Salin Artikel

Fakta Baru Akses Jalan Dibangun Tembok, Pemilik Tanah Bermusyawarah, 4 Keluarga Siap Minta Maaf

Hal itu menyebabkan empat keluarga terisolasi dan kesulitan keluar masuk.

Warga pun harus bersusah payah melewati jalan sempit yang di bawahnya terdpat saluran air atau got.

Berikut fakta-fakta terbarunya:

Diduga masalah pribadi mengaku siap minta maaf

Pihak keluarga yang terisolasi Tri Budi mengatakan, kabarnya pembangunan tembok dan bangunan pada akses jalan itu terjadi karena adanya persoalan pribadi.

Oleh karena itu Tri Budi dan warga yang terisolasi bersedia meminta maaf jika memiliki kesalahan ke keluarga Sukendro.

"Keluarga kami siap meminta maaf, jual beli tanah berlanjut, kemudian tembok kami bongkar, yang penting ada akses jalan keluar masuk warga," tutur dia.

Empat keluarga yang terisolasi, siap melakukan mediasi kembali dengan pihak pemilik tanah Sukendro.

Sebab, lokasi itu diklaim merupakan hak mereka dan telah dibagi waris.

Meski pada tanggal 18 Februari, Tri Budi sempat membeli tanah itu, namun uang akhirnya dikembalikan lagi dan tanah tak jadi dijual.

Bukan hanya itu, pada lokasi itu dibangun tembok dan bangunan permanen pada akhir Februari 2021.

Kini, Sukendro mengaku akan kembali berdiskusi dengan anak-anaknya untuk mencari jalan keluar.

"Memang tanah yang di situ sudah menjadi hak anak terakhir. Tapi nanti saya musyawarah dulu sama tiga anak saya. Semoga ada hasil terbaik saat mediasi," ujar Sukendro.

Rencananya mediasi akan dilakukan pada Sabtu (13/3/2021) di Mapolsek Petarukan.

Surat undangan pun telah diterima oleh pihak Tri Budi selaku warga yang terisolasi dan Sukendro sebagai pemilik tanah.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Muspika, pihak desa dan lainnya untuk melaksanakan mediasi di tempat yang netral yaitu di Polsek. Harapannya ada hasil terbaik dari mediasi sehingga bermanfaat untuk para pihak," kata Kapolsek Petarukan, Heru Irawan.

Pihak pemilik tanah menegaskan, lokasi itu menjadi hak mereka dan telah dibagi waris.

Pada 18 Februari 2021, seorang warga bernama Tri Budi sempat membeli tanah yang dibangun tembok permanen itu.

Tri membayarkan uang muka Rp 50 juta dari harga total Rp 100 juta. Ketika itu belum ada tembok dan bangunan di lokasi tersebut.

Namun, uang yang telah dibayarkan Tri Budi akhirnya dikembalikan secara sepihak melalui menantunya.

Kemudian pada 27 Februari 2021, keluarga Sukendro membangun bangunan permanen dan menembok akses jalan.

Akibatnya, beberapa keluarga menjadi terisolasi.

"(Rumah) milik ayah saya Suharto, terus ada Pak Kismanto, Agus dan Amsori tertutup akses jalannya," tuturnya.

Imbas penutupan itu warga kesulitan keluar masuk. Mereka harus memutar dan melewati saluran air atau got.

Anak dari pemilik tanah Sukendro yang bernama Andrianto Susatyo (37) menjelaskan tanah itu merupakan tanah waris milik adik bungsu.

Sehingga mereka kukuh tak akan menjual tanah tersebut.

"Awalnya memang kami jual tetapi setelah beberapa hari ada rumor yang tidak enak. Ahirnya uang DP saya kembalikan baik-baik," kata Andri.

Ia membantah pembangunan tembok itu berkaitan dengan ajang Pilkades pada Desember lalu

"Bukan karena Pilkades kalah ya, memang tanah itu buat adik bontot (bungsu) saya," kata dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Pekalongan, Ari Himawan Sarono | Editor : Khairina)

https://regional.kompas.com/read/2021/03/13/052000978/fakta-baru-akses-jalan-dibangun-tembok-pemilik-tanah-bermusyawarah-4

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke