Salin Artikel

Setahun Pandemi Covid-19, Pariwisata Bali Porak-poranda, Mampukah Kembali Bangkit?

Sejak pandemi diumumkan masuk ke Indonesia pada Maret 2020, perekonomian Bali yang menggantungkan pada sektor pariwisata seperti mati suri.

Tak ada wisatawan asing datang ke Bali membuat hotel kosong dan obyek wisata sepi.

Kondisi ini tercermin dari lengangnya jalanan di kawasan Kuta, Badung, Bali.

Misalnya di Jalan Bakung Sari, Kuta, deretan pertokoan banyak yang tutup. Jalanan lenggang dan tak ada lalu lalang wisatawan berjalan kaki seperti biasanya.

"Ini pertokoan pada tutup semua, kontrak abis ya karena tamu asing emang enggak ada. Dulu jalan ini macet, parkir aja gak bisa. Ini jalanan lengang satu arah jadi dua arah," kata Toni Pitoyo, kepala sebuah toko retail di kawasan Jalan Bakung Sari, Rabu (3/4/2021).

Toni mengatakan kondisi semacam ini sudah terjadi sejak April 2020. Hingga saat ini belum ada tanda-tanda akan adanya pemulihan ekonomi.

Di sudut lain Jalan Bakung Sari, sebuah art shop "Pustaka" tampak buka. Toko tersebut dijaga Kadek Oka yang saat itu sedang membersihkan barang jualannya.

Ia mengaku membuka toko hari itu karena ingin bersih-bersih. Sebab, tak akan ada pelanggan yang masuk ke tokonya untuk membeli barang seni di pajangannya.

"Sepi sekali, enggak ada tamu ini hanya bersih-bersih saja. Sudah enggak ada pemasukan sejak pandemi itu," katanya saat ditemui.

Ia mengatakan kondisi ini karena tokonya mengandalkan wisatawan asing dan domestik sebagai pelanggan.

"Nol, kosong. Dari April sehabis lockdown itu, ya hampir setahun yang pastinya hampir setahun," katanya.

Kini untuk memeroleh pemasukan, Oka bekerja mengumpulkan minyak goreng bekas yang kemudian dijual ke pengepul.

Kadang dia pulang ke Jembrana untuk membantu keluarganya mengerjakan garapan lahan pertanian.

Pantai Kuta yang berjarak sekitar 5 menit dari Jalan Bakung Sari juga nampak lenggang. Begitu juga dengan parkiran yang biasanya penuh.

Pengunjung di pantai juga tak banyak seperti biasanya.

Hal ini dikeluhkan oleh Wayan Tantri (65), tukang pijat keliling di Pantai Kuta.

Tantri yang menjadi tukang pijat sejak 20 tahun silam ini mengaku kondisi kali ini terparah dibandingkan dengan adanya kejadian Bom Bali I, Bom Bali II, hingga erupsi Gunung Agung.

"Dulu masih ada tamu meski ada bom dan erupsi, sekarang anjlok sama sekali," katanya di Pantai Kuta.

Ia mengatakan, dulu dia bisa memijat minimal tiga pelanggan dalam sehari. Sekarang sehari belum tentu ada pelanggan.

Jika ada, tarifnya ia turunkan dari yang sebelumnya Rp 50.000 tiap 30 menit menjadi Rp 30.000 per 30 menit.

"Turis gak ada supaya bisa makan aja. Sehari kadang Rp 20.000 sampai Rp 50.000," katanya.

Kondisi ini juga dialami oleh anak-anaknya yang bekerja di sektor pariwisata.

Mereka di rumahkan dari tempatnya bekerja dan mengisi kesibukan dengan menjual bunga hingga makanan.

Tantri berharap pandemi segera berakhir dan ekonomi Bali kembali bergerak.

Mampukah bangkit?

Wakil Ketua Bidang Budaya, Lingkungan dan Humas Badan Pengurus Daerah (BPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya mengatakan, pandemi Covid-19 telah memporak-porandakan sektor pariwisata Bali.

Kondisi pariwisata ini menurutnya sudah collapse.

Sebab ekonomi Bali 70 persen bergantung kepada pariwisata dan sisanya dari sektor pertanian serta sektor industri hasil kerajinan ekonomi kreatif.

"Ini parah dan sangat mendalam sehingga ekonomi Bali year on year minus 9,3 persen. Jadi paling parah di seluruh Indonesia," katanya saat dihubungi, Kamis (4/3/2021).

Ia menyebut di Bali ada sekitar 5.000 hotel yang 70 persennya berada di Kabupaten Badung.

Hampir 50 persen hotel tersebut tutup opersional dalam kurun waktu setahun terakhir.

Sementara 50 persen yang buka tingkat huniannya hanya rata-rata 5 persen. Jadi jika satu hotel memiliki 100 kamar, hanya lima kamar yang dihuni oleh tamu.

Hal ini menyebabkan ribuan pekerja wisata dirumahkan.

Pekerja di hotel dan restoran yang tergabung dalam PHRI yang dirumahkan mencapai 300.000 karyawan, transportasi 75.000 orang, dan industri 360.000 orang.

"Ini kan bahaya dampak sosialnya kalau kita tidak antisipasi sebisa mungkin," katanya.

Rai berharap pemerintah segera memberi kepastian dan tindakan penyelamatan sektor pariwisata Bali.

Rai menyarankan, pemerintah segera menuntaskan program vaksinasi di Bali dengan sasaran 70 persen penduduknya.

Menurutnya vaksinasi akan membuat kepercayaan dunia pariwisata internasional terhadap Bali kembali.

Kemudian pemerintah pusat segera merealisasikan pinjaman lunak Rp 9,7 triliun yang telah dijanjikan.

Lalu segera menentukan waktu kapan pariwisata internasional dibuka.

"Segera ditentukan time line dari pembukaan internasional border jangan sampai ada perbedaan. Kementerian Pariwisata bilang segera buka kembali. Menko bilang tahun ini belum bisa," katanya.

Lalu mengendalikan penyebaran Covid-19 di Bali. Jika pandemi terkendali maka pariwisata internasional dibuka.

Hal ini menurutnya bisa dilakukan bertahap dengan memberikan kuota ke negara-negara asal wisatawan.

Sebelumnya, Gubernur Bali Wayan Koster mengaku telah merumuskan zona hijau pariwisata bersama sejumlah menteri.

Zona hijau ini nantinya bisa dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara.

Koster menjelaskan Bali menyiapkan dua wilayah zona hijau Covid-19 atau free covid corridor (FCC) yakni di kawasan ITDC, Nusa Dua, Kabupaten Badung dan Ubud di Kabupaten Gianyar, Bali.

“Bapak Menkes (Budi Gunadi Sadikin) bersama bapak Menpar (Sandiaga Salahuddin Uno) mengagendakan program FCC dan Pak Menkes, sudah kami ajak berdiskusi memilih zona hijau, dua kawasan yaitu ITDC Nusa Dua dan Ubud,” kata Koster, dalam dialog vaksinasi datang pariwisata gemilang secara daring, Senin (1/3/2021).

Untuk menyiapkan zona hijau ini maka pekerja dan penduduk lokal di sektor wisata di dua daerah itu harus divaksinasi.

Koster mengatakan, dua wilayah ini membutuhkan sekitar 120.000 dosis vaksin untuk memulai FCC.

Koster menargetkan program vaksinasi di dua daerah ini selesai pada Maret dan saat ini pihaknya masih menunggu kedatangan vaksinnya.

Jika sudah divaksin, maka nantinya akan dibuka untuk wisatawan domestik terlebih dahulu pada Mei 2021.

Ia juga mengatakan pandemi Covid-19 harus ditangani dengan baik jika ingin menggaet wisatawan datang.

Sebab, peningkatan kasus Covid-19 berdampak langsung kepada kepercayaan motivasi masyarakat untuk berkunjung ke Bali.

"Jadi, begitu naik angka Covid-19 di Bali sejak 8 Januari 2021 mencapai 500 itu langsung menurunkan kunjungan perjalanan dalam negeri atau wisatawan dalam negeri itu menurun," kata dia.

Per 3 Maret 2021, kasus kumulatif Covid-19 di Bali berjumlah 34.897 kasus, sembuh 31.865 orang (91,31 persen), dan meninggal dunia 947 orang (2,71 persen).

Sementara kasus aktif berjumlah 2.085 kasus (5,97 persen).

https://regional.kompas.com/read/2021/03/05/052000478/setahun-pandemi-covid-19-pariwisata-bali-porak-poranda-mampukah-kembali

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke