Salin Artikel

Suami Sakit, Santi Gadaikan Ponsel Milik Anaknya Rp 350.000 untuk Makan: Saya Sedih dan Malu...

Kedatangan Santi untuk meminta bantuan sekolah anaknya karena ponsel yang biasanya digunakan untuk daring sudah digadaikan. Ia terpaksa menggadaikan satu-satunya barang berharga agar bisa makan.

"Saya awalnya ke Pak Baktiono. Kan itu dekat rumah saya di Jalan Rangkah. Saya bilang ke Pak Baktiono, saya mau minta bantuan buat anak sekolah daring. Soalnya HP saya enggak ada, tak gadaikan," kata Santi.

Setelah menemui Baktino, Santi diminta untuk menemui staf ahli Fraksi DPI-P di kantor DPRD Kota Surabaya.

"Di sana saya dikasih makan dibantu juga nebus HP saya," ujar Santi.

Santi juga dijanjikan bantuan sejumlah buku untuk menunjang pendidikan anak Santi.

"Nanti masalah-masalah seperti buku, kalau kita enggak bisa beli juga bisa dibantu katanya. Jadi, anak saya ini masih belum tahu dapat bantuan mitra warga atau apa," kata dia.

Santi lalu mendapatkan uang Rp 400.000 untuk menebus ponselnya yang digadaikan di koperasi simpan pinjam.

Ibu berusia 33 tahun itu memiliki dua anak NAA (5) dan kakaknya, CAA (8). NAA masih TK dan CAA sudah duduk di bangku SD.

Suami Santi adalah Ahmad Toha Muarif (35) seorang kuli bangunan dengan penghasilan tak menentu. Namun beberapa bulan terakhir, Toha tak bisa bekerja karena kecelakaan.

Kecelakaan berawal saat Toha melihat burung love bird di sekitar rumahnya. Ia pun memanjat ke atas rumah untuk menangkap burung tersebut.

Nahas. Toha justru tersengat listrik dan terjatuh dari atap rumah dan tersetrum. Kaki dan tangannya terbakar. Sementara kepalanya bocor.

"Selama tiga bulan ini (suami) enggak bekerja sama sekali," kata Santi, kepada Kompas.com saat dihubungi melalui telepon, Kamis (18/2/2021).

Karena tak ada biaya untuk kebutuhan sehari-hari, ia pun menggadaikan ponsel yang biasa digunakan anaknya sekolah daring.

Hal tersebut terpaksa ia lakukan karena bingung tak ada lagi yang bisa dimakan.

Sebulan setelah menjual ponsel, ibu guru anaknya menanyakan alasan CAA tak pernah mengerjakan tugas sekolah.

Santi mengaku malu dan kasihan padan amaknya karena ponsel yang digunakan belajar sudah digadaikan.

"Saya sedih dan malu karena HP-nya saya gadaikan dan belum mampu saya tebus," ujar Santi.

"Itu pun enggak cukup, habis buat makan saja. Saya beli beras saja cuma Rp 5.000 dan itu dimakan untuk sehari," kata Santi.

Dia berharap bisa mendapat bantuan sosial yang diberikan rutin setiap bulan seperti program keluarga harapan (PKH).

Ia mengaku pernah mengajukan agar dapat bantuan PKH. Namun saat itu kuotanya sudah habis.

"Katanya nunggu orang meninggal dulu baru kita masuk. Lha, masak kita minta bantuan PKH saja masih harus nunggu orang meninggal? Sedangkan saya kalau lihat orang-orang yang dapat PKH itu hati saya nelangsa," kata Santi.

Santi merasa sedih saat mengetahui yang mendapat bantuan justru lebih mampu darinya. Bahkan mereka yang dapat bantuan bisa bangun rumah sendiri.

"Tapi, kenapa kok mereka dapat bantuan semua, padahal lebih susah saya. Saya sampai heran. Kalau saya bekerja enggak bakalan saya minta-minta kayak begini, saya atasi sendiri," ujar Santi.

"Sekarang saya enggak kerja, saya harus minta ke mana, ke tetangga enggak mungkin. Kita bilang ke RT-RW, misalnya, 'Pak, saya minta bantuan buat sekolah,' Tapi enggak mungkin pak RT bisa nebuskan HP. Makanya saya langsung ke Pak Baktiono soalnya saya dengar Pak Baktiono ini membantu orang kayak saya gini," kata dia.

Ia berjanji ketika mendapat pekerjaan kelak dan kebutuhannya tercukupi, ia tidak lagi mengharapkan bantuan sosial dari pemerintah.

"Saya juga minta bantuan supaya saya dapat pekerjaan, biar saya ini enggak minta-minta seperti di DPRD kemarin," kata dia.

"Saya malu dan daripada saya minta-minta gini mending dicarikan kerja. Kalau saya sudah dapat kerja, langsung saya minta dicabut (bantuan sosial) dan dikasihkan ke orang lain," imbuh dia.

"Berhubung saya mepet, enggak ada lagi yang saya gadaikan, makanya saya sampai minta-minta kayak gini," ujar dia.

Menurut Santi, beberapa pejabat kelurahan sudah datang ke rumahnya dan mereka kaget setelah melihat kondisi rumahnya.

Di rumah Santi tidak ada kamar mandi dan selama ini ia menumpang kamar mandi rumah mertuanya.

"Jadi kelurahan sudah tahu faktanya. Soalnya saya kalau ngomong seadanya, enggak saya tambahain dan kurangin. saya cuma ingin anak saya bisa daring sama bantuan PKH," kata dia.

"Intervensinya apa? Banyak. Itu kan ditemukan warga tidak mampu. Termasuk yang di bidang sosial harus turun. Orangtua tidak bekerja, harus dibantu, ada PKH, ada MBR," ujar Baktiono.

Selain itu, rehabilitasi sosial perlu dilakukan. Apabila kondisi rumahnya kurang layak untuk ditempati, untuk sementara dialihkan ke rumah susun.

Selain itu, ia juga akan mencarikan pekerjaan kepada warganya itu.

"Carikan pekerjaan. Orangtua perempuannya karena punya anak dua, diberikan keterampilan. Misalnya membuat makanan, menjahit dan lain-lain. Nanti makanannya dibeli oleh pemerintah kota," ujar dia.

Informasi seperti ini, kata dia, harus segera ditindaklanjuti dan diberi intervensi agar warga tersebut bisa memperbaiki kondisi ekonominya.

"Langkah konkret dari kami seperti itu. Kami sudah bersurat, tinggal menunggu tindaklanjut dari pemerintah kota," ujar Baktiono.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ghinan Salman | Editor: Robertus Belarminus)

https://regional.kompas.com/read/2021/02/19/10110081/suami-sakit-santi-gadaikan-ponsel-milik-anaknya-rp-350000-untuk-makan-saya

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke