Salin Artikel

Cerita Para Siswa di Blitar Setelah Belajar Tatap Muka, Senang Bertemu Teman walau Hanya 3 Jam

Salah satunya adalah Chelsea yang tercatat sebagai siswi SMPN 1 Kota Blitar.

Kepada Kompas.com, Chelsea mengaku senang bisa bertemu dengan rekan-rekannya sesama kelas VII.

Maklum saja. Sejak lulus SD dan masuk SMP, dia belum pernah ke sekolah menggunakan seragam sekolah. Ia hanya datang ke sekolah tahun lalu untuk mendaftar.

"Senang banget, semangat banget. Lulus SD kan bangga jadi anak SMP, tapi belum pernah berseragam SMP dan pergi ke sekolah," kata Chelsea, Selasa.

Di hari pertama, Chelsea hanya tiga jam di sekolah. Ia mendapatkan tiga mata pelajaran sejak pukul 07.00 WIB hingga 10.00 WIB.

"Masuk jam tujuh pagi, jam 10 sudah selesai kelasnya," ujarnya.

Ia mengaku saat belajar online sering kebingungan jika tak memahami materi dari guru yang disampaikan secara daring.

Tak hanya Chelsea. Siswa SMP lainya juga mengaku senang bisa belajar tatap muka.

Seperti Rehan yang mengaku semangat saat bertemu rekan-rekan barunya.

"Bisa ketemu dan kenalan langsung dengan teman-teman baru," ujarnya.

Ia mengaku sebelum belajar tatap muka, ia pernah ke sekolah hanya untuk mengambil lembar kerja siswa.

Saat belajar tatap muka, Rehan bercerita bahwa ia lebih mudah memahaminya.

Menurut Rehan, ada 14 siswa di dalam kelas. Setiap satu siswa duduk di satu bangku dan menjaga jarak.

Namun, tak semua siswa datang ke sekolah. Menurut Rehan, ada rekannya satu kelas yang tidak mengikuti tatap muka karena tak diizinkan oleh orangtuanya.

Hal senada juga diceritakan oleh Yudha, siswi SMPN 7 Kota Blitar. Ia bercerita lebih menyukai belajar tatap muka di kelas.

Menurutnya, di SMPN 7 Blitar, siswa kelas VII dibagi menjadi dua kelompak dan ia masuk kelompok pertama yang masuk selama sepekan ke depan.

Sedangkan kelompok kedua akan sekolah mulai pekan depan.

Namun, ada sebagian kecil siswa yang memilih tetap belajar secara daring.

Seperti yang diceritakan oleh Erlangga siswa SMP negeri di Blitar. Ia mengaku lebh suka belajar online di rumah.

Menurut dia, saat belajar di rumah, ia mudah makan dan minum serta main game setelah belajar.

"Kalau saya lebih suka belajar online. Habis belajar bisa langsung main game," ujarnya.

PTM yang dilaksanakan di Kota Blitar untuk jenjang TK, SD, dan SMP disebut dengan PTM Terbatas dan Bertahap.

Dari 162 sekolah di Kota Blitar, baru 58 sekolah yang mengikuti program PTM Terbatas dan Bertahap.

Hal tersebut juga dijelaskan oleh Plt Kepala Dinas Pendidikan Kota Blitar Samsul Hadi.

Ia mengatakan, melalui jajak pendapat yang diselenggarakan oleh masing-masing sekolah di jenjang TK, SD dan SMP di Kota Blitar, setidaknya 98 persen orangtua murid mendukung pelaksanaan PTM.

"Ada yang awalnya tidak mendukung karena takut terkait penularan Covid-19, tapi setelah berkunjung ke sekolah dan mendapatkan penjelasan dari pihak sekolah, mereka menyetujui," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa.

Samsul menegaskan, pelaksanaan PTM terbatas dan bertahap di Kota Blitar berawal dari permintaan orangtua murid.

"Kemudian, pihak DPRD juga melakukan kunjungan beberapa sekolah, bertemu guru dan orangtua murid. Kesimpulannya ya harus segera dilaksanakan PTM," ujarnya.

"Terbatas, karena meski hampir semua sekolah sebenarnya sudah siap menyelenggarakan PTM, tapi kurang dari setengahnya saja yang ikut PTM," ujarnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Asip Agus Hasani | Editor : Dheri Agriesta)

https://regional.kompas.com/read/2021/03/24/051500878/cerita-para-siswa-di-blitar-setelah-belajar-tatap-muka-senang-bertemu-teman

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke