Salin Artikel

Menjelang Pensiun, Purwanto Masih Semangat Mendidik Siswa Berkebutuhan Khusus Selama Pandemi

Guru Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Dharma Wanita Kota Madiun itu memberikan materi secara daring.

Ia juga mengunjungi siswanya satu per satu sejak tiga bulan terakhir. 

Hal itu bukan tanpa alasan. Purwanto ingin siswanya memahami pelajaran yang diberikan. Sehingga, belajar secara daring dinilai tak cukup.

“Saat pembelajaran dilakukan secara daring sejak Maret lalu, ternyata banyak anak-anak yang tidak mengumpulkan tugas-tugas. Kalau ulangan saya daring dia mengerjakan. Tetapi arsip pembelajarannya ternyata dia tidak punya,” kata Purwanto kepada Kompas.com, Kamis (22/10/2020).

Kondisi itu terjadi karena keterbatasan ponsel yang dimiliki orangtua siswa.

Memasuki ajaran baru pada Juli 2020, ia berkeliling menemui wali murid di rumah masing-masing.

Purwanto ingin mengetahui kondisi riil yang dialami siswa sehingga mereka kesulitan mengakses pelajaran yang disampaikan secara daring.

“Saya tanya ternyata ada ponsel satu dipakai beberapa anak. Ada ponsel yang tidak support dan untuk kerja orangtuanya,” ungkap Purwanto.

Tawarkan diri mengajar di rumah siswa

Melihat kondisi itu, Purwanto yang telah menjadi guru sejak 1984 itu berdiskusi dengan orangtua murid. Ia menawarkan diri untuk mengajar secara langsung di rumah.

Ternyata, tawaran itu disambut dengan gembira oleh orangtua siswa.

Purwano malah menjemput salah satu muridnya untuk diantar ke warung yang dijadikan tempat belajar.

Dalam seminggu, Purwanto mengajar secara langsung sebanyak dua kali dengan durasi dua setengah jam untuk satu pertemuan.

Ia mengajarkan satu materi pelajaran dalam setiap pertemuan.

"Setiap datang saya berikan satu mata pelajaran, itu juga tidak saya target mereka harus menyelesaikan apa. Yang penting ilmu yang saya berikan bisa mereka terima dengan baik," ujarnya.

Meski menggelar pelajaran tatap muka, Purwanto tetap menerapkan protokol kesehatan. Anak-anak didiknya wajib mengenakan masker dan mencuci tangan sebelum mengikuti pelajaran.

“Saya tetap memperhatikan situasi zona di Madiun. Saat zona oranye, saya hanya mendatangi rumah siswa memberikan materi pelajaran dan tugas lalu pulang,” kata Purwanto.

Ia pun merasa lebih dekat dan mengetahui kemampuan anak didiknya dalam memahami pelajaran. 


Terlebih lagi, anak-anak berkebutuhan khusus butuh perhatian dan kasih sayang lebih agar mudah menerima pelajaran.

Menurutnya, bukan pergara gampang membuat seorang siswa berkebutuhan khusus memahami suatu materi. Guru harus sabar dan telaten.

Bahkan satu materi yang diberikan terkadang harus disampaikan berulang kali agar siswa memahami isinya.

Tak hanya pelajaran yang diberikan, kata Purwanto, bila hari Jumat tiba, ia mengajak tiga siswanya olahraga di lapangan Gulun Kota Madiun.

Anak-anak pun senang lantaran di lapangan juga bertemu dengan teman-teman sekolah lainnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/22/15481171/menjelang-pensiun-purwanto-masih-semangat-mendidik-siswa-berkebutuhan-khusus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke