Salin Artikel

Budi Daya Ulat Sutra Nunukan, Impian Hasilkan Kain Khas Kalimantan yang Selalu Kandas

NUNUKAN, KOMPAS.com – Budi daya ulat sutra di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, masih menjadi harapan dan impian yang terus kandas.

Dirintis sejak 2016, banyak persoalan yang membuat budi daya ulat sutra di perbatasan RI-Malaysia ini mengalami pasang surut.

"Sebenarnya budi daya ulat sutra di Nunukan ini adalah satu satunya di pulau Kalimantan. Artinya ada kebanggaan ketika ini berkesinambungan dan kita bisa menghasilkan kain khas Nunukan atau Kaltara," ujar Plt Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Nunukan Roy Leonard, Minggu (11/4/2021).

Roy menuturkan, adanya budi daya ulat sutra berawal dari keinginan Sekretaris Daerah pada saat itu Drs.Tommy Harun, yang menginginkan sebuah produk ringan namun berkualitas dan ikonis.

Dilakukan sebuah kajian melibatkan Dinas Kehutanan yang akhirnya dibangun dua rumah budi daya ulat sutra di dataran tinggi Krayan.

"Di sana kita sudah sempat menghasilkan 3 boks kokon ulat sutra. Tapi kemudian muncul kebijakan Undang Undang MD3 pada 2016 yang menarik kewenangan Dinas Kehutanan Kabupaten ke Provinsi. Terputuslah upaya itu,’’kata Roy.

Dalam upaya merintis budi daya ulat sutra, Kabupaten Nunukan sudah menjalin kerja sama dengan Dinas Kehutanan Wajo Provinsi Sulawesi Selatan.

Wajo merupakan salah satu wilayah pengembangan sutra, sehingga daerah tersebut menjadi referensi dan tempat study banding Dinas Kehutanan Nunukan saat itu.

Benih ulat sutra bisa diperoleh secara gratis melalui bantuan budi daya untuk program pengembangan Kelompok Tani Hutan (KTH).

"Yang disayangkan, usaha yang baru kita rintis harus membentur undang undang peralihan kewenangan di MD3 itu. Sekarang kita coba kembali kembangkan untuk KTH Floresta di kecamatan Nunukan Barat,’’katanya.

Tertatih mewujudkan mimpi

Pemberlakuan Undang-Undang 23/2014 tentang pemerintah daerah yang berlaku mulai Oktober 2016 diakui menjadi sebuah hantaman berat bagi impian tersebut.

Seluruh rencana yang dibangun buyar. Nihilnya kewenangan dinas kehutanan kabupaten, otomatis membuat instansi ini bubar dengan sendirinya.

"Dinas Kehutanan di Kabupaten tidak ada lagi, tapi ada UPT KPH, jadi kita coba perlahan merajut kembali apa yang kita impikan dari upaya budi daya ulat sutra," tekat Roy.

Kabupaten Nunukan memang memiliki impian menjadi salah satu wilayah penghasil sutra. Benang sutra akan mereka rajut menjadi kain dengan motif batik khas Kaltara yang ikonis.

Hasilnya akan menjadi oleh oleh khas Kaltara yang tentunya akan melambungkan nama provinsi termuda Indonesia yang berada di perbatasan RI–Malaysia ini.

"Saya katakan saat ini kita masih tertatih tatih mewujudkan itu. Kita masih banyak PR, kita butuh SDM handal dan harus memiliki ternak ulat sutra sendiri. Tapi mimpi itu akan coba kita gapai," kata Roy.

Roy mengaku, hasil budi daya ulat sutra belum bisa menjanjikan secara ekonomi.

Pasalnya, yang dikejar sementara ini adalah eksistensi budi daya ulat sutra untuk kain sutra khas Kaltara.

Sementara jika berbicara harga, kepompong atau kokon ulat sutra bisa dijual dengan harga berkisar Rp 25.000 per kg, dan akan menjadi Rp 45.000 saat sudah menjadi benang, lalu menjadi Rp 300.000 sampai Rp1,5 juta ketika menjadi kain, tergantung dari panjang dan lebar kain.

Dukungan KTH Floresta

Semangat Roy untuk impian kain sutra motif khas Kaltara diilhami oleh KTH Floresta Nunukan Barat.

KTH ini sekarang mengelola budi daya ulat sutra. Mereka sudah menanam pohon murbei. Daun murbei merupakan pakan ulat sutra.

Ketua KTH Floresta Laurensius Bati mengatakan, saat ini ada 15 orang yang menekuni budi daya ulat sutra.

Mereka merasa berkewajiban mewujudkan impian Nunukan sebagai andil warga perbatasan untuk kemajuan daerah.

"Kita menerima program pengembangan KTH pada 2018, hanya saja harus kita akui anggota kita belum ada yang bisa fokus. Mereka masih butuh bimbingan dan pendampingan, itu kenapa produksi belum bisa rutin. Tapi kita semua siap untuk mewujudkan mimpi Nunukan memiliki kain sutra sendiri," katanya.

Sejauh ini, budi daya ulat sutra di Nunukan masih bergantung dengan telur ulat yang dikirim dari Wajo. Biasanya dalam sebulan ada 1 boks berisi 25.000 telur ulat sutra.

Begitu menetas, ulat ulat tersebut diberi makan daun murbei selama 21 hari sampai menjadi kepompong/kokon.

Menjaga ulat ulat sutra kecil, ternyata tidak mudah. Hewan cicak atau kadal sering kali masuk ke kandang ulat sutra dan memakannya sampai habis.

Sampai saat ini, budi daya Nunukan baru menghasilkan 1 kain selendang sutra.

Ada beberapa gulung benang sutra yang tersimpan rapi, menunggu jumlah banyak sebelum dipintal menjadi kain dan digambar dengan motif batik khas Kaltara.

"Jadi memang tidak mudah ternyata. Tapi namanya mimpi tidak ada yang begitu saja terjadi. Mudah mudahan sedikit demi sedikit kita bisa menebus kegagalan kita dengan terwujudnya impian kain sutra khas Nunukan," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2021/04/12/073001078/budi-daya-ulat-sutra-nunukan-impian-hasilkan-kain-khas-kalimantan-yang

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke