Salin Artikel

Tak Ada Lagi Liukan Pemain Barongsai di Nunukan

KOMPAS.com - “Jadi setiap Imlek, kita hanya bisa mengarak keliling barongsai pakai mobil, nyaris punah barongsai di Nunukan,’’ ujar Humas Klenteng San Sen Kong Nunukan Suswanto, Senin (8/2/2021).

Dia tak lagi ingat kapan terakhir kali melihat atraksi barongsai di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia itu, setiap perayaan Imlek tidak ada lagi hentakan bunyi tambur berpadu nyaringnya gong dan simbal yang mengiringi liukan para pemain barongsai.

Ini sudah berlangsung bertahun-tahun.

Menurut Suswanto, ada beberapa hal yang menyebabkan seni barongsai di Nunukan hampir punah. Salah satunya adalah meninggalnya pelatih barongsai.

Regenerasi mandek

Faktor minimnya sumber daya manusia juga menjadi pengaruh.

Dari catatan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kabupaten Nunukan, saat ini hanya ada 90 KK etnis Tionghoa di Kabupaten Nunukan.

Selain itu, adanya pandangan masyarakat setempat bahwa hanya etnis Tionghoa yang boleh memainkan barongsai, turut menjadi mandeknya regenerasi pemain barongsai di Nunukan.

Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kabupaten Nunukan Adi Wijaya membenarkan tarian singa tersebut sulit bertahan di Nunukan.

Adi menuturkan barongsai adalah sebuah kesenian dan tradisi unik yang perlu dilestarikan.


Kata Adi, masyarakat Tionghoa tak cuma mengganggap barongsai sebagai budaya, melainkan juga menaruh kepercayaan tinggi karena barongsai melambangkan keberanian, kegagahan, dan semangat.

Barongsai juga dipercaya dapat menjadi media tolak bala dan penyucian diri.

Di era modern ini, barongsai bahkan sudah berkembang menjadi cabang olahraga.

Barongsai sebagai cabang olahraga menginduk kepada Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI).

"Karena itulah kami harapkan dari KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Nunukan supaya segera memasukkan Barongsai ke Federasi Olah Raga Barongsai Indonesia (FOBI),” ucap Adi.

Salah satu cara pelestarian

Dengan dimasukkannya barongsai Nunukan ke FOBI, Andi mengharapkan cara itu bisa menjadi salah satu solusi untuk merawat kelestariannya.

“Semoga KONI melihat ini sebagai hal serius, sayang sekali kalau hilang, apalagi Nunukan sebagai beranda NKRI, menjadi pusat perhatian, di mana Bhinneka Tunggal Ika adalah sebuah hal sakral di perbatasan,” ungkap dia.

Mengenai usulan PSMTI Nunukan itu, Ketua KONI Nunukan Muhammad Toyyib menjelaskan sejauh ini pihaknya belum menerima permintaan dari PSMTI.

‘’Selama ini belum ada pengajuan resmi ke kami,’’ sebutnya.

Toyyib memberikan masukan agar PSMTI Nunukan segera membentuk kepengurusan barongsai dengan melakukan koordinasi bersama KONI Provinsi Kalimantan Utara.

‘’Setelah ada pengajuan masuk ke kami, KONI Nunukan akan memberikan rekomendasi itu ke KONI provinsi, pada dasarnya kita mendukung langkah PSMTI untuk FOBI,’’ tandasnya.

Sumber: Kompas.com (Kontributor Nunukan, Ahmad Dzulviqor | Editor: Khairina)

https://regional.kompas.com/read/2021/02/13/11000061/tak-ada-lagi-liukan-pemain-barongsai-di-nunukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke