Salin Artikel

Gaya Bermedia Sosial Ganjar Pranowo: Sosialisasi Kebijakan hingga Menerima Kritik Nyinyir

SEMARANG, KOMPAS.com - Ganjar Pranowo gemar memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan beragam informasi kepada publik.

Aktivitasnya di media sosial sudah kerap dilakukan semenjak dirinya belum menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah.

Ganjar menilai, peran media sosial sangatlah penting.

"Saya itu menggunakan sosmed sejak masih di DPR dan saya sadar betul bahwa media sosial itu bagian dari media alternatif untuk kita bisa menyampaikan informasi apapun," kata Ganjar saat ditemui di sela-sela kesibukannya di Puri Gedeh Semarang, beberapa waktu lalu.

"Jadi, menurut saya media sosial penting banget dan saya memprediksi pada saat itu ini akan mampu bersaing dengan media mainstream dan hari ini terbukti," ujar dia.

Suami Siti Atiqoh ini pun kerap mengunggah informasi tidak melulu seputar tugas saat terjun langsung ke lapangan ataupun soal kebijakan.

Ia juga mengunggah aktivitas pribadinya, sembari melontarkan candaan atau hanya sekadar menanggapi komentar netizen.

Dengan gayanya yang santai dan humoris di media sosial, tak heran jika aktivitas Ganjar yang cukup masif di dunia maya itu patut menjadi sorotan publik dan semakin menambah jumlah pengikut baik di Instagram, Facebook maupun Twitter.

"Biasanya yang di-share itu macam-macam karena publik itu juga seleranya macam-macam. Kalau saya ada dua, yang satu aktivitas saya sebagai Gubernur, dua aktivitas saya sebagai pribadi," ujar Politisi PDI-P ini.

Aktivitas pribadi yang diunggah misalnya kegemarannya bersepeda, kulineran, bahkan promosi disela-sela menunaikan tugasnya.

"Kalau yang sifatnya pribadi sebenarnya hanya untuk relasi sesama manusia. Yang judulnya the other side of governor itu ya gubernur juga manusia. Misalnya saya suka bersepeda, suka kuliner atau saya piknik untuk promo sesuatu atau barangkali mempromosikan UMKM atau karya masyarakat dan lainnya," ungkap dia.

Kekuatan media sosial

Ganjar tak menampik betapa besar kekuatan media sosial terhadap implementasi kebijakan di bawah kepemimpinannya.

Seperti pada kebijakan yang diunggahnya di media sosialnya saat pandemi Covid-19 merebak di Jawa Tengah.

"Setidaknya begitu wabah Covid-19 itu terjadi hampir semua informasi saya upload terus dan akhirnya ini menjadi rujukan media mainstream karena waktu itu wartawan dibatasi protokol macam-macam. Akhirnya menjadi sumber beritanya. Ini penting karena publik tetap harus tahu apa yang terjadi," ujar dia.


Aktif di media sosial, kata Ganjar, juga memiliki dampak positif dan negatif.

Pasti ada konsekuensi masing-masing baik yang suka dan tidak suka terhadap apa yang dilakukannya.

"Memang bermedsos itu membawa konsekuensinya masing-masing. Kalau haters melihatnya pencitraan. Kalau lovers melihatnya itu informasi yang bagus yang tidak didapat dari media mainstream," ujar dia.

Dirinya menyempatkan diri membaca bermacam komentar para netizen di media sosialnya mulai dari saran, kritik, komplain hingga curhat.

Bahkan, di waktu senggang, ia sempatkan membalas komentar netizen tersebut dengan gaya bahasa yang sesekali terselip nada gurauannya yang khas.

Berbeda dengan gaya bahasa institusi atau dinas-dinas di wilayahnya yang juga diminta aktif di media sosial.

Tujuannya, tidak lain untuk keterbukaan informasi dan membuka ruang dialog pemerintah dengan masyarakat.

"Saya wajibkan dinas-dinas semua punya medsos tapi bahasanya mereka memang harus formal karena merepresentasikan institusi. Kalau saya kan representasinya ya sebagai politisi, manusia dan pejabat," kata Ganjar.

Melalui media sosial, dirinya seringkali mendapatkan masukan, pujian, kritik, bahkan protes dari kalangan masyarakat yang tidak suka dengan kebijakannya dalam memimpin Jawa Tengah.

"Kadang-kadang ada saran kalau bagus, oke. Kadang kritiknya juga nyinyir ya kita terima. Saya baca sekali dua kali. Tapi kalau sudah ngaco sudah enggak bener terus enggak ada hubungannya dengan konten saat itu, ya saya cuekin saja," ujar dia.

Aktif di media sosial tidak sampai mengganggu pekerjaannya. Justru dengan bermedia sosial, Ganjar menilai dapat mendukung kebijakan dan program-program pemerintahannya.


"Engga ganggu biasa saja. Kadang kala ada orang marah-marah kok DM saya enggak dibalas sih? Emang tiap hari kita cuma DM-an? Ya kadang mereka pengen direspons cepet. Apalagi kalau saya unggah pas jam kerja. Ada yang bilang Pak Ganjar enggak kerja ya kok medsosan terus? Jadi pas di sela-sela waktu kerja ada informasi aktual biasanya langsung saya upload," kata dia.

Namun, ketika dirinya memiliki kesibukan yang padat, ia harus mengatur waktu bermedia sosial agar seiring dengan pekerjaannya.

"Jadi ini kita atur waktunya. Tapi kalau pas sela umpama habis kunjungan masih ada waktu dua jam, pilihannya ya dua antara jawab medsos atau tidur," kata dia.

Ganjar mengatakan, semua informasi yang diunggah di media sosialnya benar-benar disampaikan atas kehendak pribadinya.

Jadi, dirinya mengaku tak harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli, pakar ataupun biro hukum.

"Ya enggaklah, itu pakai perasaan saya sendiri. Kadang-kadang saya dikritik soal yang diunggah. Ya biar saja itu kan mau saya. Jadi pinginnya yang saya sampaikan itu natural dan original. Kecuali beberapa yang diminta itu setingan publik. Ya saya buatin," ujar dia.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/30/19294771/gaya-bermedia-sosial-ganjar-pranowo-sosialisasi-kebijakan-hingga-menerima

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke