusan tata boga.

Adapun Margaretha menamatkan Sekolah Menengah Kejuruan dengan mengambil jurusan tata niaga dan Katarina merupakan lulusan kuliah dengan jurusan arsitektur.

Sementara Aditya dan Maksimilianus adalah lulusan sarjana dengan program studi teknik sipil.

Katarina mengungkapkan, keempatnya membuka usaha tersebut dengan modal nekat dan percaya diri.

Mereka mengumpulkan modal awal sebanyak Rp 12 juta. Modal tersebut digunakan membeli perlengkapan yang dibutuhkan untuk usaha penjualan tahu gila. Mereka pun mulai berjualan pada 4 Maret 2020.

18 varian rasa

Maksimilianus Dodi Rau menyebutkan, ada 18 varian rasa Tahu Gila Waingapu, seperti kari ayam, barbeque, asin, keju, pizza, jagung manis, cabe pedas level 1, cabe pedas level 2, dan cabe pedas level 3.

Ada juga rasa sapi panggang, ayam bawang, jagung bakar, balado, rumput laut, black pepper, saus keju, saus barbeque, dan saus black pepper.

"Saat ini, saus (saus keju, saus barbeque, dan saus black pepper) tidak disediakan karena kurang peminat dan cepat rusak," ujar Maksimilianus.

Margaretha Rangga Lota menjelaskan, langkah pertama membuat tahu gila adalah mencuci tahu mentah sampai bersih.


Kemudian tahu yang sudah dicuci tersebut dipotong menyerupai dadu.

"Setiap satu buah tahu dipotong dan dibagi menjadi delapan bagian yang menyerupai dadu," kata Margaretha.

Potongan tahu itu dicampurkan dengan tepung khusus dan digoreng sekitar 10 menit.

Setelah itu, tahu yang sudah digoreng tersebut disimpan di tempat penyaringan agar sisa minyak dapat ditiriskan.

"Kemudian dimasukkan ke dalam toples campuran. Dan, ditaburkan bumbu (penyedap rasa) sesuai pesanan pelanggan," ungkap Margaretha.

Tahu yang sudah ditaburkan bumbu itu dikocok hingga bumbunya merata.

"Lalu dimasukkan dalam kemasan, terus siap disajikan," kata Margaretha.

Menurut Margaretha, proses pembuatan Tahu Gila Waingapu hingga siap disajikan kepada pelanggan memakan waktu 15 menit.

Waktu jualan dan harga

Aditya Rambu Wini mengatakan, tempat jualan dibuka setiap Senin hingga Sabtu. Sementara pada hari Minggu, Tahu Gila Waingapu tidak beroperasi.

Awalnya tempat jualan tersebut dibuka mulai pukul 17.00 Wita dan tutup pada pukul 22.00 Wita.

Namun saat ini, Tahu Gila Waingapu beroperasi pada pukul 10.00 Wita hingga pikul 20.00 Wita. Hal tersebut karena ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Kabupaten Sumba Timur.


Harga Tahu Gila Waingapu per porsi adalah Rp 10.000. Dalam satu porsi atau kemasan diisikan sebanyak 32 buah tahu gila yang sudah siap disajikan.

Sejauh ini, Tahu Gila Waingapu digunakan sebagai makanan ringan. Tetapi ada juga pelanggan yang menjadikan tahu tersebut sebagai lauk.

"Aslinya ngemil. Tetapi kadang ada orang yang jadikan (Tahu Gila Waingapu) sebagai lauk," ungkap Aditya.

Sementara itu, Maksimilianus mengatakan, pihaknya juga melayani pesananan tahu gila untuk acara keluarga dan kantor.

Tahu Gila Waingapu juga melayani jasa delivery bagi pembeli di Kota Waingapu, Sumba Timur. Adapun ongkos pengantaran berkisar antara Rp 2.000 hingga Rp 5.000, tergantung jarak tempuh.

"Kalau jumlah pesanan lebih dari lima porsi, free ongkir. Tapi kalau kurang dari lima porsi, dikenakan ongkos pengantaran sesuai dengan jarak dari lokasi Tahu Gila Waingapu," kata Maksimilianus.

Promosi di media sosial

Aditya menjelaskan, pihaknya mempromosikan usaha tersebut melalui akun Instagram, Facebook, dan WhatsApp.

"Kami promosinya lewat media sosial, yang paling utama itu lewat Instagram. Kami buat akun Instagram khusus yaitu tahugila_waingapu," kata Aditya.

"Kemudian, kami masuk ke Facebook dan WhatsApp. Tapi, yang lebih sering digunakan untuk promo Tahu Gila Waingapu adalah akun Instagram dan WhatsApp," ujar Aditya menambahkan.

Aditya menuturkan, pihaknya membeli tahu di tempat pabrik tahu di Kota Waingapu, Sumba Timur.

"Kami order bahan baku seperti bumbu dan tepung dari sana (Solo). Kemudian dengan kemasan juga," ungkap Aditya.

Beberapa kali ditutup saat pandemi Covid-19

Maksimilianus menjelaskan, usaha Tahu Gila Waingapu pernah ditutup selama sebulan pada April 2020.

"Kemudian kami coba membuka kembali. Setelah itu ada karantina wilayah, kami tutup lagi," ungkap Maksimilianus.

Setelah ada pengenduran aturan karantina wilayah, tempat usaha Tahu Gila Waingapu dibuka kembali.

"Kemudian Kota Waingapu zona merah, kami tutup lagi dan tidak berselang lama kami buka kembali," kata Maksimilianus.

Sejauh ini, tersedia wadah cuci tangan di lokasi tersebut.

Selain itu, tempat duduk untuk pelanggan yang hendak makan tahu gila di sana juga disediakan sangat terbatas. Hal tersebut untuk menghindari kerumunan yang dapat menyebabkan penularan Covid-19.

Omzet dan tips buka dagang

Katarina mengungkapkan, omzet usaha tahu gila tersebut sekitar Rp 3 juta per bulan.

Ia menambahkan, uang tersebut sangat membantu memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan ketiga teman yang lain selama masa pandemi Covid-19.

Bagi Katarina, hal yang harus dimiliki dalam memulai sebuah usaha adalah keberanian.

"Jangan takut untuk mengambil risiko. Harus berani mengambil tindakan dan langkah baru," ujar Katarina.


Sementara Maksimilianus menyebutkan, anak muda harus proaktif bekerja agar bisa membuka sebuah usaha.

"Untuk anak muda, niat bisnis jangan hanya ada di pikiran, tapi harus ada aksinya. Kalau bisa hajar terus," kata Maksimilianus.

Adapun Aditya menekankan agar setiap orang yang mau membuka usaha harus keluar dari zona nyaman.

Sementara menurut Margaretha, seseorang harus mampu menghilangkan gengsi jika ingin menjadi sukses.

Harapan

Saat ini, tempat usaha Tahu Gila Waingapu masih berada di halaman rumah milik orangtua dari Katarina Solot Payon Bon Yunior.

Maksimilianus mengungkapkan, ia dan tiga orang temannya berharap pemerintah daerah menyiapkan tambahan lokasi khusus untuk usaha kuliner.

"Kami ini kendala juga di lokasi. Lokasi yang strategis. Seperti di taman kota atau di pusat kota lah. Pusat keramaian itu," ungkap Maksimilianus.

https://regional.kompas.com/read/2021/05/17/104221578/cerita-4-anak-muda-sumba-timur-buka-usaha-tahu-gila-omzet-capai-rp-3-juta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke