Salin Artikel

Cara Agustinus Menanam Porang, Pernah Belajar ke Jepang, hingga Dapat Rp 50 Juta dari Panen

BORONG, KOMPAS.com - Agustinus Adil (49), seorang petani tanaman porang bisa magang ke Jepang untuk belajar tentang pengolahan tanaman porang langsung di sejumlah perusahaan pengolahan porang di Negeri Sakura selama 9 bulan pada 2020 lalu.

Agustinus merupakan petani di Kampung Lendo, Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. 

Agustinus sudah kembali ke kampungnya untuk menerapkan hasil magangnya pada Desember 2020 lalu.

Kisah Agustinus bisa beruntung magang di Jepang berawal dari menanam tanaman porang di kebunnya di Kampung Lendo, wilayah pelosok Kabupaten Manggarai Timur, pada 2010 silam.

Awalnya, dirinya menanam 30 tanaman saja, yang kini sudah berkembang menjadi puluhan ribu di 8 hektare kebun porang miliknya.

Dahulu, cerita Agustinus, orang belum begitu tertarik menanam tanaman porang. Tanaman porang menjadi tanaman liar yang tersebar di hutan dan kebun milik warga.

Sebab, belum diketahui manfaat tanaman porang, sampai akhirnya banyak pembeli yang mencari untuk diekspor ke luar negeri.

"Saya terus tekun dan fokus menanam tanaman porang di kebun. Saya hanya mengembangkan tanaman porang secara mandiri. Hingga awal 2020, seorang Pastor Paroki Mbata, Romo Bernardus Palus, melirik tanaman porang saya dengan melihat langsung di kebunnya," kata Agus, lewat sambungan telepon kepada Kompas.com, Rabu (14/4/2021).

Pastor Palus lalu memberi tahu relasinya di Jakarta, yang akhirnya tertarik membeli dan memesan tanaman porang Agus.

"Awalnya, saya tak terduga ditawar oleh imam itu untuk magang di Jepang 2020. Akhirnya saya memutuskan untuk menerima tawaran itu untuk belajar langsung cara mengolah bahan-bahan porang untuk berbagai keperluan produk makanan, minuman di Jepang. Segala administrasi, seperti paspor untuk ke Jepang diurus oleh imam itu. Maret 2020, saya berangkat ke Jepang," ujar dia.

Selama di Jepang, ia mengaku belajar langsung di pabrik pengolahan porang menjadi produk makanan, minuman.

"Kampung Lendo sudah dikenal di Jepang sebagai kampung penghasil tanaman porang di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Impian saya, NTT dijadikan provinsi tanaman porang," kata dia.


Cara Agustinus tanam porang

Agustinus Adil mengatakan, dia menanam porang dengan sistem terasering karena dari pengalamannya, hasilnya lebih bagus.

Pemupukannya dilakukan secara alamiah dari daun-daun kering.

"Dulu saya ambil benih dari hutan karena ini tanaman liar yang tak diperhitungkan oleh warga di Kampung Lendo," ujar dia.

Hasil belajar di Jepang, porang ditanam di tahan gembur. Jika tidak, isi porang tidak berkembang. Bebatuan kecil dan akar kayu harus dikeluarkan dari tanah.

Jarak tanam antara benih itu sekitar 60 sentimeter. Baiknya tidak mencampur tanaman porang dengan tumbuhan lain, karena jika berhimpit dengan tumbuhan lain berpotensi tidak berkembang.

Tanaman kemiri tidak boleh ada di kebun porang, sebab menurut dia bisa menyebabkan tanaman porang tidak berkembang karena penuh dengan akar.

Namun, disela tanaman porang, bisa ditanami tanaman seperti jahe dan cabe. 

Agus mengaku benih biji katak porang dari hutan sebagai benih menanam porang.

Biji katak porang adalah buah yang tumbuh di antara batang tanaman porang, yang bisa dijadikan bibit.

"Modal awal menanam porang, beberapa tahun lalu saya dengar cerita ada pedagang yang beli isi porang dengan harga Rp 500, kemudian harganya naik. Saat itu, saya berpikir bahwa tanaman ini menguntungkan bagi masa depan saya. Saya lihat dan ambil benih di hutan. Saya ambil biji katak (porang) untuk bibitnya," ujar dia.

Dari pengalamannya menanam, tanaman porang sangat cocok di segala cuaca. Saat musim hujan, tanaman porang bisa tumbuh sendiri.

Saat musim kemarau, porang tidak tumbuh. Tetapi, kata dia, bukan berarti mati. Sebab, ketika musim hujan, porang tersebut bakal tumbuh lagi.

Tanaman porang menurut dia juga jarang terkena penyakit. Jarang ada hama di porang.

Kuncinya agar porang berkualitas, kata Agustinus, jangan memberi pupuk kimia atau menyemprot dengan obat-obatan kimia.

"Dulu saya jual ke Jawa. Hasil penjualannya, saya memperoleh uang dari Rp 30.000.000; sampai Rp 50.000.000. Ada seorang petani di Lendo yang mengikuti apa yang saya lakukan memperoleh uang Rp 70.000.000," ujar Agus.

Dia menyebut, satu hektare lahan bisa ditanami 16.000 benih biji katak porang.

Saat ini, di Kampung Lendo total sudah 35 hektare kebun porang. Jika dikali 16.000 benih per hektare, berarti ada 560.000 tanaman porang.

Menurut Agus, satu tanaman porang bisa menghasilkan 1 sampai 3 umbi porang, biasanya memiliki berat 5 kilogram per buah. 


Bentuk kelompok tani porang

Kini, Agustinus menjadi guru untuk melatih langsung petani menanam porang. Pertama, warga membentuk kelompok tani.

Melatih petani secara langsung di kebun. Teori sedikit, praktik lebih banyak langsung di kebun.

Pertama-tama, kelompok membangun terasering di lereng-lereng bukit, lalu menanam bibit porang.

Saat ini, kata dia, kelompok tani di Desa Gunung Baru dan Rana Mbata sudah giat menanam porang secara berkelompok di lahan-lahan masing.

Petani sangat kewalahan mendapatkan benih porang. Yang ditanam saat ini dicabut saja dari hutan.

Ia mengatakan, pemasaran tanam porang di luar negeri bisa hingga ke Jepang, China, Thailand dan sejumlah negara di Asia.

https://regional.kompas.com/read/2021/04/14/165611178/cara-agustinus-menanam-porang-pernah-belajar-ke-jepang-hingga-dapat-rp-50

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke