Salin Artikel

Kenangan Ibunda Serda Setyo Wawan, Awak KRI Nanggala-402 yang Gugur Saat Bertugas

BLORA, KOMPAS.com - Rumah kontrakan yang berada di depan Stasiun Cepu, Blora menjadi saksi hidup perjalanan masa kecil hingga remaja seorang prajurit TNI bernama Setyo Wawan yang berpangkat Serda.

Serda Setyo Wawan bersama 52 awak KRI Nanggala-402 dinyatakan gugur usai kapal yang ditumpanginya tenggelam di perairan Utara Bali.

Serda Setyo Wawan meninggalkan seorang istri dan dua anak yang masih kecil.

Sementara ibunya, Wiji sudah berusia 60 tahun.

Dari rumah kontrakan tersebut, Wiji mengenang masa kecil putra bungsunya yang memang bercita-cita menjadi seorang TNI.

"Ingin jadi tentara, suka tembak-tembakan, sekitar umur 4 tahun, sing dienggo mimis kuwi buah lamtoro yang bulat-bulat itu, 'aku ingin jadi tentara'," kenang Wiji saat ditemui Kompas.com, Senin (26/4/2021).

Pada usia remaja, Istyo panggilan Setyo Wawan tak malu untuk membantu ibunya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sambil tersedu-sedu, Wiji menceritakan, bungsu dari tiga bersaudara tersebut memberikan uang hasil jerih payahnya menjual air mineral dan koran bekas saat masih remaja.

"Yo ngelakoni dodol aqua, yo ngelakoni dodol koran bekas, pas SMP jenenge anake wong gak duwe, 'mak aku oleh duit mak nggo tuku dandang, nggo tuku kloso' (ya berusaha jualan air mineral, berusaha jualan koran bekas waktu SMP, namanya anaknya orang enggak punya, 'Bu, saya dapat uang silakan dipakai untuk beli panci, silakan dipakai untuk beli tikar)," kata Wiji menceritakan.

Wiji mengakui anaknya memang bukan terlahir di Blora, namun sejak usia 3 tahun hingga tahun 2007, Setyo Wawan tinggal di rumah kontrakan yang berada di Cepu, Blora.

Usai lulus SMA, Istyo sempat bekerja selama setahun di Surabaya.

Setelah tanpa memberi kabar, dirinya mendaftarkan diri untuk menjadi prajurit TNI pada tahun 2007.

"Saya dikabari dia daftar tentara, saat sudah pantukhir," katanya.

Tugas pertama yang dijalani oleh Setyo Wawan saat bergabung menjadi tentara yakni di Kolinlamil, hingga yang terakhir di KRI Nanggala-402 bertugas di bagian senjata atas Air (SAA).

"Di Nanggala baru satu tahunan, sebelumnya di kapal biasa," terang Wiji.

Wiji ingat betul saat-saat terakhir bertemu dengan anaknya pada Sabtu (17/4/2021) lalu sebelum Setyo Wawan berpamitan untuk latihan perang di KRI Nanggala-402.

"Sebelum berangkat tugas hari sabtu pulang pamit sama saya di warung depan Stasiun Cepu. 'Sesok mak aku wes neng kapal latihan perang'," ujar Wiji.

Wiji juga mengungkapkan anaknya sempat memberitahu mimpi yang dialaminya jelang keberangkatannya yang terakhir.

"Pamitnya berangkat, waktu dia mau berangkat itu menyampaikan kalau dia tadi malam mimpi bertemu bapaknya yang telah meninggal, (Setyo Wawan bilang) '(Bapak) saya rangkul tapi aku menangis, setelah itu bapak menghilang," kenang Wiji.

Wiji juga sempat menasihati anaknya agar menyempatkan diri ziarah kubur ke makam ayahnya.

Namun karena waktu yang terbatas, Setyo Wawan belum sempat melakukan ziarah kubur tersebut.

"Jawabnya besok pulang dari tugas, karena waktunya tidak ada," katanya.

Selanjutnya, pada Rabu (21/4/2021), Wiji melihat pemberitaan di televisi terkait KRI Nanggala 402 yang hilang.

"Ya Allah Gusti kapale anakku. Waktu itu masih berpikir anak saya masih selamat," ujar Wiji saat mengetahui KRI Nanggala 402 hilang kontak.

Namun, setelah KRI Nanggala 402 dinyatakan tenggelam dan 53 awak kapal dinyatakan gugur, Wiji berharap yang terbaik bagi jenazah anaknya.

"Karena anaknya masih kecil-kecil, jadi makamnya nanti minta dimakamkan di Baureno, Bojonegoro, makam keluarga," harap Wiji.

https://regional.kompas.com/read/2021/04/26/181806278/kenangan-ibunda-serda-setyo-wawan-awak-kri-nanggala-402-yang-gugur-saat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke