Salin Artikel

4 Batu Meteorit yang Pernah Hebohkan Indonesia, Digunakan Sebagai Cincin Kawin hingga Disimpan di Bagian Sakral Keraton

Batu meteorit itu dikabarkan jatuh dari atas dan membuat atap seng rumah warga bernama Josua Hutagalung (33) bocor.

Batu itu kini dibeli dan telah diteliti di Amerika Serikat.

Rupanya, penemuan batu meteorit yang menghebohkan tak hanya sekali terjadi di Indonesia.

Kompas.com merangkum benda-benda diduga batu meteorit yang pernah ada di Indonesia:

Peristiwa ini terjadi di Purwokerto, Jawa Tengah pada satu tahun silam.

Sang mempelai pria bernama Satrio Hapsoro menikahi pujaan hatinya, Karin dengan sebuah cincin berbahan meteorit.

Pengerjaannya dibantu oleh perajin perhiasan di Desa Pasir Purwokerto.

Rio, sapaan akrab, Satrio memang menyukai bidang astronomi.

Maka ia pun berkomitmen menggunakan batu meteorit untuk cicin pernikahannya.

"Aku sudah lama koleksi meteorit, karena kesukaan di bidang astronomi. Aku punya beberapa jenis meteorit, seperti iron meteorite campo del cielo dan lunar meteorite (dari bulan). Ini ide sudah lama, suatu saat aku menikah, batu meteorit ini yang akan kupasang di cincin istriku," tutur Rio kala itu.

Rio bersama istrinya bahkan meluangkan waktu untuk melihat secara langsung proses pembuatan cincin pernikahan mereka.

Menurut Rio, cincin dengan material meteorit lebih langka dibanding berlian dan dinilai lebih spesial.

Karena masuk di kawasan Surakarta, meteorit dibawa ke Keraton Surakarta.

"Pada era Pakubuwono III, pecahan yang kecil dibawa ke keraton. Lalu pada era Pakubuwono IV, pecahan yang besar dibawa ke keraton," kata Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Kasunanan Surakarta, KRA Dani Narsugama, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (21/11/2020).

Batu tersebut menjadi salah satu benda sakral yang masih disimpan di Bandengan, bagian sakral Keraton Surakarta, hingga saat ini.

"Zaman Pakubuwono IX dibuatkan rumah-rumahan kecil atau cungkup," kata dia.

Mennurutnya, serpihan meteorit sudah sempat diteliti di Badan Tenaga Nuklir (Batan) Yogyakarta.

"Tahun 1980-an diteliti di Batan, ada kandungan kapur, besi, titanium, zirkonium, niobium," tutup dia.

Beberapa di antaranya diklaim tersusun dari batu meteorit.

Antara lain kapak, pangot atau pisau kecil yang runcing dan semacam keris.

Tokoh Desa Bleboh, Kecamatan Jiken, Blora, Ngatmiyanto membenarkan temuan tersebut.

Mbah Yanto, demikian sapaan akrabnya, juga dikenal sebagai penyimpan benda-benda pusaka.

"Yang terbuat dari meteor ada kapak, bethok, pangot, tombak juga ada. Tapi yang paling jelas kalau itu meteor adalah kapak," kata Mbah Yanto, dilansir dari Tribun Jateng.

Benda-benda itu ditemukan di kompleks kubur peti batu orang Kalang di kawasan Gunung Pontang.

Selain meteorit, campuran tersebut disusun pula dari bahan lain seperti baja dan besi.

"Kan gini, logamnya dari tiga unsur yaitu baja, besi dan meteor. Untuk pamor itu meteor," ujar dia.

4. Meteorit jatuh di rumah warga Tapanuli

Pada awal Agustus 2020, seorang warga di Kabupaten Tapanuli Tengah bernama Josua Hutagalung menemukan bongkahan batu meteorit.

Batu tersebut jatuh di atas rumahnya.

Tak ada angin dan tak ada hujan, batu seberat 2,2 kilogram jatuh dan tertanam sekitar 15 sentimeter di dalam tanah.

Saat diambil, dan diangkat, batu itu masih terasa hangat.

Kabar batu temuan Josua yang diduga meteorit cepat menyebar hingga mendapat perhatian dari seorang kolektor di Amerika Serikat.

Awalnya ramai diberitakan batu itu dibeli kolektor dengan harga sekitar Rp 26 miliar.

Namun Josua hanya mengaku menjual batu seharga Rp 200 juta.

"Saya tidak tahu, kalau batu itu terjual dengan harga segitu. Karena saya hanya menjual batu sekitar Rp 200 juta lebih. Sekitar segitu. Untuk pastinya, biarlah menjadi rahasia saya," kata Josua.

Sedangkan, seorang perantara yang tidak terlibat transaksi Jared Collins mengklarifikasi bahwa angka ganti rugi yang diberikan atas batu tersebut sama sekali tidak benar.

"Saat ini tidak ada meteorit dengan nilai seperti itu, dan tentunya tidak ada kolektor yang akan membayar harga tersebut. Tetapi jumlah yang dibayarkan dan diterima bukanlah Rp 200 juta atau harga yang terlalu dibesar-besarkan sejumlah Rp 25 miliar yang dilaporkan di seluruh dunia," ungkap Jared.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Padang Sidempuan, Fadlan Mukhtar Zain | Editor: David Oliver Purba, Aprilia Ika), Tribun Jateng

https://regional.kompas.com/read/2020/11/21/14365741/4-batu-meteorit-yang-pernah-hebohkan-indonesia-digunakan-sebagai-cincin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke