Salin Artikel

Padukan 2 Tari, Cara Suku Dayak Kenyah Bercerita soal Perang dan Damai

Alunan tubuhnya bergerak dinamis. Gerak tangan dan kaki mengikuti alunan musik sape. Ia perlahan naik ke atas gong.

Dua tangannya memegang bulu-bulu burung enggang. Tatapannya terus ia arahkan ke penonton sambil tersenyum tipis.

Venny, begitu ia disapa, lengkap menggunakan pakaian adat Dayak Kenyah. Venny sedang memperagakan tarian kancet ledo.

Tak lama berselang muncul dua lelaki lengkap dengan balutan pakaian adat menari menghampirinya.

Kedua lelaki itu memegang mandau sambil sesekali mengeluarkan suara pekikan. Mereka dikisahkan memperebutkan gadis cantik yang menari di atas gong.

Dua lelaki ini sedang mempertunjukan tarian kancet papatai.

Perpaduan dua tarian ini asal suku Dayak Kenyah, sedang dipertunjukan di lamin atau aula Desa Lekaq Kidau, Sabtu (7/11/2020).

Pjs Kepala Desa Lekaq Kidau, Adang, menuturkan kolaborasi tarian ini menceritakan dua lelaki tersebut sedang merebut wanita yang menari di atas gong.

Perkelahian dipicu karena semua lelaki ingin memilikinya, sebab pesonanya.

"Kelahi karena seorang lelaki melamar, lelaki lain tidak terima," ungkap Adang saat ditemui Kompas.com di lamin Desa Lekaq Kidau usai menyaksikan tarian tersebut, Sabtu.

Ujung dari cerita tersebut lelaki yang berhasil menang atas perkelahian tersebut, maka ia yang berhak mendapatkan wanita tersebut.

Lewat adegan tarian itu, kedua lelaki itu sesekali memperlihatkan cara berkelahi dalam beberapa potongan adegan.

Hingga akhirnya satu di antara dua lelaki itu terjatuh dan dianggap kalah dalam pertarungan tersebut.

Akhirnya, wanita yang menari di atas gong tersebut berhasil dipinang oleh lelaki yang menang.

Dengan demikian berakhirlah tarian tersebut.

Selain menyaksikan tarian kancet lebo dan papatai, rombongan jurnalis dan Dinas Komunikasi Informatika Kutai Kertanegara yang mengunjungi desa budaya ini, pada Sabtu (7/11/2020), juga disajikan dua tarian lain.

Yakni tarian kancet nyelamai sakai sebagai tarian pembuka atau tarian penjemputan kunjungan tersebut.

Tarian ini mengisahkan keramahan dan ketulusan hati para masyarakat suku Dayak Kenyah di desa ini dalam penyambutan tamu.

Setelahnya, disajikan tarian kancet kreasi temengang madang.

Tarian ini merupakan perpaduan tarian modern dan tradisional.

Filosofi dari tarian kolaborasi ini, menceritakan perdamaian antar suku Dayak yang disimbolkan dengan burung enggang, satwa endemik Kalimantan, yang terbang tinggi untuk kedamaian.

https://regional.kompas.com/read/2020/11/11/17450971/padukan-2-tari-cara-suku-dayak-kenyah-bercerita-soal-perang-dan-damai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke