Salin Artikel

Ketika ODGJ Belajar Berkebun, Terapi Sekaligus Asah Keterampilan untuk Destigmatisasi

BANYUMAS, KOMPAS.com - Sinar matahari pagi mulai terasa hangat. Sejumlah orang dengan seragam warna ngejreng dan beralas kaki sandal jepit keluar menuju pelataran.

Mereka lantas membuat barisan mengikuti instruksi seseorang melalui pengeras suara. Semuanya tampak teratur, menjaga jarak dan mengenakan masker.

"Selamat sore...." teriak seseorang di hadapan mereka menggunakan pengeras suara.

Mereka kompak membalas dengan ucapan yang sama. Namun', salah seorang pemuda dalam barisan tersebut memprotes, karena hari masih pagi.

Protes tersebut pun disambut tawa dari orang yang pemegang mikrofon sambil membetulkan ucapannya, "selamat pagi ...".

Laki-laki dan perempuan dalam barisan lantas mendengarkan pengarahan orang di depannya.

Suasana di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa RSUD Banyumas, Jawa Tengah, pagi itu memang berbeda dibanding hari-hari biasanya.

Sebanyak 10 pasien belajar berkebun sayuran organik. Kegiatan tersebut merupakan salah satu terapi non farmakologis bagi pasien gangguan jiwa.

Dimulai dengan pengenalan program terapi, kemudian dilanjutkan dengan praktik menyiapkan media tanam. Selanjutnya, pasien praktik menanam bibit sayuran dalam polibag.

Dengan didampingi perawat, mereka mengikuti satu per satu arahan dari instruktur.

Meskipun, sesekali tingkah dan celoteh mereka juga membuat gelak tawa orang di sekitarnya.

Salah seorang pasien berinisial NH (21), asal Kabupaten Kebumen mengaku, sangat senang dengan kegiatan tersebut.


"Senang, jadi tahu (cara menanam sayuran organik), sebelumnya tidak tahu," kata pemuda yang belum genap sepekan menjalani perawatan.

NH dan sembilan peserta lainnya merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang menjalani perawatan intens dan pengawasan di dua ruang berbeda, yaitu Nakula dan Sadewa.

Kepala Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa RSUD Banyumas dr Hilma Paramita Sp KJ mengatakan, selain untuk terapi, kegiatan tersebut bertujuan untuk memberi bekal keterampilan.

Sekaligus dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa se-Dunia yang jatuh Sabtu (10/10/2020) hari ini.

"Kami cari kegiatan yang bermanfaat, bisa dilanjutkan pasien ketika di rumah nanti. Bisa menyehatkan jiwa raga dan menambah income," kata Hilma, Jumat (9/10/2020).

Menurut Hilma, keterampilan tersebut sangat penting bagi pasien sebagai upaya destigmatisasi ketika kelak dinyatakan sembuh.

"Kami tahu pasien mengalami stigmatisasi, kadang sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Kalau mereka berdaya diharapkan bisa diterima di lingkungannya," ujar Hilma.

Kegiatan berkebun, kata Hilma, juga dapat menjadi salah satu kegiatan yang efektif dilakukan di rumah, apalagi di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini.

"Kami pilih yang masih komunikatif, belum betul-betul sehat, tapi kami latih pelan-pelan untuk menstimulasi agar keadaan lebih baik," kata Hilma.


Sementara itu, Ketua Paguyuban Puntadewa Filipus Gunawan mengaku merasakan sendiri bagaimana sulitnya mencari pekerjaan.

"Dari pengalaman saya pribadi yang mengalami sakit, jadi bisa merasakan apa yang dirasakan teman-teman, untuk mencari kerja dan sebagainya sulit. Saya berinisiaitf bergabung untuk membantu mereka agar bisa mandiri," kata Gunawan.

Paguyuban Puntadewa sendiri merupakan wadah di bawah naungan rumah sakit milik Pemkab Banyumas bagi pasien gangguan jiwa.

Sebelumnya paguyuban juga pernah menggelar pelatihan membuat kerupuk, membatik dan lainnya bagu pasien.

"Kami memilih kegiatan yang tidak memerlukan intelegensi dan keterampilan khusus," ujar penderita skizofrenia ini.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/10/08561181/ketika-odgj-belajar-berkebun-terapi-sekaligus-asah-keterampilan-untuk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke