Salin Artikel

Kisah Veteran di Gunungkidul Berjuang Hidupi Keluarga Lewat Anyaman Bambu

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Hari Pahlawan 10 November 2020 berbeda dengan perayaan tahun sebelumnya.

Sukijan, seorang anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI), warga Padukuhan Kajar, Kalurahan Karangtengah, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta, masih asyik dengan sebatang kayu yang dia gergaji untuk bahan kerajinan.

Rutinitas setiap tanggal 10 November biasanya dirinya diundang untuk ikut upacara dan rangkainnya. Namun, tahun ini karena pandemi corona dirinya tak lagi undangan yang datang.

Di rumah seluas 6 meter kali 9 meter yang terbuat dari anyaman bambu ini nampak sudah usang akibat termakan usia.

Di sekitar bangunan rumah nampak tumpukan tomblok (kerajinan anyaman bambu red) yang belum laku dijual. 

Pria kelahiran 1932 ini masih memiliki daya ingat yang cukup baik, meski pendengarannya sudah agak mulai berkurang.

Setelah meletakkan gergaji yang digunakannya, Sukijan mengajak untuk berpindah duduk ke rumah permanen yang dibangun bantuan Kodim 0730 Gunungkidul 2017 lalu.

Bangunan permanen berwarna biru tua ini setiap hari melindungi tubuh rentanya bersama istri keduanya Romlah, menantu, dan seorang cucunya.

Anak dari istri kedua, sekarang bekerja di Jawa Barat.

Sukijan memulai ceritanya, ketika muda, dirinya ikut Sukarelawan Tempur Diponegoro, dan berlatih di Purwokerto, Jawa Tengah sekitar tahun 1964.

Sekitar tahun 1965 dirinya dipindah ke Klaten, hingga meletusnya G/30 S. Dirinya pun ikut mengamankan para anggota PKI. Lalu, setelah tugasnya selesai dikirim ke Riau untuk mengamankan perbatasan, termasuk mengawasi para penyelundup hingga tahun 1968.

Tahun 1965, dirinya berangkat dari Klaten menuju Jakarta, menggunakan kereta api, lalu dilanjutkan menuju ke Riau menggunakan kapal laut selama 3 hari 3 malam.

"Waktu naik kereta dari Klaten berhenti di Stasiun Tugu Yogyakarta, saat itu bunyi keretanya krit..krit. Berhenti ngambil makan dan sebotol limun yang tutupnya keramik itu," kata Sukijan ditemui di rumahnya Selasa (10/22/2020).

Atas jasanya itu, dirinya masuk dalam LVRI tahun 1989.

"Jika Pak Soekarno tidak turun (berhenti jadi Presiden) sukarelawan akan diangkat menjadi ABRI (TNI)," ucap Sukijan.

Sebelum masuk LVRI, dirinya bekerja serabutan dari satu kota ke kota lainnya sebagai tukang kayu, hingga pemborong listrik sekitar akhir tahun 1970an.

Hingga akhirnya dirinya memutuskan pulang ke Gunungkidul sebagai pengrajin bambu.

Tangan yang sudah keriput itu terampil membuat kerajinan bambu, mulai dari tomblok hingga serok sampah.

Diakuinya, dirinya sebenarnya memiliki uang pensiun, namun karena dirinya tak ingin berdiam diri di rumah.

Sukijan tetap melanjutkan usahanya sebagai pengrajin bambu. Beruntung kisahnya diketahui oleh Kodim 0730 Gunungkidul dan diberi bantuan bedah rumah tahun 2017 lalu, sehingga bersama keluarga bisa pindah ke rumah layak, dan permanen.

"Uang hasil kerajinan lumayan, bisa untuk membantu cucu saya kuliah," ucap dia.

Memang sebelum pandemi, hasil karya Sukijan ini langsung diambil oleh pengepul. Namun kini dirinya harus mengirim ke penjual.

Dari pengamatan di rumah Sukijan, tumpukan hasil karyanya masih tertahan di rumah karena belum laku.

Dia berharap, dirinya diberikan kesehatan sehingga bisa melihat cucunya sarjana.

Dia berharap generasi muda untuk selalu mencintai tanah air, dan mengisi kemerdekaan dengan nilai positif. 

"Kata ayah saya yang masih saya ingat, bekerjalah dengan jujur," ucap dia.

Romlah mengakui jika suaminya rajin bekerja meski usianya senja. Tangannya masih terampil membuat anyaman bambu, dan dikerjakannya sendiri tanpa dibantu oleh siapapun.

Bekerja dari pagi hingga siang di rumah lamanya yang tak jauh dari rumah baru.

Sementara, untuk kelima anak Sukijan dari istri pertama sudah mandiri dan berkeluarga.

Bahkan, Sukijan sudah mempunyai 2 orang cicit. 

https://regional.kompas.com/read/2020/11/10/15431561/kisah-veteran-di-gunungkidul-berjuang-hidupi-keluarga-lewat-anyaman-bambu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke