Salin Artikel

Cerita Rini Guru Honorer Olahraga yang Nyambi Kerja Pungut Sawit, Pernah Jadi Atlet Lari

Pekerjaan memungut sawit ia lakoni untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.

Sebagai tulang punggung keluarga, gaji sebesar Rp 700.000 setiap bulan tidak mencukupi kebutuhan dirinya dan sang ibu yang berusia lanjut.

Apalagi pada Agustus 2020 lalu, rumahnya terbakar sehingga ia dan sang ibu harus menumpang di rumah seorang kerabat.

"Saya memilih guru sebagai jalan hidup dan menolak dorongan orangtua untuk jadi tentara," kata Rini melalui sambungan telepon, Senin (23/11/2020).

Menjadi atlet lari jarak pendek

Rini lahir di keluarga yang sederhana. Ia menyelesaikan kuliahnya di Universitas Sriwijaya Palembang (UNSRI). Agar bisa kuliah, ia juga menjadi atlet lari jarak pendek.

"Semua ikhlas saya lakukan demi mencapai cita-cita menjadi seorang guru," katanya.

Rini mengatakan guru memiliki tugas yang mulia karena mencerdaskan anak bangsa.

Kerana itu ia mengaku senang membantu anak-anak untuk belajar dan menguasai ilmu pengetahuan.

“Jadi guru itu kuncinya harus ikhlas, kalau tidak ikhlas nanti tidak bermanfaat ilmu yang kita berikan kepada siswa,” lanjutnya.

Ia juga sendiri menyadari jika negara hanya membayarnya Rp 700.000 per bulan karena saat ini ekonomi negara sedang terpuruk karena pandemi.

“Jadi guru itu kuncinya harus ikhlas, kalau tidak ikhlas nanti tidak bermanfaat ilmu yang kita berikan kepada siswa,” lanjutnya.

Ia mengerjakan pekerjaan sampingannya sebagai pengumpul berondolan sawit di luar waktu ia mengajar.

“Dalam sehari, saya bisa mengumpulkan sekitar 50 kilogram berondol sawit,” katanya.

Kesulitan Rini semakin bertambah saat rumah yang ia tempati bersama ibunya habis terbakar. Ia pun kini menumpang di rumah salah satu kerabatnya.

Walapun mengalami kesulitan hidup, Rini tak membatasi dirinya untuk meningkatkan ketrampilan saat pandemi.

"Saya ikut pelatihan Tanoto Foundation. Sehingga bisa lebih kreatif dan mampu memodifikasi media pembelajaran di tengah pandemi," kata Rini lagi.

Selama pandemi, Rini juga melakukan pembelajaran jarak jauh menggunakan aplikasi Zoom bersama siswa-siswinya.

Hal itu ia lakukan agar pembelajaran di masa pandemi tidak berhenti.

“Harus terus berjalan, jangan sampai siswa tidak belajar,” ujarnya.

Rini berharap, ke dapan nasib guru honorer lebih dihargai dan diperhatikan agar mereka tetap bekerja profesional mendidik anak bangsa.

“Mudah-mudahan, ke depan ada perubahan nasib guru honorer,” harapnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Suwandi | Editor: Farid Assifa)

https://regional.kompas.com/read/2020/11/24/10200011/cerita-rini-guru-honorer-olahraga-yang-nyambi-kerja-pungut-sawit-pernah-jadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke