Salin Artikel

Awalnya Diduga dari Zaman Belanda, Terowongan Tua Ini Terindikasi dari Masa Kerajaan Bali Kuno

Awalnya, terowongan tua ini diduga peninggalan zaman Belanda.

Namun setelah diteliti lebih lanjut, ada indikasi terowongan tua ini dibuat pada abad ke-11 atau 900 tahun lalu pada masa Kerajaan Bali Kuno.

Dugaan itu muncul setelah Kepala Balai Arkeologi Denpasar I Gusti Made Suarbhawa dan sejumlah tim memeriksa terowongan itu pada Selasa (8/12/2020).

Suarbhawa menjelaskan, indikasi tersebut terlihat dari dimensi dan penemuan prasasti dan terowongan serupa di sekitar lokasi.

"Memperhatikan dimensi, tinggi terowongan, dan lebar ada kesamaan atau kemiripan dengan terowongan di dekat sana," kata Suarbhawa ditemui di kantornya, Jalan Sesetan, Denpasar, Kamis (10/12/2020).

Tinggi terowongan yang ditemukan yakni 170 centimeter dengan lebar 70 centimeter. Sementara panjang terowongan diperkirakan 480 meter.

Panjang dan lebar terowongan ini sama dengan terowongan yang sebelumnya ditemukan di sekitar Pura Lebah, Desa Suwug, Kecamatan Sawan, dan di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan.

Terdapat prasasti yang menunjukkan tahun pembuatan di terowongan yang ditemukan di Desa Sangsit tersebut, yakni tahun Saka 933 atau 1.011 masehi.

"Ini dari dari zaman Raja Anak Wungsu yang merupakan anak dari Raja Udayana," kata dia.


Sementara dari prasasti Bebetin yang sebelumnya ditemukan, disebutkan keahlian masyarakat zaman itu salah satunya undahagi arungan atau aktivitas membuat terowongan untuk keperluan pengairan.

"Ketika abad itu sudah ada aktivitas membuat terowongan dalam hal ini untuk keperluan pengairan," katanya.

Dari catatan sejarah dan sejumlah prasasti, Kerajaan Bali Kuno memerintah Bali dari abad ke-10 hingga 15 masehi.

Terkait temuan terowongan tua untuk irigasi ini bisa diambil pelajaran bagi generasi sekarang dan mendatang.

Bahwa leluhur saat itu sudah memikirkan kesejahteraan mengelola alam sekitar untuk meningkatkan kebutuhan hidup.

Meskipun proyek pembuat terowongan itu gagal atau berhasil, nilai pentingnya yakni semangat gotong royong dan kerja keras.

"Terpennting adalah semangat gotong royong dan kemauan kerja keras yang perlu kita warisi," katanya.

Setelah ini, pihaknya segera meneliti lebih intensif di sekitar kawasan proyek Bendungan Tamblang untuk menemukan sisa budaya yang ditinggalkan.


Sementara terkait rencana menutup terowongan yang ada di bagian fondasi bendungan, ia mengaku menyerahkan sepenuhnya kepada penggarap bendungan.

Namun sisa terowongan yang ada di luas as bendungan diharapkan dipertahankan.

Sebelumnya, terowongan tua ditemukan di area proyek pembangunan Bendungan Tamblang, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali, Sabtu (28/11/2020).

Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Dody Sukma Otavia Askara mengatakan, pihaknya menduga terowongan itu dari peninggalan zaman penjajahan Belanda.

Hal tersebut berdasarkan penuturan para tetua di Desa Sawan, tempat lokasi ditemukan terowongan.

"Bahwa gua tersebut telah ada sejak zaman Belanda," kata Dody saat dihubungi, Jumat (4/12/2020).

https://regional.kompas.com/read/2020/12/10/14024931/awalnya-diduga-dari-zaman-belanda-terowongan-tua-ini-terindikasi-dari-masa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke