Salin Artikel

Mudahnya Bertanam Porang di Gunungkidul, Petani: Musuh Utama hanya Rumput

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Tanaman porang atau bahasa latinnya Amorphophallus muelleri, adalah tanaman umbi-umbian yang sekerabat dengan suweg dan walur.

Kini tanaman dengan nilai ekonomi cukup tinggi itu sedang banyak dibudidayakan warga Gunungkidul, DI Yogyakarta.

Salah satunya Senen, warga Padukuhan Sumberejo, Kalurahan Karangmojo, Kapanewon Karangmojo.

Sejak beberapa bulan terakhir, 2,5 hektar tanahnya ditanami porang bekerja sama dengan salah satu perusahaan di Yogyakarta.

Meski hanya menyewakan lahannya, Senen juga ikut memelihara sekitar 110 ribu batang atau sekitar 7 sampai 8 kuintal bibit yang ditanam sejak November 2020 lalu.

Senen mengatakan, untuk awal persiapan lahan, dirinya menyiapkan lubang untuk ditanami bibit porang yang berasal dari Jawa Timur. Setiap lubang diberikan pupuk kompos sekitar setengah kilogram, setelah siap baru diberikan bibit atau umbi porang kecil.

"Kini tanaman porang masuk fase dorman (fase istirahat, daunnya akan layu sehingga tampak seolah-olah mati) dan hijau lagi pada bulan November besok," kata Senen saat ditemui Kompas.com di rumahnya Selasa (20/4/2021)

Tanaman porang yang ditanam di lahannya sudah menghasilkan beberapa kuintal buah atau sering disebut katak. Senen sudah mengirim katak ke perusahaan yang bekerjasama dengannya. Buah dipanen lalu dikeringkan dalam suhu ruang, lalu dibawa ke perusahaan. Nantinya buah ini akan disemai sebelum menjadi bibit.

Sebenarnya, menurut dia, katak tersebut bisa langsung ditanam, namun bagi pemula lebih baik disemai agar tumbuh umbinya agar mudah dalam penanaman. 

"Sudah mulai panen katak sejak bulan Maret lalu," ucap Senen sambil menunjukkan tanaman porang yang ditaman di halaman rumahnya.

Diceritakan Senen, selama beberapa bulan menanam porang, tidak ada kendala berarti, karena porang memang cocok ditanam di Gunungkidul.

Hanya saja, karena curah hujan cukup tinggi tahun ini, membersihkan rumput cukup berat. Apalagi tanaman seluas 2,5 hektar dirinya hanya dibantu 5 orang.

Untuk perawatan, dia menyebut, selain membersihkan rumput, tambahan sedikit pupuk kimia, dan penyemprotan menggunakan fermentasi urin kelinci.

Diperkirakan November 2022 nanti dirinya baru bisa panen porang. Senen pun merinci, jika setiap satu batang porang menghasilkan 7 sampai 10 kilogram umbi dan dijual antara Rp 9000 sampai Rp 11.000 per kilogram maka keuntungannya bisa cukup lumayan.

"Untuk pemula yang menjadi kendala bibitnya mahal Rp 250.000 sampai Rp 300.000 perkilogram," kata Senen.

"Menanam porang itu ibarat memelihara ayam buras, sedikit atau banyak perawatannya sama," kata dia.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Raharjo Yuwono mengatakan tanaman porang mulai ditanam oleh petani Gunungkidul sejak beberapa tahun terakhir.

Meski diakuinya petani belum begitu banyak petani yang menanam karena membutuhkan biaya cukup besar untuk awalnya.

"Sudah mulai populer tetapi masih sedikit, Dinas mulai mendata saat ini," kata Raharjo

Adapun data sementara yang sudah masuk tertinggi wilayah Kapanewon Purwosari dengan luasan lahan 12,1 hektar, lalu Kapanewon Patuk dengan luasan lahan 10 hektar, dan Rongkop seluas 8 hektar. Untuk kapanewon lain bervariasi  antara 0,1 hektar sampai 2 hektar. 

DIjelaskannya, untuk petani lebih baik menanam porang di bawah pohon tegakan, untuk lahan produktif lebih baik untuk tanaman pangan. Raharjo menyebut hal ini karena panen porang itu lama dan tidak bisa untuk cadangan makanan.

"Itu padat modal, 1 hektar modalnya cukup tinggi, sehingga untuk petani kecil sulit biasanya butuh investor," kata Raharjo. 

https://regional.kompas.com/read/2021/04/20/184040678/mudahnya-bertanam-porang-di-gunungkidul-petani-musuh-utama-hanya-rumput

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke