Salin Artikel

Cerita ASN Penyintas Covid-19, Jadi Penghuni Ruang Isolasi akibat Lalai Protokol Kesehatan

JOMBANG, KOMPAS.com - Beberapa hari setelah bepergian ke Surabaya, LW (40), seorang ASN di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, merasakan keanehan pada hidungnya.

Meski tidak sedang mengalami flu atau pilek, namun hidungnya tak bisa mencium bau apa-apa.

Bersamaan dengan itu, lidahnya juga tidak bisa membedakan rasa. Makanan atau minuman yang dimasukkan ke mulutnya terasa hambar.

Penasaran, LW beberapa kali mencoba makanan dan minuman yang memiliki rasa asin, manis dan pedas. Namun, lidahnya tak mampu membedakan rasa.

LW mengungkapkan, kondisi badannya kala itu juga terasa meriang.

Hilangnya indra perasa dan indra penciuman, mulai dirasakan LW pada 2 September 2020.

Menyadari ada keanehan pada dirinya, LW kemudian membatasi interaksi dengan istri dan anaknya.

Bapak tiga anak itu mulai curiga jika dirinya terinfeksi Covid-19 sehingga memilih untuk mengisolasi diri.

Dia pun memilih beraktivitas di dalam kamar, sembari menunggu indra penciuman dan perasanya kembali normal.

Selama beberapa hari, LW mengisolasi diri di rumah dan banyak mengonsumsi makanan atau minuman penambah imun.


Namun, hingga 7 September, kondisi hidung dan lidahnya tak kunjung normal. Hari itu pula, dia memutuskan untuk konsultasi ke petugas media di RSUD Jombang.

"Saya sampaikan keluhan saya dan hari itu juga saya dibawa ke ruang karantina untuk isolasi," tutur LW, saat dihubungi Kompas.com, Senin (26/10/2020).

Selain dikirim ke ruang isolasi, LW juga menjalani pemeriksaan swab dan dinyatakan positif Covid-19.

"Hasil pemeriksaan menyatakan saya positif Covid-19. Akhirnya harus menjalani karantina," kata LW.

Sejak 7 September, LW menjadi penghuni ruang isolasi di ruang karantina RSUD Jombang, selama 2 pekan.

Kabar gembira diterima LW pada 22 September. Hasil pemeriksaan swab menyatakan dirinya negatif Covid-19.

Lalai saat bepergian

LW menuturkan, pada 29 Agustus 2020, dia bepergian ke Surabaya untuk urusan bisnis pribadinya.

ASN di salah satu kantor kecamatan di Kabupaten Jombang itu memiliki kedai kopi sebagai usaha sampingan.

Di Surabaya, LW membeli perlengkapan kedai kopi. Dia juga mengunjungi beberapa kafe dan kedai kopi untuk studi banding.

LW mengaku, tidak mengetahui persis dari mana dia tertular Covid-19. Sehari di Surabaya, ada 5 tempat yang dia kunjungi.


Satu yang diingat LW, dirinya agak teledor untuk menerapkan protokol kesehatan saat mampir ke sejumlah tempat tersebut.

"Persisnya (tertular) di mana enggak tahu. Tapi, seharian itu saya memang agak longgar (menerapkan protokol kesehatan)," ungkap LW.

Padahal, lanjut dia, di dalam tas selempangnya selalu tersedia hand sanitizer dan masker cadangan.

Ingatan LW juga tertuju pada kondisinya saat dia pergi ke Surabaya. Tubuhnya agak kurang fit usai begadang hingga dini hari.

"Dini hari baru bisa tidur dan pagi-pagi sudah berangkat ke Surabaya," kata LW.

Awal Oktober 2020, LW kembali beraktivitas setelah dinyatakan negatif Covid-19 dan menyelesaikan proses isolasi.

LW mengaku, kini menjadi lebih disiplin melaksanakan protokol kesehatan untuk pencegahan penyebaran dan pengendalian Covid-19.

Dia tak lagi sembarangan melepaskan masker, menjadi lebih rajin untuk cuci tangan, serta menghindari kerumunan.

Menurut dia, memakai masker, rajin mencuci tangan dan menjauhi kerumunan merupakan syarat penting agar setiap orang tidak tertular Covid-19.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/26/12463661/cerita-asn-penyintas-covid-19-jadi-penghuni-ruang-isolasi-akibat-lalai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke