Salin Artikel

Asal-usul Pekalongan, dari Kisah Joko Bau hingga Perjalanan Bujangga Manik

Banjir terjadi di kawasan Kelurahan Jenggota Kota Pekalongan pada Sabtu (6/2/2021).

Warga heran karena air banjir warna merah bari pertama kalo terjadi. Diduga kuat banjir warna merah berasal dari tumpahan bahan pewarna batik.

Dugaan tersebut mucul karena banyak perajin batik di wilayah tersebut. Namun saat musim hujan seluruh kegiatan membatik diliburkan.

Kisah Joko Bau

Kota Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik yang menjadi khasanah khas Indonesia. Kota Pekalongan berbatasan dengan Laut Jawa dan Kabupatan Batang serta Kabupaten Pekalongan.

Namun tak banyak yang tahu mengapa kota tersebut diberi nama Pekalongan.

Dilansir dari Buku Asal Usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe karya Zaenuddin HM, nama Pekalongan berasal dari kisah Joko Bau putra Kyai Cempaluk yang dikenal sebagai pahlawan di kawasan Pekalongan.

Joko Bau mengabdi kepada Sultan Agung, Raha Mataram. Ia kemudian diperintahkan untuk memboyong Putri Ratansari dari Kalisalak Batang ke Istana.

Namun ternyata Joko Bau jatuh cinta sang putri.

Saat sang raja mengetahui hal itu, Joko Bau dihukum dan diminta untuk pergi untuk mengamankan daerah pesisir yang diserang oleh bajak laut.

Lalu Joko Bau bersemedi di hutan Gambiran dan melakukan topo ngalong (bergelantungan seperi kelelawar atau kalong).

Konon tempat Joko Bau bersemedi tersebut dikenal sebagai Kota Pekalongan.

Pek artinya teratas, sedangkan along atau halong berarti banyak yang kemudian membentuk kata pekalong atau yang kini dikenal dengan nama Pekalongan.

Kata pekalong disematkan pada sebuah daeah yang menjadi tempat para nelayan mencari ikan dan mendapatkan hasil yang banyak.

Sejalan dengan itu, ada yang mengatakan jika along berasal dari kata kalong (jenis kelelawar yang keluar malam hari) untuk menyebut para nelayan yang mencari ikan pada malam hari.

Perjalanan Bujangga Manik

Versi lain nama Pekalongan disebutkan berasal dari kerajaan Pou-Kia-Loung yang diceritakan pada naskah kuno Sunda pada abad ke-16.

Naskah tersebut adalah salah satu koleksi perpustakaan Bodlain di inggris.

Dalam naskah tersebut diceritakan perjalanan orang terpelajar pertama dari Sunda yang beranam Bujangga Manik. Saat perjalanan, ia singgah di beberapa tempat di Pulau Jawa di antaranya Brebes, Pemalang, Batang, dan daerah yang kini dikenal sebagai Pekalongan.

Konon Bujangga Manik menyebutkan nama daerah tersebut dengan Pekalongan yang kemudian nama tersebut digunakan hingga saat ini.

Pada abad ke-17, secara administratif Pekalongan menjadi bagian wilayah Kerajaan Mataram Islam yang dipimpin Sultan Agung.

Pada saat penyerangan ke Batavia pada tahun 1628 oleh Kerajaan Mataram, Pekalongan menjadi kantong lumbung perbekalan.

Alasannya karena Pekalongan berada pada jalur pantura dan  di djalur perdagangan laut yang strategis. Kala itu Pangeran Manduraredja dan Bahureksa ditunjuk sebagai panglima perang.

Pada abad ke-18, wilayah Pekalongan sudah dipengaruhi VOC. Bahkan sejak tahun 1800-an sampai 1942, wilayah Pekalongan menjadi wilayah administratif Pemrintah Hindia Belanda dan disebut wilayah gubernemen.

Setelah Proklamasi, rakyat Pekalongan berhasil merebut markas Tentara Jepang pada 3 Oktober 1945. Pada 7 Oktober 1945, Pekalongan telah bebas dari Tentara Jepang.

Saat ini Pekalongan menjadi salah satu kota besar di Jawa Tengah dan memiliki wisata andalan seperti Museum batik Nasional yang memmiliki lebih dari 1.000 motif kain batik.

Selain itu, Pekalongan juga memiliki tempat wisata seperti Air Terjun Curug Cinde yang terletak di dalam hutan.

Atau Pantai Pasir Kencana yang memiliki ombak yang tenang serta hasil laut yang melimpah.

https://regional.kompas.com/read/2021/02/07/08080091/asal-usul-pekalongan-dari-kisah-joko-bau-hingga-perjalanan-bujangga-manik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke