Salin Artikel

Masyarakat Boyolali Hanya Diizinkan Gelar Pernikahan "Drive-Thru"

BOYOLALI, KOMPAS.com - Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Boyolali menggelar simulasi pesta pernikahan drive-thru sebagai adaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi wabah Covid-19.

Simulasi pesta pernikahan drive-thru tersebut dilakukan di Kantor Kesbangpol Boyolali pada Selasa (27/10/2020).

Kepala Kesbangpol Boyolali, Suratno menjelaskan, simulasi ini sebagai gambaran bagi masyarakat tentang bagaimana menyelenggarakan pesta pernikahan di tengah pandemi Covid-19

"Artinya, kegiatan hajatan bisa diselenggarakan asal memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Jadi semua ketentuan yang berlaku baik di dalam protokol kesehatan ini harus dipenuhi," kata Suratno kepada Kompas.com, Jumat (30/10/2020).

Suratno menambahkan, masyarakat yang ingin menggelar hajatan bisa mengajukan proposal terlebih dahulu kepada satuan tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 di tingkat kecamatan.

Proposal itu nantinya akan diverifikasi oleh petugas Satgas Penanganan Covud-19 tingkat kecamatan.

Apakah sarana dan prasarana hajatan memenuhi protokol kesehatan atau tidak untuk persetujuan.

Setelah mendapat persetujuan, penyelenggara hajatan harus membentuk pengawas internal dari kepanitian di luar pengawas protokol kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 tingkat desa maupun Jogo Tonggo di tingkat RW.

"Setelah dipenuhi hajatan bisa diselenggarakan dengan model banyu mili atau drive-thru. Melihat heterogenitas dari masyarakat mulai dari kemampuan dan budaya boleh pakai mobil, sepeda motor maupun jalan kaki," ujarnya.

Dia mengatakan, ada tahapan yang harus dilalui dalam menggelar pernikahan drive thru.

Tahapan persiapan dan pelaksanaan

Ijab kabul dan upacara adat pernikahan yang dilaksanakan sebelum jadwal undangan kehadiran tamu.

"Jadi ini terpisah. Ketika pelaksanaan ijab kabul dan upacara adat perkawinan hanya dihadiri kelaurga inti, tetangga dan petugas KUA maupun keluarga besan. Maksimal 30 orang dengan menerapkan prokes," ungkap Suratno.

Untuk tahapan selanjutnya adalah kehadiran tamu undangan.

Undangan dibuat berjadwal dan mulai dari pintu masuk dilakukan pengecekan suhu tubuh, menggunakan hand sanitizer atau mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.

"Tapi konsep simulasi pernikahan yang saya lakukan hanya dengan hand sanitizer karena tamu hadir tidak melakukan kontak fisik. Karena kalau mencuci tangan paka air mengalir waktunya terlalu lama," kata dia.

"Setelah itu tamu masuk memberikan uang sumbangan sekaligus diberi suvenir oleh petugas. Sampai di depan panggung pelaminan menyampaikan salam secara simbolis dan kami (dalam simulasi) tidak memberikan ruang sesi foto. Karena akan memerlukan waktu dikhawatirkan terjadi kerumaman," sambung dia.

Dalam simulasi itu, kata dia, tamu yang datang juga mendapatkan konsumsi dalam kemasan kotak.

Setelah itu para tamu dipersilakan untuk pulang ke rumah masing-masing melalui pintu yang telah ditentukan.

"Dalam simulasi ini hanya ada satu pintu masuk dan pintu keluar. Tidak dibenarkan berlawanan arah. Tamu datang melalui pintu masuk. Kemudian di setiap titik terjadi pelambatan yang kemudian dapat menimbulkan kerumunan ada pengawas di sana," tuturnya.

Suratno berharap, dengan simulasi ini masyarakat nantinya dalam menggelar hajatan dapat mematuhi protokol kesehatan.

"Nanti produk simulasi ini ada empat bagian. Tahap persiapan, tahap ijab kabul dan acara perkawinan, tahapan hajatan yang dibubarkan karena tidak mematuhi protokol kesehatan dan hajatan yang sesuai dengan standar prokes. Ini untuk menjamin bagi pemerintah agar masyarakat memahami mana yang boleh dan yang tidak," kata Suratno.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/30/13514241/masyarakat-boyolali-hanya-diizinkan-gelar-pernikahan-drive-thru

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke