Salin Artikel

Joko Sukses Usaha Kaktus Hias Saat Pandemi, Permintaan Menggila, Omzet hingga Rp 80 Juta Per Bulan

KULON PROGO, KOMPAS.com –Kaktus hias naik daun semasa Pandemi Covid-19. Perawatannya yang gampang, tak perlu tiap hari disiram, juga mudah dikembangbiakkan membuat banyak orang menyukai tanaman ini.

Ketertarikan orang juga karena kaktus hias bisa mempercantik dekorasi ruang hingga soal harganya yang terjangkau. Semua cocok bagi mereka yang kini banyak bekerja dari rumah saja.

Tingginya permintaan dirasakan Joko Setiyono (31 tahun) yang tinggal di Pedukuhan VIII, Kalurahan Bojong, Kapanewon Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Petani muda ini membuka greenhouse ukuran 12x8 meter di depan rumah sebagai display ribuan dari ratusan jenis kaktus dan sukulen. Mayoritas kaktus lokal, tapi juga import dari Thailand, Jepang, Korea, dan Italia.

Baik yang kaktus murni, persilangan hingga perbanyakan kaktus dengan teknik grafting.

Joko dan Dini, istrinya, menamai usaha mereka ‘Aridzona Kaktus’. Joko mengaku bisa meraup omset jutaan rupiah dalam sehari dari jualan kaktus itu saat pandemi.

“Saya baru saja mengirim 300 kaktus tadi malam, yang harga satunya Rp 10.000-15.000. Perusahaan ekspedisi datang setiap sore atau malam,” kata Joko di outlet Aridzona Kaktus di rumahnya, Selasa (23/3/2021).

Di Aridzona Kaktus ada yang dari kelompok gimnocalycium bentuk bintang sampai bulat. Dari yang berwarna hijau bercampur merah, kuning atau jingga. Masuk dalam kelompok ini seperti starfire, Mihanovichii mihaorage, yellotiger, marble, T31115, dan darth maul. Termasuk di sana ada hasil persilangan seperti Anitsisi hybrid variegata kuning, Japanclone, LB hybrid varigata.

Dari kelompok Astrophytum juga ada. Seperti Myriostigma variegata, Myriostigma tricocastum, Ornatum dll.

Kaktus lokal seperti Gimnodamsii dan Echinopsis calochlora, berbagai oxygona hingga Echinopsis ancistrophora paling banyak dibeli.

“Jenis ini sangat mudah dirawat dan beranak,” kata Joko.

Harganya yang terjangkau. Gymnodamsii dibanderol antara Rp 20.000 – 35.000 tergantung warna. Calochlora bisa Rp 30.000 – 35.000. Semua tergantung warna, ukuran, penampilan menyeluruh yang menarik.

“Peminat kaktus kebanyakan adalah mereka yang baru belajar kaktus. Mereka mencari kaktus yang lebih umum dan sudah lama adaptasi iklim di Indonesia,” kata Joko.

Lagi-lagi pandemi memberi angin segar bagi bisnis via online, di tengah menurunnya pembeli yang langsung datang ke greenhouse-nya. Penjualan di masa awal pandemi terbilang menggila.

Dalam satu bulan, ia bisa menjual 4.000 - 5.000 kaktus. Ini lima kali lipat dibanding penjualan kaktus saat ini.

“Omzet terbesar satu bulan pernah sampai Rp 80 - 85 juta awal pandemi. Saya tahan-tahan agar ada yang tidak terjual. Kalau dibiarkan bisa langsung habis kaktus di sini,” kata Joko.

Tangan dingin

Awalnya, seorang teman menitipkan sekardus sukulen muda dan kaktus umur masih 2-3 bulan. Sebenarnya tanaman itu dekorasi cafe, namun banyak yang mati. Joko menceritakan, temannya menitipkan untuk dirawat.

Semuanya tumbuh segar dalam perawatan. Orang-orang yang melihat tertarik untuk membeli. Joko dan temannya melihat ini sebagai peluang.

Mereka membeli dan berburu tanaman hias ini sampai ke Lembang, Jawa Barat, dan Kopeng di Jawa Tengah pada 2017.

Setelah berbagai percobaan, Joko mulai serius membuka usaha ini meski kecil-kecilan di Bantul, awal 2018. Usahanya yang semakin besar membuat Joko memberanikan diri keluar kerjaan dari perusahaan terkait produk hasil hutan.

Ia dan Dini berniat berdikari jualan kaktus. Mereka pun membukanya di Panjatan, Kulon Progo.

Tak lama kemudian, pandemi datang. Omzet penjualan pun meningkat tajam hingga puluhan juta rupiah per bulan.

Kegigihan itu membuahkan hasil sehingga mereka bisa membangun rumah ukuran rumah 24x8 meter di lahan 400 meter persegi di Bojong. Ia juga membangun green house di depan, samping dan belakang rumah.

“Sekarang bisnis kaktus berangsur normal (tidak seperti awal pandemi). Satu bulan bisa menjual 1.000 – 1.500 kaktus. Omzet sekitar Rp 30-an juta satu bulan,” kata Joko.

Foto produk

Nila Umardini (44) penggemar tanaman hias. Ia menghabiskan Rp 120.000 untuk membeli kaktus Gymnodamsii dan beberapa sukuken, seperti lidah katak atau Drimiopsis, Kalanchole, Cereus peruvianus dan Optia SP, beserta pot-pot hias ukuran 10 Cm.

Nila mengaku sengaja berburu tanaman setelah berselancar di dunia maya. Bukan hanya karena perawatannya yang mudah dan gampang dikembangbiakkan, keindahan kaktus cocok untuk dekorasi ruang rumah. Ia meletakkan di teras depan, lemari, meja tamu, hingga kursi sudut.

“Saya sengaja berburu kaktus untuk keperluan usaha dan mempercantik ruangan,” kata Nila di rumahnya Jogoyudan, Wates, Kulon Progo.

Bagi Nila, kaktus hias itu jadi bagian dari usaha yang sedang dirintisnya. Nila pekerja swasta yang sedang WFH sepanjang pandemi. Ia memanfaatkan waktu untuk mengembangkan bakat minat di dunia kuliner dan menjahit.

Hampir setiap hari ia menghasilkan produk, difoto, lantas diunggah sebagai status dan jualan lewat media sosial.

Ia tidak lupa memanfaatkan sukulen dan kaktus mininya sebagai latar belakang foto.

“Setiap hari update. Dengan kaktus hias jadi semakin menarik,” katanya.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/25/112408878/joko-sukses-usaha-kaktus-hias-saat-pandemi-permintaan-menggila-omzet-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke