Salin Artikel

Jelang Vaksinasi, Bio Farma dan Telkom Bangun Infrastruktur Digital Vaksin Covid-19

Sistem infrastruktur digital ini, dibuat untuk menjawab tantangan yang akan dihadapi saat program vaksinasi Covid-19 resmi diluncurkan Kementerian Kesehatan RI.

“Ini hasil kerja sama dengan Telkom yang berperan sebagai agregator dengan mengintegrasikan data dari berbagai sumber Kementerian, Lembaga Pemerintah, seperti Dukcapil, Kemenkes, Kominfo, BPJS dan TNI Polri,” ujar Direktur Digital Health Care Bio Fama, Soleh Udin Al Ayubi dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (3/12/2020).

Tujuannya, untuk perencanaan distribusi vaksin, layanan vaksinasi, validitas calon penerima vaksin, hingga sistem monitoringnya, sehingga dalam pengembangannya ini, memerlukan dukungan dari berbagai pihak.

Pria yang akrab disapa Ayub ini menjelaskan, sistem ini nantinya akan terintegrasi dengan anggota holding BUMN Farmasi lainnya, seperti Kimia Farma dan Indofarma, maupun rumah sakit, klinik, dan unit pelayanan kesehatan lainnya.

Untuk Bio Farma, infrastruktur digital yang sedang disiapkan, meliputi pembuatan aplikasi yang dapat mengetahui keaslian produk vaksin Covid-19, implementasi sistem distribusi vaksin (cold chain system) secara real time.

Kemudian, sistem yang dapat menghitung secara tepat, jumlah vaksin yang dibutuhkan dari suatu tempat layanan vaksinasi, sehingga produk vaksin Covid-19 lebih merata.

“Infrastruktur yang tarakhir adalah aplikasi yang dapat menintegrasikan hasil vaksinasi dengan kebutuhan lainnya,” ucap dia.

Ayub mengungkapkan, ada empat tahap dalam membangun infrastruktur digital ini, antara lain pemasangan teknologi track and trace berupa 2D barcode pada kemasan vaksin Covid-19 yang dilakukan pada proses pengemasan produk.

“Teknologi track and trace, dalam bentuk barcode yang dapat dipindai, yang dipasang pada kemasan primer (vial), sekunder (dus kemasan) maupun tersier hingga truk pengantar. Pemasangan track and trace pada produk vaksin Covid-19, berfungsi untuk mencegah pemalsuan produk, dan ketika dilakukan scaning, akan terlihat tanggal kadaluwarsa, nomor batch, dan nomor serial produk tersebut, ” tutur Ayub .


Proses digital ini berlanjut ke proses distribusi, yang harus menjaga suhu vaksin antara 2-8 derajat celcius dari Bio Farma hingga ke Dinas Kesehatan Provinsi atau distribitor.

“Dalam proses distribusi vaksin Covid-19, harus memenuhi aspek Good Distribution Practices (GDP), dengan memperhatikan sistem rantai dingin atau cold chain system, untuk menjamin kualitas vaksin tetap terjaga dan tetap,” ucap Ayub.

Dengan solusi digital ini, secara real time bisa dilihat posisi saat pengantaran sistem melaui teknologi Global Positioning System (GPS), dan freeze tag untuk pemantauan suhu selama perjalanan dari mulai Bio Farma hingga ke klinik yang terhubung ke command center yang berada di Bio Farma secara real time.

Dari sisi konsumen, mereka bisa melakukan pre-order untuk mendapatkan layanan vaksinasi Covid-19 melalui aplikasi, website ataupun datang langsung ke klinik–klinik yang sudah ditentukan untuk pelaksanaan program vaksinasi Covid-19 secara mandiri.

Pre-order ini juga dapat berfungsi untuk menghindari penimbunan vaksin Covid-19, sehingga Bio Farma akan mengetahui jumlah permintaan yang sebenarnya untuk vaksin Covid-19 dari suatu wilayah.

“Potensi untuk pihak – pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menimbun, dapat dihindari,” tegas dia.

Tahap terakhir, pelaporan yang terintegrasi dengan sistem lain. Misalkan seseorang sudah divaksin Covid-19, maka dia akan mendapatkan suatu pelaporan atau sertifikat digital, yang mungkin bisa digunakan pada saat dia berpergian dengan menggunakan kereta atau pesawat.

https://regional.kompas.com/read/2020/12/03/08173541/jelang-vaksinasi-bio-farma-dan-telkom-bangun-infrastruktur-digital-vaksin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke