Salin Artikel

Ayo Bantu Sahnan, Guru Ngaji Penyandang Disabilitas yang 30 Tahun Mengajar Tanpa Dibayar

Meski memiliki keterbatasan fisik, Sahnan tetap rutin menempuh perjalanan sejauh 200 meter dari rumahnya menuju mushala di Dusun Budandak.

Selama 30 tahun mengajar, Sahnan tak pernah memungut bayaran. Niat mulia itu terus dijalankan setiap hari meski dirinya penyandang disabilitas yang membuatnya tak bisa berjalan normal.

Keterbatasan fisiknya tak membuat Sahnan surut memberikan ilmu kepada para muridnya.

“Saya tidak pernah berharap apa-apa, niat saya ngajar ngaji, ya pahala,” ungkap Sahnan kepada Kompas.com di rumahnya, beberapa waktu lalu.

Pembaca Kompas.com dapat berpartisipasi dalam meringankan beban Guru Ngaji Sahnan dengan cara berdonasi, klik di sini

Perjalanan menuju mushala di dekat rumahnya cukup berat. Sahnan harus melewati pematang sawah yang kerap licin ketika hujan turun.

Tak jarang, Sahnan terjatuh ke sawah karena pematang yang sempit dan licin saat hujan.

“Musim hujan itu saya sering kecebur di sawah, karena jalannya licin,” kata Sahnan sedikit tertawa, mengenang pengalamannya.

Ketika terjatuh, Sahnan tetap melanjutkan perjalanannya ke mushala. Di mushala itu, ia akan meminta salah satu murid untuk mengambil pakaiannya ke rumah.

“Kan pakaian kotor itu saat jatuh, saya minta anak murid untuk ngambil sarung sama baju lagi di rumah,” tutur Sahnan.

Pembaca Kompas.com dapat berpartisipasi dalam meringankan beban Guru Ngaji Sahnan dengan cara berdonasi, klik di sini

Kini, Sahnan memiliki 30 murid yang rutin datang belajar mengaji di mushala tersebut. Selama 30 tahun menjadi guru ngaji, Sahnan sudah mengajar lebih dari 200 siswa.

Semua kegiatan itu dilakukannya tanpa upah alias gratis.


"Sering makan sepiring bertiga"

Sahnan memiliki seorang istri dan satu anak. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Sahnan mengandalkan hasil sawah seluas 11 are.

“Kalau sehari-hari, ada memang sawah hanya 11 are, tapi itu tidak seberapa, biasa jual ayam ternak, itik juga,” kata Sahnan.

Sahnan mengaku kerap makan sepiring bertiga bersama istri dan anaknya. Hal itu dilakukan jika persediaan beras di rumah menipis.

“Karena memang tidak ada (beras) jadi sering juga makan sepiring bertiga,” kata Sahnan.

Kondisi Sahnan pada tahun ini juga kurang baik. Ia memberikan sawahnya kepada orang lain untuk digarap sementara.

Pembaca Kompas.com dapat berpartisipasi dalam meringankan beban Guru Ngaji Sahnan dengan cara berdonasi, klik di sini

Tindakan itu dilakukan karena Sahnan tak memiliki modal untuk menggarap sawah.

Dikenal humoris dan penyabar

Tokoh pemuda di Desa Bunut Baok, Khusnul Fahmi menilai Sahnan sebagai pribadi yang penyabar dan humoris.

Di tengah keterbatasannya, Sahnan masih mau mengajar tanpa dibayar.

“Bapak Sahnan, orangnya humoris, penyabar, walaupun kondisi demikian, dia tetap mengajar ngaji di mushala,” kata Fahmi.

Fahmi juga pernah melihat Sahnan makan sepiring bertiga bersama istri dan anaknya.

Fahmi berharap, pemerintah desa maupun daerah, dapat memperhatikan para guru ngaji, khususnya Sahnan yang memiliki keterbatasan fisik.

“Semoga kondisi Pak Sahnan ini didengar sama pemerintah, yang kemudian dapat membantu,” kata Fahmi. (KOMPAS.com/Idham Khalid)

Pembaca Kompas.com dapat berpartisipasi dalam meringankan beban Guru Ngaji Sahnan dengan cara berdonasi, klik di sini

https://regional.kompas.com/read/2021/05/04/054000778/ayo-bantu-sahnan-guru-ngaji-penyandang-disabilitas-yang-30-tahun-mengajar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke