Salin Artikel

Setahun Pandemi Covid-19 di Indonesia, Ini Cerita Mereka yang Bangkit dari Keterpurukan Ekonomi

KOMPAS.com - Genap satu tahun pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia.

Sejak diumumkannya kasus pertama pada Maret 2020 hingga sekarang, hampir seluruh sektor perekonomian terkena dampak.

Banyak pengusaha yang bangkrut dan buruh terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat dari kondisi tersebut.

Namun demikian, di tengah kondisi serba sulit itu ternyata tak sedikit dari mereka yang berhasil bangkit kembali.

Mereka kemudian menemukan kesuksesan baru dari inovasi usaha yang dilakukan meski wabah virus corona entah sampai kapan akan berhenti.

Berikut ini sederet cerita mereka yang berhasil sukses di kala pandemi.

Arnovian Pratikna (24), warga Kelurahan Sogaten, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Jawa Timur ini berhasil meraih kesuksesan dari bisnis ikan cupang.

Pemuda yang awalnya bekerja di sebuah event organizer tersebut tak menyangka keisingannya menggeluti budidaya ikan cupang justru membuatnya menjadi beruntung.

Bagaimana tidak, saat pandemi berlangsung ia justru berhasil meraih omset hingga Rp 40 juta perbulan.

Diceritakan Arnov, ketertarikannya dengan ikan cupang itu ketika melihat pacarnya memiliki koleksi ikan cupang yang dianggap lebih bagus dari miliknya.

“Saya pun akhirnya mendatangkan 10 ikan cupang yang bagus dari luar kota,” jelas Arnov.

Merasa tidak puas dengan hanya melakukan koleksi, ia akhirnya belajar untuk melakukan budidaya secara mandiri.

Meski awal usahanya itu sempat merugi, ia tak patah semangat dan terus melakukan eksperimen sendiri.

Hingga akhirnya, budidaya ikan cupangnya menjadi berkembang dan mencapai ribuan ekor. Untuk memasarkan hasil budidaya ikan cupangnya itu, ia bersama dengan rekannya memanfaatkan media sosial.

Di tengah kondisi pandemi, dikatakan Arnov, pesanan ikan cupang dari pelanggannya ternyata melonjak.

Pelanggannya itu berasal dari berbagai daerah, di antaranya dari Solo, Manado, Ciamis, Sumedang, hingga Lampung.

Satu bayi ikan cupang jenis giant dijual Rp 25.000 hingga Rp 150.000 untuk pembelian banyak. Sementara satu ekor ikan cupang yang bagus bentuknya dijual mulai Rp 250.000 hingga Rp 7,5 juta

“Satu bulan penghasilan kotor mencapai Rp 40 juta,” ungkap Arnov.

Varian Arsyagam Isbandi (27), warga Desa Ngadirejo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, berhasil meraih sukses dari beternak cacing.

Varian mengatakan, usaha yang dilakukannya itu berawal dari keterpurukan ekonomi selama pandemi.

Sebab, saat itu ia terpaksa harus berhenti sebagai sopir rental karena sepinya pelanggan.

Dalam kondisi kebingungan karena harus menafkahi istri dan dua anaknya, lalu ia menemui kakaknya di Kabupaten Ponorogo.

Saat itu, ia lalu dikenalkan oleh kakaknya dengan temannya yang melakukan budidaya cacing tanah.

Setelah mengetahui caranya, ia lalu memberanikan diri untuk memulai sendiri budidaya cacing tanah tersebut.

“Modal saya dari uang tabungan dan pinjaman sekitar Rp 35 juta,” kata Rian saat ditemui di kediamannya, Selasa (13/10/2020).

Modal tersebut ia gunakan untuk membeli bibit dua kwintal, oven cacing dan kolam.

Usaha yang ditekuninya ternyata membuahkan hasil. Dalam setiap bulannya, kini ia berhasil mengantongi omset Rp juta.

Cacing tanah hasil budidayanya itu dijual kepada pabrik jamu herbal di Jawa Tengah.

Karena untungnya berlimpah, kini ia juga akan memperluas lahan budidaya yang digunakan.

Situasi pandemi yang terjadi pada awal 2020 lalu sempat membuat Angel Eva Christine kebingungan.

Sebab, usaha kain jumputan khas Palembang yang baru saja dirintisnya terancam gulung tikar.

Karena khawatir usahanya bangkrut, lalu ia menemukan inovasi dengan membuat masker dari kain jumputan tersebut.

Tak disangka, produk hasil inovasinya itu ternyata justru digandrungi masyarakat hingga kalangan artis.

"Selain Jakarta, masker kain Jumputan ini juga dipesan sampai ke Surabaya, Kalimantan, Maluku Utara dan Papua," kata Angel saat ditemui di kediamannya, Rabu (2/9/2020).

Untuk satu helai masker kain jumputan hasil produksinya ia jual seharga Rp 23.500.

Dalam memasarkan hasil produksinya itu ia memanfaatkan sarana media sosial.

Meski tak menyebutkan berapa omset yang diperolehnya dari usahanya itu, namun, bisnis yang ia geluti tersebut berhasil eksis hingga sekarang dan tidak perlu melakukan pengurangan karyawan.

Upaya pemberdayaan yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Tasikmalaya terhadap warga binaannya membuahkan hasil.

Kerajinan rotan sintetis berupa kursi dan meja yang dibuat warga binaannya itu ternyata banyak digandrungi masyarakat saat kondisi pandemi.

Kepala Subsi Kegiatan Kerja Lapas II B Tasikmalaya, Arief Setiyo Budiarto mengatakan, peminat hasil kerajinan rotan sintetis tersebut tidak hanya berasal dari perorangan, tapi juga perkantoran dan hotel.

Tingginya permintaan tersebut karena harga jual yang ditawarkan berada di bawah harga pasaran.

Untuk satu set kursi sintetis tersebut, kata Arief, dijual dengan harga bervariasi.

"Harganya bervariasi mulai Rp 3 juta sampai Rp 4 juta per set kursi dan dalam sebulan ini mereka sudah menyelesaikan dua pesanan. Selain pemesanan dari hotel, ada juga dari perkantoran dan perorangan yang ingin membeli produk manufaktur warga binaan ini," ungkap Arief.

Dengan upaya yang dilakukan itu, diharapkan saat mereka keluar dari Lapas memiliki penghasilan sendiri dan mampu membuka usaha di tempat tinggalnya nanti.

"Kami berharap dengan penyaluran bakat dan keterampilan mereka di dalam Lapas, akan memberikan penghasilan saat mereka menyelesaikan masa tahanan nantinya," pungkasnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Irwan Nugraha, Aji YK Putra, Muhlis Al Alawi | Editor : Aprillia Ika, Abba Gabrillin, David Oliver Purba)

https://regional.kompas.com/read/2021/03/02/164855778/setahun-pandemi-covid-19-di-indonesia-ini-cerita-mereka-yang-bangkit-dari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke