Salin Artikel

Jejak Satwa Diduga Macan Tutul Ditemukan di Jalur Evakuasi Gunung Merapi

Jejak kaki satwa tersebut membekas di permukaan cor beton jalur evakuasi yang diperbaiki.

Dari pengamatan Kompas.com di lokasi, terdapat beberapa jejak kaki satwa liar yang membekas di cor beton jalur evakuasi Suruh-Singlar.

Jejak tersebut tampak melintas dari Timur ke Barat. Dari bekas jejaknya yang membekas, terlihat satwa itu ada yang dewasa dan masih kecil.

Di kanan dan kiri jalur evakuasi yang sedang diperbaiki tersebut tampak cukup rimbun dengan pepohonan dan rumput gajah.

Eko menceritakan awalnya pagi hari ada beberapa masyarakat yang berjalan naik. Merasa curiga, Eko kemudian menyusul warga tersebut ke atas.

"Kebetulan rumah saya di bawah, ada masyarakat yang mengarah ke sini. Saya timbul kecurigaan dan saya kejar ternyata mereka melihat jejak satwa ini, yang sementara diduga (jejak) macan tutul," ungkapnya.

Diperkirakan satwa yang melintas lebih dari satu ekor. Hal ini dilihat dari ukuran bekas jejak kaki yang berbeda.

"Ini kalau saya perkirakan ada sekitar dua atau tiga (ekor). Jejak yang dewasa satu paling dominan besar, ada juga yang kecil, tapi di sela-sela itu ada jejak yang (usia) di antara remaja," tuturnya.


Ditegaskannya, satwa ini tidak turun karena meningkatnya aktivitas Gunung Merapi saat ini. Tetapi habitatnya memang di sekitar lokasi tersebut.

"Yang saya tekankan, ini memang perlintasan satwa itu, jadi bukan karena aktivitas (Gunung Merapi) naik, terus hewan yang di Merapi turun, itu tidak benar. Memang habitatnya dari dulu di sekitaran sini," tandasnya.

Warga juga sudah mengetahui habitat satwa tersebut. Sebab ada dua sampai tiga orang warga mengaku pernah melihat. Namun, selama ini warga tidak pernah merasa terganggu.

"Aktivitas warga juga tidak merasa terganggu, satwa juga tidak terganggu. Sampai saat ini tidak ada konflik, tidak ada laporan hewan ternak yang dimangsa, tidak ada," urainya.

Menurutnya pada 2018 pernah dilakukan penelusuran di sekitar lokasi tersebut untuk memastikan satwa tersebut.

Saat itu penelusuran juga dengan meminta keterangan warga sekitar yang pernah melihat.

"Pengecekan bersama teman-teman TNGM, Kita pasang kamera juga, menggali informasi dari warga yang beraktivitas di sini ada yang melihat katanya jenis tutul. Tapi keberadaan itu kita teliti sampai sekarang kita belum melihat secara visual fisiknya," urainya.

Sementara itu, Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Wiryawan mengungkapkan telah mendapat informasi mengenai penemuan jejak satwa di jalur evakuasi.

"Iya betul, ada info hal tersebut," ucapnya.

Dari informasi memang ada warga yang mengaku sempat melihat macan. Namun  sampai saat ini pihaknya masih belum bisa memastikan karena butuh kajian dan bukti dokumentasi.

"Kami masih belum bisa menyimpulkan. Karena belum ada dokumentasi, jadi kami belum bisa memastikan," ujarnya.


Sampai saat ini pihaknya masih melakukan kajian terhadap jejak tersebut. Hal ini guna mengetahui jenis satwa yang jejaknya membekas di jalur evakuasi tersebut.

"ini masih masih dalam kajian Kami. Kalau ujung jejak ada bekas kuku, biasanya bukan macan," tegasnya.

TNGM imbuhnya memasang 20 kamera trap di beberapa lokasi perlintasan satwa. Hasilnya ada beberapa satwa yang terdokumentasi.

"Ada banyak satwa yang terdokumentasi, tapi belum terlihat ada macan," ungkapnya.

Terkait temuan jejak tersebut, pihaknya akan mengumpulkan informsi dari warga sekitar.

Selain itu juga berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

"Kita deskripsikan sesuai ciri-ciri yang ada, kita juga mengumpulkan informasi dari warga sekitar dan berkoordinasi dengan BKSDA. Karena jejak itu berada diluar kawasan, kalau di dalam kawasan itu memang tugas kami, tapi kalau itu diluar kawasan kita juga berkoordinasi dengan BKSDA," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/11/23/17473611/jejak-satwa-diduga-macan-tutul-ditemukan-di-jalur-evakuasi-gunung-merapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke