Salin Artikel

Potret Perempuan Pekerja di Lahan Sawit, Diperkosa Bos hingga Keguguran karena Kerja Berat dan Takut Dipecat

Di perkebunan, gadis tersebut bekerja sejak berumur 6 tahun. Ia bertugas mengangkut gerobak yang berisi kelapa sawit yang ia potong dari pohon.

Saat bekerja, tiba-tiba tangan majikannya membungkam mulutnya sehingga ia tak bisa berteriak. Majikannya yang sudah cukup umur itu kemudian meraih lengannya dan melemparkannya ke tanah di tengah hutan.

Gadis itu mendeskripsikan jika majikannya memperkosanya di tengah pepohonan tinggi di perkebunan sawit di salah satu wilayah di Indonesia.

Ia menyebut sang bos meletakkan kapak di tenggorokannya dan mengancam,"Jangan katakan kepada orang lain."

"Dia mengancam akan membunuhku," katanya lembut dilansir dari VOA Indonesia.

"Dia mengancam akan membunuh seluruh keluargaku." Kemudian sang bos berdiri dan meludahinya.

Sang bos telah memperkosanya empat kali lagi hingga dia hamil dan melahirkan seorang bayi.

Keluarga mengajukan laporan ke polisi, tetapi pengaduan itu dibatalkan, dengan alasan kurangnya bukti.

"Aku ingin dia dihukum," kata gadis itu setelah diam lama.

"Saya ingin dia ditangkap dan dihukum karena dia tidak peduli dengan bayinya ... dia tidak bertanggung jawab."

Sementara itu di perkebunan sawit lainnya, seorang perempuan bernama Ola mengeluhkan demam, batuk dan mimisan bertahun-tahun.

Ia mengalami gangguan kesehatan setelah bertahun-tahun menyemprot pestisida berbahaya tanpa alat pelindung.

Ola bekerja dengan gaji Rp 28.000 per hari tanpa mendapatkan fasilitas kesehatan sehingga dia tak mampu pergi ke dokter.

Cerita lain dialami Ita, seorang buruh di perkebunan sawit. Ia dua kali keguguran di dua kehamilan trimester ketiga.

Sementara seorang perempuan lain sebut saja bernama Indra bekerja di salah satu perkebunan sawit di Malaysia.

Dia bercerita bosnya mulai melakukan pelecehan dengan mengatakan hal-hal seperti “Ayo tidur denganku. Aku akan memberimu seorang bayi."

Sang bos juga mengintai saat Indra di kebun, bahkan ketika dia pergi ke kamar mandi.

Di usai 27 tahun, Indra bercita-cita untuk pergi, tetapi ia mengaku sulit untuk membangun kehidupan baru tanpa pendidikan dan keterampilan lain.

Kaum perempuan dalam keluarganya telah bekerja di perkebunan Malaysia yang sama sejak nenek buyutnya meninggalkan India saat masih bayi di awal tahun 1900-an.

Seperti banyak pekerja di kedua negara tersebut, mereka tidak mampu meninggalkan perumahan bersubsidi dari perusahaan, yang seringkali hanya terdiri dari deretan gubuk bobrok tanpa air mengalir.

“Saya rasa ini normal,” kata Indra. “Dari lahir sampai sekarang, saya masih di perkebunan.”

Investigasi tersebut adalah bagian dari pandangan yang lebih mendalam tentang industri yang sering bersinggungan dengan beberapa pelanggaran, termasuk perdagangan manusia, pekerja anak dan perbudakan langsung.

Dan kejadian tersebut terjadi baik di Indonesia dan Malaysia.

Dalam industri ini, perempuan dibebani dengan beberapa pekerjaan yang paling sulit dan berbahaya di industri tersebut.

Mereka menghabiskan berjam-jam di air yang tercemar oleh bahan kimia dan membawa beban yang sangat berat sehingga seiringkali berimplikasi pada rahim mereka.

Selain itu banyak perempuan yang dipekerjakan oleh subkontraktor dengan jam kerja setiap hari tanpa tunjangan, melakukan pekerjaan yang sama untuk perusahaan serupa selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun.

Mereka sering bekerja tanpa bayaran demi membantu suami memenuhi kuota harian yang tidak mungkin dilakukan.

“Hampir setiap perkebunan memiliki masalah terkait perburuhan,” kata Hotler Parsaoran dari kelompok nirlaba Indonesia Sawit Watch.

Kelompok ini telah melakukan investigasi ekstensif atas pelanggaran di sektor minyak sawit.

"Tapi kondisi pekerja perempuan jauh lebih buruk daripada laki-laki.”

Parsaoran mengatakan hal tersebut adalah tanggung jawab pemerintah, petani, pembeli multinasional besar, dan bank yang membantu mendanai ekspansi perkebunan.

Mereka diharapkan dapat mengatasi masalah yang terkait dengan minyak sawit.

Minyak sawit sendiri terdapat di hampir produk perawatan pribadi, mulai dari maskara dan sabun hingga krim anti penuaan dini.

AP mewawancarai lebih dari tiga lusin perempuan dan anak perempuan dari setidaknya 12 perusahaan di seluruh Indonesia dan Malaysia.

Pemerintah Malaysia mengatakan belum menerima laporan tentang pemerkosaan di perkebunan, tetapi Indonesia mengakui pelecehan fisik dan seksual tampaknya menjadi masalah yang berkembang.

Apalagi sebagian besar korban takut untuk angkat bicara.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat ada sekitar 7,6 juta perempuan yang bekerja di kebun kelapa sawit atau sekitar setengah dari total seluruh tenaga kerja.

Sementara di Malaysia yang jauh lebih kecil, angkanya lebih sulit untuk dipastikan karena banyaknya imigran asing yang bekerja.

Di kedua negara tersebut, AP menemukan beberapa generasi perempuan -dari keluarga yang sama- yang telah menjadi bagian dari tulang punggung industri sawit.

Beberapa dari mereka bahkan mulai bekerja sejak anak-anak bersama orang tua mereka, mengumpulkan biji-bijian yang lepas dan membersihkan semak dari pohon dengan parang.

Ironisnya, mereka tidak pernah belajar membaca atau menulis.

Beberapa dekade berlalu, minyak sawit menjadi bahan penting untuk industri makanan, yang melihatnya sebagai pengganti lemak yang tidak sehat.

Selain itu perusahaan kosmetik, yang beralih dari bahan-bahan hewani atau minyak bumi, terpikat oleh sifat ajaibnya: menyebabkan gel cukur dan pasta gigi berbusa, melembabkan sabun dan berbusa dalam sampo.

Pekerja baru terus-menerus dibutuhkan untuk memenuhi permintaan tanpa henti, yang meningkat empat kali lipat dalam 20 tahun terakhir.

Perempuan di Indonesia seringkali menjadi pekerja “lepas”, yang dipekerjakan dari hari ke hari, dengan pekerjaan dan gaji yang tidak pernah terjamin.

Laki-laki menerima hampir seluruh posisi yang sifatnya permanen, memanen tandan buah yang berat dan berduri dan bekerja di pabrik pengolahan.

Di hampir setiap perkebunan, laki-laki juga menjadi pengawas. Hal tersebut membuka pintu untuk pelecehan seksual.

Perwakilan serikat pekerja, pekerja kesehatan, pejabat pemerintah dan pengacara mengatakan ada kasus pemerkosaan berkelompok. Anak-anak berusia 12 tahun dibawa ke ladang dan diserang secara seksual oleh mandor perkebunan.

Salah satu contohnya adalah seorang remaja Indonesia yang diperdagangkan ke Malaysia sebagai budak seks. Dia harus melewati antara pekerja minyak sawit yang mabuk yang tinggal di bawah terpal plastik di hutan. Dan akhirnya ia melarikan diri.

Sementara Indonesia memiliki undang-undang untuk melindungi perempuan dari pelecehan dan diskriminasi.

Rafail Walangitan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, mengatakan dia menyadari banyak masalah yang diidentifikasi oleh AP di perkebunan kelapa sawit, termasuk isu pekerja anak dan pelecehan seksual.

“Kami harus bekerja keras untuk ini,” katanya, sambil menambahkan bahwa jalan pemerintah masih panjang.

https://regional.kompas.com/read/2020/11/24/14240031/potret-perempuan-pekerja-di-lahan-sawit-diperkosa-bos-hingga-keguguran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke