Salin Artikel

Cerita Pemilik Bali Arabica, Cita-cita Jadi PNS Tak Kesampaian, Kini Punya Usaha Beromzet Rp 1 M Per Tahun

Setelah lulus kuliah, ia mengaku di bawah tekanan karena label sarjana pengangguran yang melekat di masyarakat desa.

Menurutnya, kesuksesan di dunia kampus dan beberapa organisasi kepemudaan sewaktu kuliah tidak berbanding lurus dengan kenyataan.

"Susah mencari kerja apalagi anak sebagai anak petani yang memiliki tingkat pergaulan terbatas," katanya saat dihubungi, Senin (15/3/2021).

Lulus kuliah dari Universitas Pendidikan Ganesha di Singaraja pada 2007, Sukarsana memutuskan menjadi tenaga honorer di sebuah sekolah menengah pertama (SMP) di Kintamani.

Sukarsana mengabdi sebagai tenaga honorer tanpa adanya harapan menjadi PNS. Ia bertahan dengan pendapatan rendah.

Setelah lima tahun mengabdi, ia memutuskan meninggalkan desa dan mengadu nasib ke Ubud, Kabupaten Gianyar.

Sukarsana mulai belajar dan mencari peluang bisnis, mulai dari menawarkan sayuran hingga membuka warung makan bernama Mujair Kintamani (MK).

Mendengar pembicaraan turis asing

Saat membuka warung makan, nasib Sukarsana mulai berubah. Di warung itu, ia mendengar seorang turis asing sedang mencari kopi Kintamani.

Ia memberanikan diri menyapa dan berbincang tentang kopi. Turis asing itu lalu mengajak Sukarsana menjadi pengontrol kualitas kopi Kintamani yang dijual ke Australia.

Pekerjaannya sehari-hari mengajarkan bagaimana membuat bibit, budidaya kopi, mengolah kopi sesuai standar ekspor, dan mendampingi petani menjalankan program yang dikembangkan perusahaan.

Ternyata, kopi dari petani yang didampinginya mendapat penghargaan terbaik ketiga dalam kontes kopi spesialti Indonesia di Hotel Stones, Kuta, Bali.

Lahir dan besar di Kintamani membuatnya tahu seluk beluk kopi dari kampung halamannya itu. Sukarsana lalu bertekad membuat kopi dari daerahnya bisa bermanfaat bagi petani.

Menurutnya, kopi Kintamani Bali mampu bersaing di kancah internasional. Namun, faktanya kopi jenis ini masih banyak diperjualbelikan dengan sistem ijon.

Sistem itu membuat keuntungan dari penjualan kopi hanya bisa dinikmati tengkulak dan pengusaha pendatang, bukan warga lokal Kintamani.

"Para petani kopi tetap mengeluh dengan harga jual kopi yang rendah dan selalu ditekan oleh pembeli," kata dia.


Pada 2013, Sukarsana mengikuti lomba wirausaha muda pemula berbasis teknologi yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Bangli yang bekerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga, BPPT, dan Bank Indonesia (BI) Bali.

Ide bisnis untuk pengembangan kopi Kintamani yang sudah mendunia dan bermanfaat bagi petani keluar sebagai finalis terbaik. Ia mendapat modal sekitar Rp 10 juta.

Berawal jual 10 kilogram kopi, kini bermozet hingga Rp 1 miliar

Hadiah itu dipakai merintis bisnis yang diberi nama Arabica Coffee Kintamani. Awalnya, ia menjadi reseller produk petani.

Setelah mengumpulkan keuntungan berjualan kopi, ia membeli mesin sangrai (roasting).

Lalu, ia membangun kerja sama dengan salah satu petani untuk mendirikan industri rumahan pengolahan kopi.

Untuk menarik pembeli, ia memberi garansi 100 persen terhadap produk yang dijual dengan selalu menyediakan kopi segar dan tak pernah stok dalam jumlah banyak.

Efeknya banyak pembeli yang merekomendasikan produk kopinya ke pembeli lain.

"Sehingga jadi bagian dari marketing gratis. Konsepnya bussiness to bussiness," kata dia.

Adapun pelanggan utama dari usahanya yakni toko kopi, roaster, restoran, hotel, dan pencita kopi.

Awalnya, ia mampu menjual kopi arabika Kintamani sekitar 10 kilogram setiap bulan.

Seiring berjalannya waktu usaha rintisannya sukses dan menjual satu hingga dua ton kopi arabika Kintamani setiap bulan.

Omzet dari usahanya itu sekitar Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar setiap tahunnya.

Ingin kopi lokal bermanfaat bagi petani

Sukarsana mengatakan, ide bisnisnya yakni mengangkat kopi lokal daerahnya agar dikenal secara luas dan bermanfaat bagi petani.

Sebab, ia belum menemukan usaha yang fokus menggeluti secara khusus kopi arabika Kintamani.

"Usaha yang saya geluti sudah berjalan sembilan tahun, dan idenya mengangkat nilai kelokalan. Tahun itu tak ada orang Kintamani yang fokus di sini, saya kemudian mencoba mengangkat potensi kopi ini," katanya.


Saat itu, ia juga sedang terlibat di sebuah koperasi yang membawahi seluruh petani kopi di Kintamani. Sehingga, Sukarsana memiliki banyak kenalan petani kopi.

Ia mengatakan produk yang dijualnya memiliki cerita yang dikemas menarik mulai dari latar belakang, ditanam di mana, ketinggian berapa, siapa petaninya, prosesnya seperti apa.

"Harus ada cerita tiap produknya, ini harus kita ceritakan, pembeli bisa tertarik dan yakin dengan produknya," kata dia.

Sementara, fokus usahanya yakni suplai olahan kopi green bean untuk roastery atau penyangrai kopi dan kopi yang telah disangrai untuk restoran serta toko kopi.

"Kita menonjolkan nilai kopi yang diproses. selain processing kami terlibat di penanaman. Kita juga punya roastery di Ubud," katanya.

Sementara produk terbaru yang dikerjakannya yakni kopi experience yakni mendekatkan dan menggali potensi perkopian di dunia pariwisata.

"Journey of Bali coffee. sebuah pengalaman yang saya buat khusus untuk wisatawan asing di Bali," kata dia.

Jadi, pihaknya memberikan pengalaman kepada wisatawan memahami bagaimana tradisi masyarakat lokal dalam merawat kopi dan menghargai. Lalu, apa yang dilakukan secara langsung oleh petani dan edukasi.

Para tamu ini memesan produk secara online. Pembeli dijemput dan diajak ke kebun untuk mengenal kopi, jenis, varietas, tradisi lokalnya. Mereka dilibatkan dalam setiap proses yang berlangsung.

Sementara untuk produk kopinya dipasarkan di Indonesia secara online dan offline. Untuk online hampir 80 persen di luar Bali seperti Jawa, Sumatera, hingga Kalimantan.

Lalu, sebanyak 20 persen dipasarkan di Bali.

Pada 2018, Sukarsana mengembangkan kebun kopi di kawasan Bedugul, Bali, dengan lahan sekitar dua hektare. Ia melibatkan komunitas kopi lokal di Bali.

Kolaborasi juga dijalin dengan BUMDes Wanagiri untuk penanaman kopi organik di hutan sosial yang dikelola masyarakat.

Selain berbenah di kebun, Bali arabica juga menjadi tempat penyangraian kopi di Ubud, Gianyar.


Dalam proses pemilihan biji kopi, pihaknya bekerja sama dengan subak, kelompok tani, dan petani rekanan. Kemudian melibatkan para lansia dan pemberdayaan ibu-ibu di pedesaan untuk menyortir biji kopi.

"Dengan kegiatan ini, para lansia bisa lebih produktif, aktif dan lebih bahagia dalam menikmati masa tua," kata dia.

Sejak awal memilih e-commerce

Saat merintis bisnisnya, Sukarsana terkendala dengan pemasaran produk. Namun, ia rutin mengikuti pelatihan dan menemukan cara paling efektif menjual produknya.

Ia pun memilih menjual secara online melalui e-commerce seperti Shopee, Blibli, hingga Tokopedia.

"Beruntung dari dulu kami sudah menyasar e-comerce, sehingga di masa pandemi banyak di sana, kami juga optimalkan sosmed, Instagram, google bisnis, Facebook, WhastApp," kata dia.

Sementara pengolahan dan toko fisik berada di kawasan Ubud, Gianyar.

"Kami tak stok kopi dalam waktu lama, ketika ada order baru kami kerjakan," katanya.

Saran buat calon pelaku usaha

Ia memiliki saran kepada masyarakat yang ingin terjun di dunia usaha mikro, kecil, menengah (UMKM). Pertama memiliki keyakinan dan rasa suka terhadap produk yang dijual.

Jadi, harus tahu secara detail produk yang dijualnya. Masyarakat juga harus tahu kelebihan produk dan yang membedakannya dengan milik usaha lainnya.

Lalu, konsisten dengan usaha yang dijalankannya.

"Pembedanya apa ini harus digali dan konsisten enggak produk ini. Jangan-jangan mundur kalau ada satu masalah," katanya.

Sukarsana juga mengingatkan para pelaku usaha agar rajin mengikuti pelatihan yang diadakan pemerintah dan berbayar. 

Bisa juga dengan belajar dari komunitas pengusaha dengan produk yang sama. Terakhir adalah digitalisasi produk untuk dipasarkan secara daring.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/15/171611078/cerita-pemilik-bali-arabica-cita-cita-jadi-pns-tak-kesampaian-kini-punya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke