Salin Artikel

Kisah Juru Masak yang Dirumahkan Saat Pandemi, Ikut Jadi Koki Relawan

Justru saat dirumahkan seperti saat ini, ia rela menyumbangkan tenaganya membantu di dapur buruh gendong perempuan.

Ia sehari-hari berprofesi sebagai koki di salah satu restoran di Yogyakarta.

Namun, pada masa pandemi ini, restoran tempatnya bekerja harus menutup sementara dan merumahkan hampir seluruh karyawannya.

Menjadi koki karena Ibu

Yusuf menjadi koki pada akhir 2016.

Sebelum itu, ia bekerja sebagai kru kapal laut. Berbagai pertimbangan akhirnya membuat ia menggeluti profesi sebagai juru masak.

Salah satu pertimbangan yang membuat pria berusia 30 tahun itu menjadi seorang koki adalah sang ibu.

Ibunya sakit dan tidak diperbolehkan mengonsumsi makanan sembarangan.

Akhirnya, Yusuf belajar memasak untuk menyajikan makanan sehat bagi ibunya.

Untuk menjaga komposisi makanan yang dikonsumsi oleh ibunya, dia mengambil sekolah perhotelan dan hingga saat ini akhirnya menjadi seorang koki.

Sebagai koki relawan

Saat ditemui pada Jumat (23/10/2020), Yusuf sedang memasak untuk nasi bungkus yang akan dibagikan kepada buruh gendong perempuan di 4 pasar sekitar Yogyakarta.


Dia pun bercerita awal mula terjun sebagai koki bagi relawan.

"Saat dirumahkan, iseng-iseng membuka media sosial dan menemukan poster yang isinya membutuhkan relawan untuk masak, membungkus nasi, hingga mengantarkan,” kata Yusuf di Warmindo Bakzoo di Jalan Veteran Yogyakarta, Jumat.

Tanpa pikir panjang, dia lalu menghubungi nomor yang tertera pada poster tersebut dan diterima untuk menjadi relawan pada Gerakan Rakyat Bantu Rakyat.

Selama bekerja sebagai tukang masak di restoran, ia merasa hanya menjadi sapi perah saja.

Tetapi saat memasak sebagai relawan, Yusuf mengaku bahwa dia merasakan kesenangan dan kepuasan.

“Sama-sama capek tapi kalau di sini saya senang bisa bertemu teman-teman relawan lain,” kata dia.

Bekerja serabutan

Menjadi seorang relawan tentu tidak menerima bayaran.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, ia rela bekerja serabutan seperti membuka pemesanan rice bowl, hingga membantu teman menyablon kaos.

“Saya buka pre order (PO) makanan rice bowl, sering dihubungi teman untuk membantu menyablon juga. Ya, jadi PSK lah, pekerja serabutan komersial,” ujar Yusuf sambil tertawa.

Menjadi relawan tidak membuat Yusuf kesulitan membagi waktu.

Pada pagi buta ia bangun untuk mengurus ibunya.

Lalu pada jam 07.00 pagi ia harus sudah sampai lokasi dapur umum untuk memulai memasak.

“Harus tepat waktu jam 07.00 atau lebih dikit harus sudah sampai lalu memasak, karena jam 12.00 harus sudah dibagikan ke para buruh gendong perempuan,” ujar dia.

Kegiatannya kali ini juga mendapatkan dukungan dari istrinya.

“Daripada saya hanya di rumah enggak jelas, lebih baik membantu ini. Yang penting kegiatan positif kata istri saya,” ucap dia.

Pandemi Covid-19 saat ini membuat Yusuf lebih sering bertemu dengan istrinya yang juga dirumahkan akibat pandemi.

Sebelumnya, istri Yusuf bekerja di hotel.

“Ya ada berkahnya saat pandemi ini, karena istri saya jadi hamil karena sering bertemu,” ucapnya sambil tertawa.

Yusuf pesimistis akan dipanggil lagi untuk bekerja di restoran.

Sebab, perusahaan cenderung memilih para lulusan baru tanpa pengalaman yang bisa dibayar lebih rendah.

“Kalau yang pengalaman kan gajinya lebih tinggi,” kata Yusuf.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/24/08115361/kisah-juru-masak-yang-dirumahkan-saat-pandemi-ikut-jadi-koki-relawan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke