Salin Artikel

Duka Ibu Bayi Kembar Korban Longsor Tarakan, Rencana Pesta Ulang Tahun Pupus

Ibu si kembar tersebut sampai sekarang masih syok berat dan linglung akibat peristiwa yang merenggut dua buah hati sekaligus suaminya, Cristianus Herianto (29).

"Ibu Maria ada di rumah saya, dia macam linglung, ya bagaimana peristiwa itu terjadi tiba-tiba dan mengubur suami dan anak kembarnya," ujar Matius Olla, tetangga Maria melalui sambungan telepon, Selasa (29/9/2020).

Matius merupakan tetangga sekaligus orang yang mengevakuasi jenazah suami dan anak kembar Maria.

Dia menuturkan, pada Senin (28/9/2020) sekitar 01.30 Wita, ada keponakan dari Cristianus Herianto bernama Gusti berlari ke rumahnya di tengah guyuran hujan berteriak meminta tolong karena keluarganya tertimbun longsor.

Terkejut, Matius langsung berlari ke rumah Maria sembari berteriak teriak meminta tolong warga sekitar.

Rumah Matius berjarak sekitar 100 meter dari rumah Maria.

"Saat saya sampai, Maria sudah berlarian ke rumah tetangga meminta tolong, dia sebelumnya sempat terkubur setengah badan, tapi bisa selamat. Jadi ada lima orang yang tinggal di rumah itu, satunya itu keponakan bernama Gusti yang juga selamat," kata Matius.

Rumah Maria merupakan bangunan dari kayu berdinding triplek, sehingga tidak mampu menahan reruntuhan tanah dari lereng bukit yang ada di samping kamarnya.

Longsoran tanah hanya menimpa bagian kamar yang langsung mengubur tempat tidur sehingga membuat tiga orang di rumah ini tewas.

"Tidak banyak sebenarnya tanah yang menimbun di kamarnya, paling sekitar enam kubik saja, tapi memang tanah basah, dan kondisi korban ini berselimut, tertidur nyenyak, jadi bisa apa?," lanjutnya.


Maria terus berteriak histeris saat Matius dan masyarakat sekitar menggali longsoran

Suasana longsor di pagi buta tersebut membuat seisi kampung langsung heboh.

Maria kebingungan dan terus menerus histeris meminta pertolongan untuk menggali tanah yang mengubur suami dan anak kembarnya.

Matius yang baru sampai di lokasi kejadian harus berusaha menenangkan Maria dan bertanya posisi tidur anak dan suaminya,

Dia berharap dengan mengetahui posisi kepala, dia bisa menyelamatkan para korban.

"Saya terus teriak minta tolong juga sama warga, saya robohkan dinding kamar supaya luas. Saya berdiri untuk menggali, puji Tuhan saya bisa mengeluarkan jasad bayi pertama dengan mengeluarkan kepalanya lebih dulu, sayang sudah tidak ada napasnya," tuturnya.

Begitu berhasil mengeluarkan bayi pertama, Maria langsung menggendong anaknya dan berusaha membangunkannya.

Tidak lama, Matius mengeluarkan jenazah bayi kedua yang disambut teriakan pilu sang ibu.

Sampai ketika jasad suaminya dikeluarkan dari tumpukan tanah, Maria tidak berhenti meratap.

Maria dan mendiang suaminya sudah berencana merayakan ulang tahun pertama si kembar.

Pasangan suami istri ini sangat memanjakan anak kembar mereka.

Perlahan, Maria dan Cristianus melebarkan rumah kayu mereka, sedikit demi sedikit.

Keduanya pun menghias rumah untuk mempersiapkan perayaan ulang tahun si kembar yang direncanakan pada 20 November 2020 mendatang.

"Memang sudah jauh-jauh hari mereka berniat itu membuat ulang tahun satu tahun anak kembarnya. Mereka bilang ke saya 'abang nanti ulang tahun anakku kita ke rumah ya, kita buat acara kecil-kecilan untuk kita-kita saja’, tapi Tuhan punya kehendak lain mau bilang apa?," kata Matius bercerita.

Sebagai tetangga dan sesama pendatang dari Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Matius mempersilahkan Maria dan Gusti tinggal di rumahnya,

Dia berharap tekanan batin yang dirasakan bisa berangsur membaik saat ditemani istri Matius.

Matius dan istrinya terus menguatkan Maria agar mengikhlaskan yang sudah terjadi,

"Selama masih hidup kita harus bertahan, ujian datang silih berganti, kita harus kuat meski mengalami duka, karena bagaimanapun hidup harus terus berjalan," kata Matius Olla.


Ketiga jenazah saat ini sudah dimakamkan di Gunung Selipsi Kampung 1 Tarakan.

Sebelumnya mereka akan diterbangkan ke Kabupaten Sikka, NTT, untuk dikebumikan di sana.

"Ada kendala dana sehingga hari ini kami lakukan upacara pemakaman di Tarakan saja, kami menggelar ibadah sampai malam. Puji Tuhan semua proses pemakaman berjalan lancar," katanya.

Sebelumnya diberitakan, tanah longsor terjadi di empat titik kota Tarakan, Kalimantan Utara pada Senin (28/9/2020) dini hari. Akibat peristiwa ini 11 orang tewas.

Kepala Basarnas Kota Tarakan Amiruddin mengatakan, longsor terjadi di RT 17 Juata Permai, Kampung 1 Skip, Kawasan Gunung Selatan, dan RT 19 Karang Anyar.

Longsor di RT 17 Juata Permai menyebabkan empat orang tewas, tiga orang tewas di kampung 1 Skip, tiga tewas di Gunung selatan, dan satu orang tewas di Karang Anyar.

"Dua di antaranya merupakan bayi kembar laki laki yang baru berusia 10 bulan," kata Amiruddin saat dihubungi Kompas.com.

Menurut Amiruddin, titik yang terjadi longsor memang memiliki kontur tanah labil dan tidak memiliki bebatuan.

"Peristiwa tersebut terjadi pada dini hari saat hujan lebat di waktu para korban terlelap, sehingga mereka tidak bisa menyelamatkan diri," sebutnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/09/30/07104601/duka-ibu-bayi-kembar-korban-longsor-tarakan-rencana-pesta-ulang-tahun-pupus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke