Salin Artikel

Pengamat: Media Sosial Pedang Bermata Dua, Bisa Bermanfaat, Bisa Jadi Senjata Makan Tuan

MALANG, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Bina Nusantara (Binus) Kota Malang, Frederik Masri Gasa mengatakan, media sosial menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dari perkembangan politik.

Dia menuturkan, sudah selayaknya seorang kepala daerah memanfaatkan media sosial untuk mensosialisasikan programnya kepada masyarakat yang dipimpinnya.

Frederik mengatakan, bagi seorang kepala daerah, media sosial memiliki dua fungsi utama yang bisa dijalankan secara sekaligus.

Pertama, media sosial bisa dimanfaatkan untuk mencitrakan diri seorang kepala daerah serta sosialisasi program yang menjadi kebijakannya.

Kedua, media sosial bisa menjadi ajang untuk menyerap aspirasi dari masyarakat.

Sebab, media sosial memberikan kesempatan yang luas bagi penggunanya untuk saling merespons.

“Sebenarnya sosmed merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kepala daerah. Karena, selama menjabat kepala daerah harus mencitrakan dirinya dengan baik. Media yang paling tepat adalah media sosial karena sekarang sudah era teknologi digital,” kata Frederik, kepada Kompas.com, saat diwawancara melalui sambungan telepon, beberapa waktu lalu.

“Media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk memperoleh input dari masyarakat. Contoh ketika kepala daerah ingin mengukur efektivitas kebijakannya,” imbuh dia.

Pedang bermata dua

Meski begitu, media sosial juga tidak lepas dari dampak negatif.


Terutama ketika berkaitan dengan fenomena buzzer melalui akun bot yang dapat memanipulasi pesan di media sosial.

Frederik mengatakan, pemanfaatan mesin untuk mengunggah pesan secara otomatis sudah banyak dilakukan. Terutama untuk pesan-pesan yang bernada politik.

Akun bot itu biasanya untuk menyerang atau mendambakan unggahan tertentu di media sosial.

“Tantangannya adalah ketika kita ternyata berhadapan dengan mesin. Karena mau tidak mau kalau berbicara tentang buzzer, itu kaitannya dengan akun bot,” ujar dia.

Karena itu, Campus Director’s Office & Quality Assurance Section Head di Universitas Bina Nusantara (Binus) Malang itu mengatakan, kepala daerah dan timnya harus pandai menggunakan media sosial.

Termasuk ketika menyaring aspirasi melalui respons yang disampaikan oleh masyarakat terhadap unggahannya.

Menurutnya, jangan sampai kepala daerah membalas unggahan dari akun media sosial yang ternyata akun bot.

Frederik mengatakan, sangat mudah untuk mendeteksi akun bot.

Untuk membedakannya dengan akun asli, akun bot bisa dideteksi dengan melalui aktivitasnya di media sosial, unggahannya, pengikut dan akun-akun yang diikutinya.

“Mereka harus paham betul soal itu (akun bot), karena kalau tidak paham soal itu, bisa celaka,” kata dia.

Dia menilai, media sosial bak pedang bermata dua, yang bisa menguntungkan jika digunakan secara tepat, tapi bisa menjadi senjata makan tuan jika tidak pandai memanfaatkannya.

“Media sosial bagai pedang bermata dua, kalau pandai menggunakan media sosial bisa sangat bermanfaat, tapi kalau tidak pandai, akan kembali kepada dirinya,” ujar dia.

Frederik menilai bahwa pemanfaatan media sosial bagi seorang kepala daerah merupakan sebuah investasi tentang cintra dirinya.

Media sosial tidak terbatas, namun ketidakterbatasannya ini akan menjadi investasi bagi kepala daerah ketika ingin menjajakin jabatan yang lebih tinggi atau jabatan yang diincar untuk karir berikutnya.


“Ketika dia (kepala daerah) menggunakan media sosial, dia sebenarnya inves. Ketika nanti mencalonkan lagi sebagai kepala daerah atau posisi di atasnya, akan ada memori di benak masyarakat,” ujar dia.

Karena itu, media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk menyasar konstituen berikutnya.

Dia mencontohkan Ridwan Kamil yang memanfaatkan media sosial sejak masih menjadi Wali Kota Bandung.

Menurutnya, saat itu sebenarnya Ridwan Kamil sudah investasi dengan memanfaatkan media sosial untuk menjaring konstituen dalam ruang lingkup Provinsi Jawa Barat.

Sebab, media sosial tidak terbatas teritorial.

“Siapa yang di sasar adalah dia yang akan menjadi konstituen dalam target berikutnya,” ujar dia.

Frederik juga menyarankan supaya kepala daerah pandai membaca kecenderungan pemanfaatan media sosial melalui faktor usia.

Sebab, masyarakat dengan usia tertentu memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan platform media sosial tertentu pula.

Seperti Instagram yang digunakan oleh generasi muda dan Facebook yang digunakan oleh generasi yang lebih tua.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/31/12070411/pengamat-media-sosial-pedang-bermata-dua-bisa-bermanfaat-bisa-jadi-senjata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke